Delapan Belas

90 9 2
                                    

Di depan meja rias, Ji Na terduduk sambil memandang pantulan dirinya di cermin yang terlihat tengah ditata rambutnya oleh Bibi Sung yang berdiri di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan meja rias, Ji Na terduduk sambil memandang pantulan dirinya di cermin yang terlihat tengah ditata rambutnya oleh Bibi Sung yang berdiri di belakangnya. Perhatian wanita itu tidak difokuskan pada cantiknya terusan santai berwarna cokelat muda yang tengah ia kenakan saat ini. Bukan juga pada cantiknya tatanan rambut panjangnya yang tergerai bergelombang oleh Bibi Sung. Namun, perhatiannya tersedot sepenuhnya pada kalung berbandul emerald yang melingkar di lehernya.

Ji Na tak tau sejak kapan kalung itu ada di lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ji Na tak tau sejak kapan kalung itu ada di lehernya. Yang jelas, saat ia terbangun dari tidurnya tadi⸺dan, sudah tidak Jae Hyun di sana⸺kalung itu sudah terpasang indah di lehernya.

"Kalung Anda cantik, Nona Hwang," puji Bibi Sung sambil memasangkan jepit rambut senada warna rambut Ji Na pada sisi kanan kepalanya.

Ji Na merespon pujian Bibi Sung dengan senyum tipis. "Entah kapan kalung ini terpasang, Bibi. Yang pasti, aku sudah tau siapa yang membelikannya," ujar Ji Na.

Bibi Sung mengangguk. Seolah tau isi kepala Ji Na.

"Tuan Jung," jawab Bibi Sung santai. "Itu kalung produksi dari perusahaan Tuan Jung sendiri. Saya melihatnya saat Tuan Jung sendiri yang menemui langsung designer dari kalung tersebut. Jika tidak begitu, tidak mungkin kalung itu dibuat dalam waktu sesingkat ini, Nona."

Benar juga. Agaknya tidak ada hal yang mustahil untuk dilakukan Jae Hyun. Dengan cara apapun, Jae Hyun bisa mendapatkan semuanya.

TOK...TOK...TOK⸺CKLEK.

Ji Na dan Bibi Sung sama-sama menoleh ke arah pintu kamar dan mendapati kepala Tae Yong menyembul di antara sela-sela pintunya. Pria itu tersenyum menyapa mereka.

"Boleh aku masuk?" tanya Tae Yong santun.

"Tae Yong-ah," senyum Ji Na tergelar lebar menyambut Tae Yong. Hatinya selalu riang setiap kali ia bisa melihat wajah Tae Yong. Entah kenapa. "Masuklah," ucapnya mengizinkan.

Tae Yong pun melengang masuk sambil memberikan satu titah pada Bibi Sung. "Bibi Sung, boleh tolong bantu siapkan sarapannya? Masakan yang Ji Na masak sudah siap semua di dapur. Siapkanlah meja makannya sebelum Ji Na sendiri yang terjun langsung," tuturnya dengan selipan candaan ringan.

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang