Dua Puluh Satu B

97 6 6
                                    

#Notes :

Oke, baiklah,

Meskipun masih sepi, ya, temen-temen.
Tapi, aku menghargai kalian yang masih rajin dan semangat untuk vote dan komen 😘

Jadi, aku tetep UP 21B hari ini.

Terima kasih banyak buat kalian yang rajin vote dan komen!!! 🫶

Jangan lupa vote dan komen lagi!!!

Sudah?

Enjoooyyy~

*

BLAM!

Malam ini, Jae Hyun membanting pintu ruang kerjanya hingga menimbulkan bunyi berdebam yang mencekam. Langkahnya memasuki ruangan, menuju kursinya dengan derap langkah penuh emosi. Ia melempar pantatnya ke kursinya, lantas mengatur ritme nafasnya menjadi lebih panjang. Kepalanya pening seperti diikat oleh tali yang begitu kuat di sekitar pelipisnya hingga membuat kedua kelopak matanya terasa begitu berat untuk terbuka. Dengan kedua mata terpejam, Jae Hyun memijat pelipisnya lembut dengan tangan kirinya yang tersanggah di atas lengan kursi. Ia lelah lantaran amarahnya tak kunjung reda dan terus bergejolak dalam darahnya.

Dia benci setiap kali dirinya masih bereaksi begitu dahsyat setiap ingatan mengenai Sunshine hinggap di kepalanya. Ia tau, ia bahkan menarik Ji Na⸺yang wujudnya mirip dengan Sunshine ⸺untuk terlibat pada kehidupan Jae Hyun. Ia tau, hal itu akan membuat Jae Hyun semakin memantik emosi yang tak pernah berhasil Jae Hyun kontrol. Karena Sunshine, Jae Hyun kehilangan rasa cinta kasih. Karena pengkhianatan Sunshine, Jae Hyun semakin gila saat marah. 

Jae Hyun pikir, dengan menarik Ji Na⸺yang mirip Sunshine⸺ke kehidupannya, maka akan membuat Jae Hyun kembali terbiasa dengan ingatan buruknya tentang Sunshine. Jae Hyun pikir, dengan adanya Ji Na⸺yang mirip Sunshine⸺ke kehidupannya, maka Jae Hyun akan kembali bisa mengenali dirinya sendiri seperti bersama Sunshine dulu. 

Rupanya, amarah itu masih hinggap dan menguasai diri Jae Hyun hingga lupa diri. 

Kepalan tangan Jae Hyun menguat pada terusan pendek yang telah terkoyak di tangannya. Keberadaan pakaian itu yang masih ada di tangannya pun membuat kedua kelopak mata Jae Hyun terbuka. Pria itu memandang terusan yang tadinya terpakai cantik di tubuh Ji Na dengan sendu. Pakaian yang kini hancur karena ulah tangan Jae Hyun sendiri. 

“Sial,” umpat Jae Hyun membuang terusan tersebut ke sembarang arah. 

Namun, pandangan Jae Hyun seketika jatuh pada sebuah objek yang menarik perhatiannya. Sebuah foto keluarganya, foto yang figuranya sempat pecah karena pernah Jae Hyun banting saat mengamuk beberapa hari yang lalu. Foto tersebut utuh terpajang dengan figura baru yang berdiri di atas meja kerjanya. 

Tangan pria itu pun tak bisa ia tahan untuk mengulur dan meraih figuranya. Hati Jae Hyun berdenyut nyeri memandang fotonya. Foto dirinya di masa kecil dengan keluarganya yang ia pikir telah ia hancurkan waktu itu, rupanya utuh kembali. 

Tapi, siapa? Siapa yang memperbaikinya? batin Jae Hyun dengan kening berkerut.

TOK. TOK. TOK.

Suara ketukan pintu dari luar ruangannya bersuara. Hal itu membuat sorot tajam Jae Hyun beralih pada daun pintunya. Jae Hyun tak bersuara, ia hanya menunggu seseorang di balik pintu itu yang bersuara. 

“Tuan Jung, boleh saya masuk?” Bibi Sung meminta izin.

Jae Hyun menghela nafas panjang. Ia meletakkan sejenak figura foto tersebut di atas meja. Lantas menjawab, “Masuklah,” sambil memejamkan kedua matanya. 

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang