Satu

227 19 7
                                    

#Author's Area :
Izinkan Author bercuap-cuap sedikit.
Selamat datang di project terbaru Galleriafrads!

Author akan sangat menghargai bagi kalian yang mau menghargai karya aku dengan rajin klik VOTE dan COMMENT.
Jadi, mari kita saling menghargai usaha aku yang telah menulis cerita ini dengan klik VOTE nya!

Sudah?

Baiklah.
Selamat membaca!!

de.sire

DOR!

Suara bising tembakan pistol saling bersahutan memekakkan telinga setibanya Seo Johnny di markasnya. Pria kekar bertubuh tinggi menjulang itu segera melangkahkan kaki jenjangnya memasuki rumah⸺super⸺megah milik salah satu kawannya. Napasnya agak memburu, terlihat jelas dari ritme naik-turun dada bidangnya yang serampangan. Seo Johnny semakin mempercepat langkahnya, ia menjadi berlari menuju halaman belakang rumah⸺tempatnya tinggal juga⸺begitu indera pendengarannya semakin jelas menangkap suara tembakan pistol yang terdengar membahana di seluruh penjuru rumah. Pria itu menghela napas sambil mengangkat tangan kanannya ke atas, ia memberi isyarat pada seorang kawan lainnya⸺yang juga tinggal di rumah megah itu sama dengannya⸺untuk segera menghampirinya dan bisa memberikannya informasi.

"Johnny," seorang pria lainnya dengan tubuh sama kekarnya dengan Johnny, tercetak jelas dari sleeveless hitam yang dikenakannya, berhasil menghampiri langkah Johnny dan menyeimbangkan langkah kakinya⸺meskipun, Johnny memiliki kaki yang jauh lebih jenjang dari kakinya. Kim Do Young, menyampaikan apapun yang bisa ia sampaikan dari bibirnya yang masih gemetar. "Aku tidak tau apa yang terjadi pada Jae Hyun, tapi suasana semakin genting sejak tadi siang," papar Do Young dengan napas terengah.

"Kemarin Jae Hyun masih cukup tenang saat mengambil keputusan. Apa yang menyinggungnya, huh?" Johnny menyisir rambut hitam semi panjangnya ke belakang, menandakan betapa frustasinya ia sekarang. "Apa informasi yang sempat kau hack dari telephone Lee Jong Wook itu benar?"

Do Young membenarkan berupa anggukan kepala. "Lee Jong Wook mengancam akan menyebarkan identitas mafia kita pada publik jika kita tidak berhenti menagih tanah di Ilsan. Jae Hyun mengamuk karena ia merasa perlu membungkam Jong Wook sesegera mungkin atau dampaknya akan melebar pada banyak hal yang telah kita semua rencanakan."

Johnny menghentikan langkahnya persis ketika ia dan Do Young tiba di ambang pintu antara dapur dan halaman belakang⸺berupa hamparan taman yang luas. Dari kejauhan terlihat dua orang yang bersitegang, beradu dalam papan sasaran tembak dan pistolnya masing-masing untuk mencetak angka. Jung Jae Hyun, Pria yang baru saja dibahas, dan Lee Tae Yong, yang merupakan ketua dari kelompok mafia mereka.

"Mereka berdua?" Johnny mempertegas bahwa kedua pria itulah yang saling bersikeras mempertahankan pendapatnya dan berakhir dengan taruhan tembak untuk proses pengambilan keputusan.

"Tentu. Siapa lagi?" Do Young menghela napas kasar; lebih tepatnya, sangat frustasi. "Mereka bertaruh, siapa yang menang maka akan memimpin kasus ini sementara. Artinya, taruhan untuk menjadi ketua selama masalah dengan Jong Wook selesai." Do Young berdecak, "Tidak ada yang mau mengalah sampai detik ini. Entah apa jadinya kelompok kita kalau terus begini?"

"Ini tidak benar," Johnny ikut mengeluh. Ia bahkan melepaskan outer hitamnya, membiarkan otot-otot bertato di lengannya itu terlihat sangat tegang. "Seseorang perlu menampar kewarasan Jung Jeffrey," ucapnya sambil mengambil langkah besar-besar menghampiri lokasi taruhan tembak tersebut.

"Aku tidak mengerti di mana otak kalian berdua, hah?!"⸺DOR!

Johnny menyela, ia begitu marah hingga harus melayangkan satu tembakkan pada papan sasaran tembak milik Tae Yong. Peluru Johnny melesat menancap di lingkaran tengah sasaran. Peringatan besar dari Johnny itu berhasil membungkam suara menegangkan dari kedua pistol Jae Hyun dan Tae Yong. Seluruh penghuni rumah megah itu pun berlarian menuju sumber tembakan pistol Johnny⸺berkerubung di halaman belakang rumah.

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang