12

259 52 1
                                    

***

Kwon Jiyong dan mantan istrinya masih ada di dalam mobil. Tentu bertengkar, di tengah malam yang sepi. Keduanya berdebat, sebab Lisa tidak percaya kalau Jiyong hanya menggelapkan uang sebesar lima puluh juta. Pria itu pasti menggelapkan lebih banyak—anggap Lisa. Tidak ia percayai semua argumen mantan suaminya yang terdengar ambigu itu. "Kau percaya aku korupsi? Hanya lima puluh juta?" hanya itu yang terus menerus Jiyong katakan. Seolah ingin membuat Lisa ragu atas penilaiannya, namun ia justru terlihat semakin mencurigakan.

Seperti seorang pria yang bilang, "kau pikir aku berselingkuh? Kami hanya berteman!" setelah tertangkap basah merangkul wanita lain. Begitu penilaian Lisa terhadap mantan suaminya. Lalu, ditengah-tengah pertengkaran itu, sebuah mobil yang familiar berhenti di depan gedung apartemen, di depan mobil Lisa juga.

Jiyong mengenali mobil itu—milik Soohyuk. Mobil pribadi Lee Soohyuk, dan pria itu keluar dari mobilnya. Melihat Soohyuk, Lisa langsung menunduk. Gadis itu bersembunyi di balik roda kemudi mobilnya, enggan terlihat oleh Lee Soohyuk. Karena Jiyong tidak bereaksi, dan justru menatapnya bingung, Lisa menarik bahu pria itu. Lisa ajak mantan suaminya untuk bersembunyi juga.

"Kenapa?" heran Jiyong, namun tetap ikut merunduk. Ia bahkan merendahkan suaranya, berbisik seolah takut seseorang mendengar mereka.

Kini, jarak di antara wajah mereka jadi sangat dekat. Dapat Jiyong rasakan hembus nafas mantan istrinya, begitu pun sebaliknya. Rasa hangat yang tiba-tiba muncul, membuat kepala Jiyong berdenyut. Matanya terasa panas sekarang, seolah ada semangkuk potongan bawang di sana.

"Aku tidak ingin- ya! Kwon Jiyong! Sialan!" Lisa berseru, terkejut karena Jiyong tiba-tiba meninggalkannya. Pria itu melangkah keluar dari mobil, meninggalkan Lisa dan sekarang menarik perhatian Lee Soohyuk.

"Kenapa kau datang?" Jiyong bertanya, pada Soohyuk yang menoleh ke arahnya. Dari tempat Soohyuk berdiri sekarang, ia bisa melihat Jiyong, juga melihat Lisa yang baru saja merapikan posisi duduknya. Sebentar, mereka bertukar tatap—Soohyuk menatap Lisa yang baru saja bersembunyi, lalu berpaling untuk menatap Jiyong.

"Aku sedikit khawatir karena tidak bisa menghubungimu," kata Soohyuk. "Aku mengganggu?" susulnya, sembari melirik Lisa yang turun dari mobilnya, akan menghampiri mereka.

"Tidak," pelan Jiyong. "Dia datang untuk menjemput Alice," katanya, membuat sebuah alasan paling masuk akal yang tidak sempat Lisa pikirkan. "Sesuatu terjadi?" susulnya kemudian, sebab tidak biasanya Soohyuk datang hanya karena tidak bisa menghubunginya.

"Korban lain," pelan Soohyuk, yang langsung menutup mulutnya saat Lisa berjalan menghampiri mereka lalu berdiri tepat di sebelahnya. Pria itu menunduk, hanya menyapa Lisa dengan gerakan seadanya.

"Tunggu di sini, aku akan pergi denganmu," balas Jiyong, yang lantas menoleh pada mantan istrinya. Memberi tanda agar Lisa mengekorinya naik ke unit apartemennya.

Lantas Lisa mengekor, pergi bersama Jiyong untuk kembali ke unit apartemen pria itu. Tidak ada yang bicara, sampai mereka masuk ke dalam lift yang pintunya tertutup. "Apa yang terjadi?" tanya Lisa, membuka pembicaraan di antara mereka.

"Bukan urusanmu," balas Jiyong. "Tinggal lah sampai Alice bangun, kalau dia mencariku, katakan aku pergi bekerja," susulnya.

"Kau pikir siapa dirimu? Berani sekali memerintah-"

Jiyong tidak mengatakan apapun. Hanya ia tatap mantan istrinya dan mulut gadis itu pun tertutup, menelan ludahnya sendiri. Lisa lantas berpaling, menghindari tatapan tajam pria di depannya. Bersamaan dengan pintu yang terbuka, Jiyong melangkah lebih dulu, berjalan meninggalkan lift dan masuk ke unit apartemennya. 2708—ia menekan kode pintunya di depan Lisa. Seolah ingin menunjukan kode pintunya.

Itu tanggal pernikahan mereka, sekaligus kode pintu rumah pertama mereka sebelum bercerai. Melihat kodenya, tentu Lisa berdecak, "apa sulitnya mengingat kode baru? Payah," gumam gadis itu, yang terpaksa harus menahan pintu karena Jiyong tiba-tiba masuk tanpa menahan pintu untuknya. Lisa memakai kakinya untuk menahan pintu rumah itu.

Gadis itu tetap mengekor meski Soohyuk tidak lagi bisa melihat mereka. Ia langkah kan kakinya masuk ke rumah, akan masuk ke kamar utama namun berhenti di pintunya. Bukan karena Jiyong melepaskan pakaiannya di dalam kamar itu. Bukan juga karena pria itu melepaskan celananya di sana. Jiyong mengganti pakaiannya, tanpa menutup rapat pintunya. Lantas ia raih dua handphonenya di atas meja, melihat salah satu handphonenya penuh dengan panggilan-panggilan tidak terjawab. Soohyuk dan anggota timnya yang lain sudah meneleponnya sejak siang tadi, namun ia tidak menyadarinya karena Alice.

Lisa masih menunggu di depan pintu ketika pria itu akhirnya keluar. Membuat langkah Jiyong terhenti karena Lisa menghalangi jalannya. Ada ratusan pertanyaan yang ingin Lisa tanyakan saat itu—kemana Jiyong akan pergi, apa yang terjadi, apa ada masalah dengan penyidikan pria itu, kapan ia akan kembali, akan kah Jiyong membagi hasil penyelidikannya dengannya dan banyak pertanyaan lainnya.

"Jangan sampai terluka," sialnya, hanya itu yang bisa Lisa katakan, sebelum ia geser tubuhnya, memberi jalan pada pria di depannya.

"Hm," dan sialnya lagi, hanya gumaman pelan yang bisa Jiyong keluarkan dari mulutnya.

Seperginya pria itu dari rumah, Lisa masih berdiri di tempatnya. Sekarang, kakinya terasa lelah dan ia berjongkok, duduk dengan kedua kaki tertekuk di lantai. Tangannya ia tumpukan pada kedua lututnya. Ia tatap pintu kamar utama yang setengah terbuka di depannya. Menatap kosong pada pintu itu dan pelan-pelan memejamkan matanya. Ia berusaha menajamkan pendengarannya, namun selain pintu yang tertutup tadi, tidak ia dengar apapun lagi. Malam jadi sangat sepi sekarang.

Kepala gadis itu berdenyut, sangat menyakitkan namun Lisa tidak tahu harus ia apakan kepalanya sekarang. Ada terlalu banyak informasi di kepalanya, yang tidak bisa ia olah sendirian. Ada terlalu banyak informasi, yang tidak ia ketahui di bagian mana kebenarannya bersembunyi.

Sebentar gadis itu menoleh, menatap ke pintu depan. Bisakah ia percayai mantan suaminya itu?—Lisa luar biasa kebingungan, sampai ia ingat-ingat lagi bagaimana peringai sebenarnya mantan suaminya itu. Sayang, sudah sangat keras ia berusaha mengingat-ingat bagaimana Kwon Jiyong hidup, namun apa yang muncul dalam ingatannya hanyalah dirinya sendiri.

Mungkin ingatan itu adalah bentuk rasa bersalahnya. Dalam ingatnya, ia lihat dirinya sendiri, berdiri di tengah-tengah ruang tengah, marah dan menunjuk-nunjuk Kwon Jiyong di depannya. "Sudah aku bilang aku tidak ingin punya anak! Aku sudah berkali-kali mengingatkanmu, oppa! Aku tidak ingin punya anak! Aku tidak ingin punya anak sekarang! Kita masih sangat muda! Bagaimana bisa kita punya anak sekarang?!" Lisa ingat dirinya menangis saat itu. Menangis karena sangat marah. Menangis karena terlampau kesal.

"Kenapa saat itu aku sangat marah hanya karena dia lupa memakai kondom? Augh! Lalisa! Berhentilah mengingat-ingat masa lalu!" kesalnya kemudian, marah pada dirinya sendiri. Masih dalam posisinya yang duduk di lantai, di depan kamar utama.

***

Ex-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang