Dua Puluh Tiga

118 9 2
                                    

Sudah hampir 2 bulan kehidupan Jae Hyun terisi sedikit demi sedikit oleh kehadiran Ji Na. Sudah cukup banyak aktivitas Jae Hyun yang selalu melibatkan Ji Na di sisinya. Bahkan, kedua netranya sudah terlalu akrab dengan paras cantik wanita itu. Kedua netra Jae Hyun yang selalu haus setiap kali ia tak menangkap keberadaan Wanitanya. Di saat kedua netra pria itu tak segera memotret apa yang diinginkannya, maka mereka segera mengantar getar gelisah melalui semua sistem saraf hingga ke jantung Jae Hyun. Pria itu berdebar tak nyaman sambil memasang jam tangan mewah di tangan kirinya. 

“Di mana, Hwang Ji Na?” tanya Jae Hyun. Nadanya mulai terdengar ketus dan tak sabaran pada Bodyguard Kim yang tengah membantunya berpakaian. 

Siang mulai bergulir menjadi sore. Langit yang semula menggelar jubah berupa terangnya sinar matahari yang terik terpancar ke seluruh penjuru bumi, kini telah berubah menjadi lebih redup. Hawanya sangat nyaman, damai dan sejuk. Jubah langit mulai terlihat sedikit lebih orange, tanda bahwa matahari siap turun tahta dan menggantikannya dengan bulan. 

Intinya, hari sudah menjelang malam. Sejak tadi pagi, Jae Hyun sudah cukup sibuk beraktivitas di luar rumah seorang diri. Sore ini, Ia hanya pulang untuk sekedar mengganti baju dan kembali melanjutkan aktivitas lainnya di luar. Ia hanya pulang untuk sekedar memuaskan hasrat pada kedua netranya untuk melihat Hwang Ji Na. Tapi, sialan, di mana gerangan wanita itu?

“Sejak tadi pagi Nona Hwang cukup sibuk di dapur, Tuan. Akan ada acara kecil-kecilan di halaman belakang, jadi Nona Hwang dan Nona Lee cukup sibuk memasak di dapur. Tuan Tae Yong mengajak kita semua untuk bersantai dan menonton film di halaman belakang nanti malam. Kabarnya akan ada hujan meteor malam ini, makanya mereka semua sepakat menunggu hujan meteornya sambil bersantai di belakang,” Bodyguard Kim menginformasikan kegiatan apa saja yang Ji Na lakukan hari ini⸺seperti biasa, selalu melaporkan kegiatan Ji Na pada Jae Hyun. Pria bertubuh kekar itu membantu Jae Hyun mengambilkan jas berwarna abu-abu yang akan Jae Hyun pakai. 

Jae Hyun merebut jas dari tangan Bodyguard Kim dengan agak ketus. “Aku tidak melihatnya di dapur,” jawabnya jengah. “Siapkan mobilnya. Aku harus periksa keberadaan wanita itu dulu,” sambung Jae Hyun dengan titah tegas untuk Bodyguard Kim sebelum ia meninggalkan ruang kerjanya tersebut. 

Langkah Jae Hyun super besar menuju kamarnya. Ia tak sabaran mencari tau di mana keberadaan wanita itu seharian. Melalui cctv yang Jae Hyun pantau sejak tadi pagi, Ji Na memang berkeliaran di sekitar dapur. Tapi, setelah itu menghilang entah ke mana. 

CKLEK.

“Bibi Sung! Bisakah kau bantu aku sebentar?”

Tepat saat Jae Hyun membuka pintu kamarnya, suara nyaring Ji Na terdengar dari dalam kamar mandi. Suara yang membuat debar jantung was-was Jae Hyun hilang seketika. Suara yang membuat seluruh kegelisahan Jae Hyun langsung sirna tanpa bekas. 

Jae Hyun tau, terkadang Ia hanya butuh Ji Na demi ketenangan hatinya. 

“Bibi Sung?”

Merasa teriakannya tak segera dapat respon, Ji Na pun menginterupsi kembali. 

Jae Hyun akhirnya memutuskan untuk menghampiri kamar mandi. Ia membuka pintunya tanpa pikir panjang dan segera mendapati Ji Na⸺syukurlah, masih berpakaian⸺tengah duduk memunggungi wastafel, sibuk mencuci rambutnya dengan kepala yang mendangak menghadap ke atas. 

“O⸺Jeffrey?!”

Akhirnya, kedua netra Jae Hyun mendapatkan apa yang diinginkannya. Sosok Hwang Ji Na⸺meskipun dengan pose sangat aneh⸺menoleh dan menatap langsung ke kedua mata Jae Hyun dengan kedua bola matanya yang membulat; favorit Jae Hyun. 

“Apa yang kau lakukan dengan pose aneh seperti itu, huh?” tanya Jae Hyun dengan ekspresi datar, meskipun lubuk hatinya ingin menertawakan keanehan Ji Na. 

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang