19

249 51 0
                                    

***

Sepulang mengantar ibunya ke panti werdha, Lisa membawa putrinya ke Allamanda. Jalanan malam ini tidak seberapa ramai, namun kemacetan terjadi di jalan yang ia lalui. Tidak biasanya jalanan itu macet, mungkin kecelakaan baru saja terjadi. Namun alih-alih mengecek, Lisa justru menoleh ke belakang, melihat putrinya yang terlelap di kursi belakang.

Alice kelelahan karena bermain dengan para nenek dan kakek di panti werdha hari ini. Gadis kecil itu ikut mengantar neneknya ke panti werdha, lalu di sana ia sibuk menemani neneknya berkeliling, berkenalan dengan penghuni panti lainnya. Sekarang Alice kelelahan, terlelap dengan sangat nyenyak di belakang, bersandar pada bantal leher yang tidak pernah keluar dari mobil itu.

Mobil di depan Lisa tidak juga bergerak maju. Keheranan karena sudah sepuluh menit mereka terjebak di sana, Lisa akhirnya keluar dari mobilnya. Penasaran pada apa yang terjadi di depannya. Bukan hanya ia, saat ini ada banyak pengemudi lain yang juga keluar dari mobil mereka. Penasaran pada alasan jalan mereka terhambat.

Lisa tentu tidak bisa meninggalkan putrinya. Hanya ia lihat sekitaran mobilnya, mencari jalan lain untuk keluar dari jebakan macet itu. Namun yang dilihatnya justru Kwon Jiyong, berjalan di trotoar sembari mengedarkan pandangannya, seakan sedang mencari sesuatu di sana.

"Ya! Kwon Jiyong!" Lisa berteriak, menarik perhatian pria itu. Karena jarak mereka yang tidak terlalu jauh, Jiyong langsung menatapnya setelah di panggil.

Jiyong melangkah menghampiri Lisa, melihat apakah Alice ada di mobil itu atau tidak.

"Apa yang terjadi?" Lisa bertanya, sebab raut wajah Jiyong kelihatan sangat serius sekarang.

"Kecelakaan," kata Jiyong. "Aku butuh bantuanmu," susulnya kemudian. "Bawahanmu dari tim cybercrime kan? Hubungi dia, minta dia mengumpulkan semua cctv di jalan ini," perintah Jiyong, tanpa menjelaskan alasannya.

"Apa yang-"

"Anak buahku yang kecelakaan- augh! Bajingan! Tidak ada waktu untuk mengurus surat perintahnya, kumpulkan saja dulu semua rekamannya. Akan aku kirim sebuah foto- tidak. Kau memblokir nomor teleponku kan? Buka dulu blokirannya, aku akan mengirim foto padamu. Cari orang di foto itu lewat cctv," potong Jiyong. "Kau berhutang padaku karena sudah masuk ke ruang kerjaku. Aku butuh bantuanmu sekarang," tegas Jiyong. Akan ia kirim foto yang dimilikinya pada Lisa, dan mau tidak mau gadis itu harus membuka lebih dulu nomor telepon Jiyong yang ia blokir.

"Siapa ini?" tanya Lisa, setelah akhirnya ia terima foto yang Jiyong kirim.

"Candyman. Tingginya sekitar 170, orang asing dan dia punya tato sepertiku di belakang lehernya. Minta anak buahmu untuk mencarinya lewat cctv, kabari aku kalau sudah ketemu," perintah Jiyong, yang kemudian mengangkat tangannya, mendengar seorang pria lain memanggilnya. Toil yang sekarang memanggilnya, pria itu berdiri di ujung jalan, di depan sebuah mobil yang punya akses untuk pergi dari sana. Mobil yang ada jauh di belakang kemacetan.

Lisa menelepon sekarang, sedang Jiyong melangkah pergi dari sana. Meninggalkan mantan istrinya, bersama dengan putrinya yang masih terlelap. Ia telepon Bobby, bertanya dimana pria itu berada sekarang. "Masih di kantor polisi? Bagus, lakukan apapun untuk mengakses cctv, akan aku kirim sebuah foto, cari orang itu lewat cctv. Sekarang juga. Sekitar satu jam lalu, mungkin dia ada di sekitaran Allamanda Town Square. Di sini macet parah, ada kecelakaan," perintah Lisa, tanpa memberitahu Bobby, kalau Jiyong yang memintanya melakukan itu.

Tanpa mematikan panggilannya, Lisa membuka pintu belakang mobilnya. Lebih dulu ia pasang earphonenya, lalu perlahan, ia lepaskan seatbelt putrinya. Alice mengerang, namun tetap tidur dalam gendongan ibunya. Setelah mengunci mobilnya, memastikan tidak akan kehilangan apapun, gadis itu membawa putrinya berjalan ke tempat kecelakaan itu terjadi.

Ambulance sudah di sana, namun evakuasi masih belum selesai. Tiga mobil saling bertabrakan di persimpangan. Ada Soohyuk di sana, tengah mengatur jalannya evakuasi dua rekannya yang lain—Mino dan Yoon. Sembari mengusap-usap rambut putrinya, agar Alice tetap terlelap, ia tunjukan kartu pegawainya. Meminta pria yang menjaga garis polisi itu untuk memanggilkan Soohyuk.

"Mobilku ada di sana," kata Lisa, memberikan kunci mobilnya pada Soohyuk tanpa berbasa-basi. "Aku akan mengakses cctv dari kantor polisi, kalau Detektif Kwon kembali, suruh dia untuk langsung ke kantor polisi," pinta Lisa, bicara seakan ia tidak pernah memojokan Soohyuk sebelumnya.

"Detektif Kwon yang meminta anda terlibat?"

"Ya," pelan Lisa, masih sembari mendengarkan Bobby yang sedang berusaha mengakses cctv di meja kerjanya. Juga sembari menahan berat putrinya yang semakin besar tiap harinya. "Tingginya sekitar 170, dia orang asing dan punya tato dibelakang lehernya. Tato apa?" Lisa bicara pada Bobby, lalu menoleh pada Soohyuk untuk mengetahui detailnya.

"Sayap, mirip seperti yang Detektif Kwon punya," kata Soohyuk dan Lisa mengulang informasi itu, memberitahu Bobby. "Ya! Kau! Antar Detektif Kwon? Tidak, Detektif Lisa ke kantor polisi!" Soohyuk memanggil seorang polisi berseragam, meminta pria itu untuk membantu Lisa menggendong putrinya dan mengantar Lisa ke kantor polisi dengan mobil patroli mereka.

Sementara Lisa kembali ke kantor polisi, akan membantu Bobby mencari candyman itu, Jiyong berkendara bersama Toil. Tanpa memberitahu Lisa, pria itu pergi ke sebuah hotel. Hanya berdua, Jiyong masuk ke dalam hotel itu. "Nomor berapa kamarnya?" tanya Jiyong, pada pria yang melangkah di sebelahnya.

"320," balas Toil, lantas meminta orang di resepsionis untuk mengantar mereka ke kamar itu. Sembari menunjukan kartu pegawainya, Toil bicara pada resepsionis tadi. Memaksa untuk dibukakan pintu.

Jiyong melihat ke sekelilingnya, melihat-lihat cctv yang ada di sana. Mencoba membayangkan jalur masuk dan keluar dari tempat itu. Sampai akhirnya mereka bisa membuka pintu nomor 320 lalu terkejut karena ada seorang pria yang tewas di sana.

Dalam keadaan duduk, pria itu meregang nyawanya. Masih dengan pakaian lengkapnya, dengan lengan kemeja yang tergelung, pria itu terkulai tidak bernyawa di sofa hotel. Setelah bertahun-tahun lamanya, ini kali pertama Jiyong menelepon mantan istrinya, dengan nomor teleponnya yang tidak lagi di blokir.

"Coba lihat apa pria yang aku cari ada di sekitaran Allamanda Hotel," kata Jiyong setelah Lisa menjawab teleponnya. "Seseorang tewas di sini. Detailnya aku jelaskan nanti," perintahnya.

Toil menelepon rekan lainnya. Memanggil badan forensik untuk datang, juga prosedur lainnya. Sedang Jiyong masih bicara pada Lisa, sembari memperhatikan korban yang tewas itu. "Siapa yang meninggal?" tanya Lisa, sembari mencarikan apa yang Jiyong butuhkan.

"Mantan pacar Lee Yeji," kata Jiyong. "Kelihatannya overdosis, tapi tim forensik belum datang," susulnya.

"Tidak ada candyman di sekitaran hotel," kata Lisa kemudian. "Candyman menghilang di pintu keluar Allamanda Town Square. Butuh waktu untuk mengakses cctv mall, tapi aku rasa dia keluar dengan sepeda motor dari pintu utaranya, tapi aku kehilangan jejaknya di sekitar pabrik. Ada terlalu banyak orang di pabrik, ini jam pulang kerja pabriknya," susulnya kemudian.

"Baiklah, dimana Alice sekarang?"

"Tidur di ruang istirahat-"

"Lihat dia, dia tidak pernah datang ke kantor polisi, dia akan bingung saat bangun," potong Jiyong, yang lantas mengakhiri panggilan itu secara sepihak. Tidak peduli, meski Lisa akan kesal karena teleponnya dimatikan begitu saja.

***

Ex-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang