Dua Puluh Satu A

87 6 4
                                    

Hwang Ji Na lega, karena di antara banyaknya orang di rumah megah Jae Hyun ini, ada pria bernama Lee Tae Yong di sisinya. Pria itu manis. Ia menemani Ji Na dengan baik seperti yang Mark pesankan padanya. Dengan Tae Yong⸺ditambah Soo Hwa, Sang Adik⸺, Ji Na tak pernah merasa kesepian.

"Tae Yong Oppa, ayo!"

Ji Na menyembulkan kepalanya di sela-sela pintu kamar Tae Yong dengan cengiran lebar. Wanita itu sumringah menagih janji Tae Yong pagi ini untuk mengajaknya hujan-hujanan di halaman belakang. Ya, hujan turun dengan intensitas tak terlalu lebat sore ini. Hanya hujan tanpa petir yang sangat sayang untuk diabaikan.

Tae Yong menoleh disela kegiatannya memakai atasan kaosnya. Ia biarkan perut tipis berototnya itu dilihat oleh Ji Na selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia buru-buru menutupnya.

"Itu," Tae Yong menunjuk balutan gips pada kaki kiri Ji Na dengan dagunya sambil mendekat, "Kau sudah lapor pada Soo Hwa bahwa gipsnya akan kau pakai mandi hujan sore ini?"

"Sudah," Ji Na tersenyum lebar dengan menunjukkan deretan giginya yang manis. "Dia mengomel sedikit karena gipsnya baru diganti beberapa waktu lalu. Kalau basah, harus diganti lagi, kan."

Tae Yong mengangguk. Kemudian, berlutut di hadapan Ji Na sambil menggenggam tangannya. "Lalu?" tanyanya dengan sabar.

"Lalu, kubilang begini," Ji Na mendekat, membisikkan sesuatu tepat di telinga Tae Yong sebagai rahasia, "Aku janji tidak akan mengatakan apapun tentang hubungannya dan Do Young pada siapapun asalkan Soo Hwa berhenti mengomel."

Tae Yong terkekeh, hampir tertawa. Ia tak menyangka, ada seseorang yang berani menjadikan hubungan rahasia Soo Hwa dan Do Young sebagai senjata untuk mengancamnya. Siapa lagi kalau bukan Hwang Ji Na. Dan, wanita ini dengan polosnya tertawa seperti anak kecil yang berhasil membujuk orang tuanya membelikannya es krim.

"Apa katanya?" Tae Yong penasaran. Ia masih tertawa.

"Kau melunjak, ya!" Ji Na meniru persis kalimat, nada bicara bahkan sampai ekspresi galak Soo Hwa padanya. "Begitu," kemudian, terkekeh.

Ji Na merasa begitu jelas pada dirinya, bahwa, ia seperti membiarkan sisi innerchildnya muncul setiap kali dirinya bersama Tae Yong. Ji Na suka bersikap manja dengan Tae Yong. Ji Na suka respon Tae Yong yang selalu mengusap kepalanya setiap kali Ji Na menebarkan senyum dan tawanya untuk Tae Yong.

"Kerja bagus," puji Tae Yong sambil mengusap puncak kepala Ji Na. Pria itu tersenyum. Senyum yang menawan dan sangat menarik perhatian siapapun yang melihatnya. "Jadi, siap mandi hujan?"

Ji Na memberikan anggukan semangat.

"Tapi, kita tidak perlu ini," Tae Yong menepuk-nepuk kursi roda Ji Na. Ia lantas berbalik, memberikan punggungnya pada Ji Na, "Naiklah. Kita sekalian latih kakimu di rumput sana, ya."

Hati Ji Na menghangat. "Hm," jawabnya singkat tanpa protes. Hwang Ji Na, yang tak pernah melawan Tae Yong sama sekali. Ia lantas bergerak memeluk Tae Yong dari belakang, dan membiarkan tubuhnya berada di gendongan punggung pria itu.

"Tae Yong,"

Di tengah langkah Tae Yong menggendong Ji Na menuju halaman belakang. Pria itu menoleh sedikit ke belakang punggungnya. "Hm?"

"Terima kasih," ucap Ji Na sambil tersenyum. "Aku mengerti mengapa Mark dan Hae Chan begitu percaya padamu."

Senyum Tae Yong merekah. "Tidak masalah. Aku hanya merasa kau perlu berada di bawah perlindungan orang yang tepat, Ji Na."

*

Hujan selalu jadi bagian yang paling menenangkan bagi Ji Na.

Hujan yang tanpa petir.

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang