Tiga Puluh Empat

81 9 6
                                    

Acara anniversary pernikahan Kim Jun Myeon dengan Sang Istri berlangsung malam hari di sebuah hotel miliknya di pusat kota Seoul. Jadilah, sore ini, Hwang Ji Na cukup sibuk menggantikan peran Bodyguard Kim dalam menata baju Jung Jae Hyun di dalam ruang wardrobe. Sudah ada kemeja hitam slimfit yang kemarin malam sudah Jae Hyun fitting untuk acara hari ini di tangan Ji Na. Serta, satu stel jas resmi berwarna hitam pekat senada dengan kemejanya.

Setelah malam gloomy yang Ji Na habiskan menangisi perasaan dan nasibnya semalam, ditutup kegiatan bercinta yang paling intens dibanding malam-malam lainnya. Setidaknya, hari ini Ji Na mampu bangkit mengisi hari-harinya sambil mengabaikan masalahnya; seperti biasa. Ia mampu tersenyum lebar, menutup luka dan debar khawatir karena perpisahannya dengan Jae Hyun bisa saja sudah ada di depan matanya. Tapi, Jae Hyun mampu mendampinginya menutup semua kekhawatiran itu.

"Lumayan, bukan?" tanya Ji Na, menyinggung tatanan rambut membentuk koma yang ia tata untuk Jae Hyun.

Pria itu sibuk mematut diri di cermin, memperhatikan betapa kerennya tatanan rambutnya malam ini. Biasanya Bodyguard Kim yang membantunya menata. Rupanya, ia lebih suka versi Hwang Ji Na.

"Kau selalu membuatku terkejut dengan keahlianmu, Baby," puji Jae Hyun sambil menoleh ke arah Ji Na yang menghampirinya dengan 3 hanger setelan Jae Hyun. "Good job," pujinya.

Senyum Ji Na tersungging lebar menerima pujian Jae Hyun. "Aku seorang model kalau kau lupa," ia bergerak menghadap Jae Hyun yang bertelanjang dada, mulai memposisikan diri untuk membantu pria itu mengenakan kemeja hitam yang ada di tangannya, "kita harus punya keahlian semacam itu untuk membantu satu sama lain di backstage di situasi-situasi genting. Aku sudah menata rambut banyak kepala. Ini bukan apa-apa, hm?" tuturnya sombong.

Sorot Jae Hyun berubah tajam dengan senyum miring untuk Ji Na. Tangan pria itu meraih pinggang Ji Na, menarik tubuh wanita itu menempel padanya.

"Jadi, aku bukan orang pertama?" tukas Jae Hyun cemburu.

Ji Na terkekeh, masih sibuk mengancingkan kemeja yang Jae Hyun kenakan. "Maafkan aku, tapi, bukan. Kau pelangganku yang kesekian ratus," jawabnya santai.

"Sayang sekali," Jae Hyun menghampiri perpotongan leher Ji Na, mengecup bekas berwarna merah keunguan yang masih tercetak matang di sana akibat ulahnya semalam. Hormon tubuhnya tak sanggup untuk hanya membubuhkan kecupan. Ia berubah menjadi sesapan. Menimpa bekas bercinta itu dengan bekas merahnya yang baru. Selalu seperti itu setiap kali berhadapan dengan Hwang Ji Na.

"Jeff," Ji Na menegur tingkah Jae Hyun dengan satu cubitan halus di perut berototnya. Meskipun, itu tak begitu berguna karena Jae Hyun masih berkutat di leher dan bahunya yang hanya tertutup tali spageti terusan piyama yang Ji Na kenakan sejak semalam.

"Kau tak berniat mengganti piyamamu, hm?" Jae Hyun mendesah dalam. Diikuti desahan ringan Ji Na atas kenikmatan Jae Hyun. "Ohh, kau memabukkan, Ji Na," desah Jae Hyun.

"Yang penting aku sudah mandi. Untuk apa ganti pakaian kalau nanti kau lepas lagi," Ji Na menyinggung kegiatannya bersama Jae Hyun yang tak keluar kamar sejak semalam. Mereka bangun, mandi bersama, bercinta lagi, sarapan, menonton film, sampai saat ini dilakukan di dalam kamar. Keduanya murni bermalas-malasan bersama. Lebih tepatnya, benar-benar menghabiskan waktu bersama.

Jae Hyun tersenyum konyol. "Tak ada masalah dengan kandungannya, kan?" tangannya menyentuh perut Ji Na.

"Aman. Tidak ada flek maupun kram perut," jawab Ji Na sambil terkekeh. Menertawakan kekonyolannya bersama Jae Hyun. "Ngomong-ngomong, kau benar-benar serius mau pakai kemeja ini?"

Ji Na mendorong Jae Hyun agak menjauh. Memperhatikan dengan seksama betapa seksinya kemeja hitam agak transparan itu memeluk tubuh sempurna Jae Hyun. Pola vertikal pada kemejanya yang tipis membuat siluet dada bidang Jae Hyun nampak sempurna untuk menggoda siapapun yang melihatnya. Ah, ia agak tidak terima membayangkan wanita lain menikmati ketampanan Jae Hyun dengan setelan ini.

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang