BONUS 1

85 6 2
                                    


Bagi penduduk Swiss, ada sebuah sindrom yang terkenal menyebalkan jika musim dingin tiba menyelimuti Swiss selama beberapa bulan lamanya. Namanya Winter Blue. Singkatnya, winter blue ini adalah sejenis sindrom yang muncul akibat langkanya cahaya matahari yang ada di sekitar Swiss saat musim dingin dan mengakibatkan Swiss diselimuti oleh hawa ‘membiru’ karena dinginnya salju. Swiss memang terkenal cantik dengan pemandangan tumpukkan saljunya, layaknya di negeri dongeng. Tapi, percayalah, bagi penduduk Swiss, saat salju turun menyelimuti buminya, kebanyakan dari mereka akan mengalami depresi karena merindukan cahaya matahari.  

Itu sekilas tentang winter blue. Sebuah fenomena yang sepanjang Ji Na hidup di Jerman dulu pun telah ia rasakan. Mengenai betapa menyebalkannya ‘dipenjara’ oleh salju. Cahaya matahari yang hanya muncul⸺paling lama⸺sekitar 3 jam mendadak menjadi hal yang paling membahagiakan di dunia. Seperti saat ini, di pagi menjelang siang, tepatnya di samping dinding kaca rumah keluarga Jung, Ji Na berdiri sambil memeluk dirinya sendiri saat menikmati hangatnya cahaya matahari⸺langka⸺yang menyorot rumahnya. Tambahan, dengan bahagianya. 

Bibir Ji Na tersungging sangat lebar. Kedua kelopak matanya terpejam erat-erat. Menikmati betapa hangatnya sinar matahari yang menyirami tubuhnya itu dengan cahaya. Sudah 4 bulan Ji Na tinggal di sini. Artinya, 6 bulan kandungannya berkembang baik dengan bentuk perut yang membulat lucu. Kabar baik lainnya adalah jenis kelamin calon buah hatinya dengan Jae Hyun diprediksi sebagai laki-laki. Jadi kemungkinan, sekitar kurang-lebih 3 bulan lagi dari sekarang, rumah megahnya dengan Jae Hyun akan segera dipenuhi oleh berisiknya suara tawa dan tangisan bayi laki-laki nanti. 

“Setiap dihitung semakin membuatku tidak sabar,” Ji Na bergumam. Ia membuka kedua pasang matanya, dan langsung ia arahkan pada perut buncitnya yang dihuni oleh calon bayi berusia 6 bulan miliknya. Tangannya lantas bergerak mengusap perutnya, merespon atas gerakan aktif bayi dari dalam perutnya⸺yang hampir tidak pernah bisa diam; apalagi jika Ji Na habis makan sesuatu yang manis-manis. 

“Apa, huh? Kau ingin Ibu mencuri es krim dari kulkas lagi, dan dapat omelan dari Ayahmu lagi?” Ji Na menggelengkan kepala; seolah bayi dari dalam perutnya bisa melihat reaksi Ji Na. “Tidak. Tidak. Kau harus bisa bekerja sama dengan Ibu untuk membantu menjaga berat badanmu sampai waktunya melahirkan nanti. Mengerti, Jung Dante?”

Terasa betul saat kaki kecil bayi yang telah memiliki nama⸺Jung Dante⸺tersebut menendang perut Ji Na. Mendesakkan protes atas ucapan Ibunya beberapa waktu yang lalu. Seperti, ‘Tidak, Eomma. Aku tetap mau es krim coklat dan vanilla yang disiram saus caramel dan sprinkle warna-warni yang cantik. Oh, jangan lupa whipped cream.”

Ji Na berdeham usai mendapat ide itu. “Itu terdengar nikmat, Nak,” jawab Ji Na atas isi kepalanya sendiri.

Sang Bayi menendang lagi, kali ini terasa lebih halus dari sebelumnya, seolah ia mendukung Sang Ibu untuk segera mengambil langkah menuju kulkas dan menyendokkan beberapa scoop es krim ke mulutnya. 

“Oho,” Ji Na menggerak-gerakan jari telunjuknya ke kanan-kiri, “Tetap tidak, Jung Dante.”

Tak ada pergerakan lagi. Mungkin, Sang Bayi merajuk. 

“Kau Putra Ibu yang pintar,” maka, atas sikap merajuk bayinya, Ji Na mengucapkan pujian sebagai bentuk bujuk rayunya. “Beberapa minggu lagi, kau akan memasuki trimester ketiga. Artinya, Ibu harus lebih memperhatikan apapun makanan yang masuk sampai ke mulutmu nanti, Nak. Terlebih lagi, kau tidak tau seberapa susah untuk Ibu merayu Ayahmu kalau mengomel nanti. Itu akan jadi masalah besar. Oke?”

Tak ada jawaban, tentu saja. Hanya terasa sedikit pergerakan halus dari dalam perut Ji Na. Hal yang membuat wanita itu terkekeh sendiri ketika menyadari bahwa ia mulai⸺lihai⸺bicara sendirian. 

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang