Part 2

4.1K 178 2
                                    

Mobil Karin berhenti di depan rumah Sandi. Hari Sabtu ini ia akan keluar bersama Sandi beserta Mama dan Adiknya. Mereka akan berjalan-jalan ke mall sesuai permintaan Tante Fitri.

"Assalamualaikum tante," salam Karin menghampiri Tante Fitri yang sudah siap di depan rumah. Tidak lupa juga Karin mencium punggung tangannya.

"Waalaikumsalam," sahut Fitri.

"Tante udah nunggu lama?" tanya Karin merasa tidak enak.

"Enggak kok, itu si Adis juga masih siap-siap. Ayo masuk dulu sini."

"Oh iya, ini kue buat Tante." Karin memberikan kue yang tadi sempat ia beli sebelum berangkat kesini.

"Nggak perlu repot-repot Rin, kan kita juga mau keluar sebentar lagi."

"Nggak papa Tan, disimpen aja buat tante makan nanti."

Tidak menunggu lama Sandi keluar dari dalam rumah bersama adik perempuannya, Adis.

"Udah dari tadi?" tanya Sandi melihat Karin sudah duduk di teras rumahnya.

"Barusan kok."

Setelah sudah siap, mereka akhirnya berangkat menuju mall untuk makan dan menonton film.

"Kak Karin mobilnya bagus banget," ujar Adis sambil memperhatikan interior mobil Karin.

Karin hanya tersenyum menanggapinya karena bingung harus menjawab apa. Mobil ini merupakan hadiah ulang tahun dari Papanya saat Karin berusia 21 tahun dua bulan lalu.

Papanya yang seorang dokter gigi, ingin Karin mengikuti jejaknya menjadi dokter juga. Tapi Karin menolaknya, ia tidak berminat kuliah kedokteran karena merasa tidak sanggup padahal Papanya sudah menyiapkan biaya untuknya.

Karin akhirnya memilih kuliah di kampus swasta dengan mengambil jurusan sejuta umat yaitu manajemen. Karena ia sudah hampir lulus dan uang tabungan Papanya untuk menguliahkannya masih banyak, Karin akhirnya dibelikan mobil ini sebagai hadiah ulang tahunnya.

"Tante sebenarnya mau ngajak kamu nginep di puncak Rin, tapi kata Sandi kamu besok ada acara ya?" tanya Fitri.

"Iya tante, besok sepupu aku ngadain acara aqiqah anaknya. Besok aku mau kesana sama Mama dan Papa," sahut Karin.

"Yaudah gapapa, lain kali kan masih bisa mumpung kamu udah punya mobil sendiri sekarang."

"Iya Tan."

"Mama apaan sih," ujar Sandi melirik Fitri dari kaca spion tengah.

"Kamu kenapa sih, Karin aja nggak ada masalah kok," sahut Fitri tidak mau kalah.

Karin melirik Sandi sambil memberi kode pria itu jika ia baik-baik saja. Ia tidak mau melihat Sandi bertengkar dengan Mamanya.

"Kak Karin bisa nyetir mobil dari kapan?" tanya Adis.

"Sudah dari SMA dis, dulu iseng diajarin sama Papa sampai akhirnya bisa."

"Wah, berarti di umur aku sekarang, Kak Karin udah jago bawa mobil ya."

Karin mengiyakan, karena Adis sekarang sudah hampir lulus SMA. Jadi diusia Adis dulu Karin sudah mahir membawa kabur mobil Papanya untuk main.

"Aku juga mau belajar nyetir kayak kak Karin," ujar Adis.

"Mau pakai mobil siapa kamu?" tanya Sandi.

"Kan ada mobil Kak Karin," sahut Adis.

"Udahlah, kamu belajar aja yang rajin supaya lulus SBM." Sandi sudah tidak ingin membahas masalah ini lebih jauh. Ia sudah cukup pusing memikirkan Adis yang sebentar lagi akan kuliah.

Finally, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang