Tiga Puluh Tiga

93 8 9
                                    

Ini bukan hanya sekedar tentang kepercayaan Ji Na terhadap Jae Hyun. Tapi, juga tentang :

Kepada siapa Jae Hyun mengerahkan seluruh perhatian dan cintanya melalui Ji Na?

Kepada diri Hwang Ji Na? Atau,

kepada bayangan Sunshine yang ada pada Hwang Ji Na?

Cinta Jae Hyun itu untuk siapa?

Memang. Sejak awal semua tersusun berupa sebuah rencana untuk Ji Na bisa pergi dari cengkraman Jae Hyun. Dari Ji Na yang memutuskan untuk berpura-pura mencintai pria itu, sampai Ji Na benar-benar jatuh cinta begitu dalam pada pria itu. Jeno bahkan mendiagnosa perasaan Ji Na yang luar biasa dahsyat itu sebagai stockholm syndrome⸺saking tidak masuk akalnya. 

Kini, diagnosa sindrom itu pun tak ada gunanya⸺jika ternyata benar. Toh, semua sudah terlanjur. Ji Na sudah terlanjur jatuh cinta. Dan, Ji Na sudah terlanjur hamil. Kini, fokus masalahnya hanya ada pada satu pertanyaan besar, yaitu :

Ji Na akan tetap menjalankan rencana awalnya untuk pergi dari Jae Hyun atau ia mengabaikan semuanya⸺termasuk perasaan Jae Hyun yang sebenarnya⸺dan tinggal dengan pria itu?

CKLEK.

Pintu ruang kerja Jae Hyun berhasil terbuka dengan suara yang begitu halus oleh Ji Na. Suasana di sekitar ruang kerja Jae Hyun sepi. Hampir tak ada orang yang berlalu lalang di waktu dini hari ini. Matahari masih belum bertugas. Hari masih cukup gelap untuk orang beraktivitas. Tapi, Ji Na sudah ada di sini. Di dalam ruang kerja Jae Hyun seorang diri. 

Usai memastikan bahwa benar-benar tak ada yang mengikutinya, Ji Na pun melanjutkan langkah dengan ‘normal’ menuju sebuah rak berwarna putih yang terletak di dekat pintu kamar mandi. Ia berdiri di samping rak tersebut. Lantas, menoleh ke arah cctv yang berada di sudut ruangan. Cctv yang tak menjangkau area tempat Ji Na berdiri. 

Tangan kecil Ji Na menyelinap di balik rak tersebut, mencari sebuah laci dengan pintu geser yang menyembunyikan sebuah tempat penyimpanan kecil di sana. Ji Na merogoh ke dalamnya dan meraih sebuah map coklat yang tersimpan di sana. 

Sudah cukup lama sejak Ji Na menemukan map ini disembunyikan oleh Jae Hyun. Rupanya pria itu belum memindahkannya sama sekali dari sana. 

Belum map coklatnya terbuka sempurna, air mata Ji Na sudah lebih dahulu melesak ke pelupuk matanya. Kenyataan pahit yang pernah Ji Na pendam dalam-dalam, kini ia buka kembali dalam perasaan yang sama sesaknya. 

Ji Na gemetar begitu map coklatnya terbuka dan menunjukkan dua lembar foto di dalamnya. Foto Hwang Ji Na. Serta, foto Kwon Shi Young yang ditempel berjejeran di atas kertas polos berwarna putih. Sebuah bukti nyata yang memperkuat dugaan Jeno terhadap Jae Hyun, bahwa, 

mungkin saja Jae Hyun benar-benar berdelusi mengenai Shi Young pada diri Ji Na.

“Tidak,” Ji Na menggigit bibir bawahnya. 

Ia ingin menampik semua kemungkinan mengenai perasaan Jae Hyun. 

Ia ingin abaikan bentuk perasaan apapun yang mungkin Jae Hyun rasakan. 

“Jeffrey tidak begitu,”

Pandangan Ji Na jatuh tersorot begitu sendu pada sosok Shi Young. Wanita itu cantik, mengenakan terusan pendek berwarna krem yang pernah dengan sengaja Ji Na kenakan di hadapan Jae Hyun waktu itu. 

“Ya, Shi Young,” bulir air mata Ji Na masih deras, “Jeffrey menyudahi perasaannya terhadapmu. Ia benci setiap kali aku terlihat meniru dirimu. Kau sudah berakhir, Shi Young. Ceritamu dengan Jeffrey sudah tutup buku.”

Ji Na ingin tau apakah pernyataannya tersebut akan dibenarkan oleh Jae Hyun atau tidak. Tapi, Ji Na cukup payah untuk menanyakannya. Ia takut Jae Hyun pergi darinya. Namun, ia juga tak tau bagaimana harus meyakinkan diri agar Dream berhenti melanjutkan rencananya membawa Ji Na pulang. Karena, Ji Na sendiri pun masih tidak bisa membedakan;

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang