Tiga Puluh Delapan

85 7 3
                                    

Kedua bahu Ji Na berjengit tegang selama langkahnya meninggalkan ruang makan bersama Min Gyu yang merangkul bahunya. Sejatinya, pria kekar tinggi menjulang itu menyelamatkan Ji Na dari amarah Seung Cheol yang sedang luar biasa membaranya. Barusan terjadi di ruang makan⸺bahkan, di saat Ji Na belum selesai menghabiskan sarapannya⸺Seung Cheol bergabung ke ruang tengah sambil melempari beberapa barang yang terjangkau oleh tangannya. Pria itu benar-benar mengamuk, memaki siapapun yang ia lihat sambil melontarkan sumpah serapah dari mulutnya. 

Ji Na tak tau apa alasan Seung Cheol mengamuk seperti itu. Min Gyu⸺yang tau-tau membawa Ji Na pergi dari ruang makan⸺pun belum bicara sepatah katapun atas alasan amarah Seung Cheol⸺yang sebenarnya sejak semalam pria itu mengamuk. Tiba di depan pintu kamar Ji Na, Min Gyu langsung membawa wanita itu masuk kamarnya dan berniat untuk segera pergi setelah satu pesan terburu-buru untuk Ji Na.

“Sarapanmu akan diantar oleh pelayan. Tetaplah di kamar, oke?” katanya, yang kemudian segera undur diri untuk meninggalkan kamar.

“Min Gyu-ya,” Ji Na berhasil menangkap pergelangan tangan Min Gyu, tepat sebelum pria itu pergi meninggalkannya, “Sebenarnya ada masalah apa?”

Mendengar pertanyaan itu, Min Gyu celingak-celinguk ke sekitarnya. Semacam memastikan tak ada orang lain yang mengikutinya, sampai akhirnya ia memutuskan untuk membawa dirinya dan Ji Na masuk ke dalam kamar, lantas menutup pintunya. 

“Jangan biarkan Seung Cheol Hyung tau kalau aku memberi tahu ini padamu,” meskipun kondisinya terpantau aman bagi Min Gyu, namun ia tetap bicara pada Ji Na dengan nada berbisik.

Ji Na mengernyitkan kening. Firasatnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang Min Gyu sembunyikan dari Seung Cheol. Cara pria itu merendahkan nada suaranya saat bicara dengan Ji Na, seolah menunjukkan bahwa pria itu berpihak pada Ji Na. Namun, apapun firasat itu, Ji Na memutuskan untuk memberi jawaban berupa anggukkan. 

“Semalam kami semua berangkat ke Mokpo menemui 127,” ujar Min Gyu bercerita, “Mereka mengancam Seung Cheol dengan berkas temuan mengenai perusahaannya yang ilegal. Seung Cheol menyetujui untuk pergi ke Mokpo karena ia pikir Jung Jae Hyun ada di sana.”

Ji Na agak terperanggah mendengar kalimat terakhir Min Gyu. Jung Jae Hyun ada bersamaku saat itu, batin Ji Na.

“Dan, ya, Jung Jae Hyun memang benar tidak ada di Mokpo. Dan, itu membuat Seung Cheol marah besar karena ia sadar bahwa ia telah dipermainkan⸺”

“⸺T-tunggu,” Ji Na tau-tau menyela. Ia tak bisa membiarkan firasatnya atas Min Gyu begitu saja. “Min Gyu-ya, apa…apa kau selama ini membantu…Jae Hyun?”

Min Gyu terdiam sejenak. Kelopak matanya berkedip beberapa kali, menandakan ia tengah mempertimbangkan sesuatu.

“Min Gyu,” Ji Na meraih kedua tangan Min Gyu dan menggenggamnya. Kedua netranya menatap lurus ke arah Min Gyu. “Jae Hyun memintaku untuk mengikuti rencana Seung Cheol dan itu membuatku sempat khawatir. Kau sendiri menyebutkan bahwa kau tau kalau Jae Hyun memang tidak ada di Mokpo tapi kau sengaja membawa Seung Cheol tetap ke sana. Apa ini benar?”

Kepala Min Gyu akhirnya mengangguk, membenarkan. 

Ji Na ingin mengakuinya bahwa ia sedikit lebih lega setelah mendengar pengakuan Min Gyu.

“Tak penting alasannya kenapa aku memutuskan untuk membantunya, Ji Na. Yang jelas, Jae Hyun bermaksud untuk ikuti rencana Seung Cheol karena aku berusaha untuk menghasutnya dengan rencanaku. Dan,” kedua tangan kekar Min Gyu lantas beralih menyentuh kedua bahu Ji Na untuk menguatkan, “aku tau apa yang kalian jaga.”

Lagi, Ji Na terperangah. Ia tak ingin mengutarakannya, tapi, apa maksud dari ‘apa yang kalian jaga’ dari ucapan Min Gyu itu adalah kehamilan Ji Na?

“Jadi, dengarkan ini baik-baik,” sambung Min Gyu serius, "akan ada taruhan balapan mobil antara Seung Cheol dan Jae Hyun nanti malam. Imbalan dari taruhan ini adalah berkas yang Seung Cheol minta terkait bukti perusahaan ilegalnya dari Jae Hyun. Namun, karena Seung Cheol marah besar bahwa Jae Hyun rupanya tak ada di Mokpo semalam. Seung Cheol menuntut Jae Hyun untuk tak hanya memberikan berkas bukti itu saja, tapi juga mengembalikan sertifikat tanah di Ilsan pada Seung Cheol.”

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang