Sebelas

80 8 0
                                    

Lamborghini hitam yang dikendarai Jeno melesat dengan jarum speedometer yang terus bergerak semakin ke kanan. Amarah yang mendidih dalam setiap mililiter darah membuat sarafnya menggerakkan otot kakinya untuk menginjak gas tanpa pikir panjang. Seluruh isi kepala Jeno buntu oleh kabut dendam yang menguasai pikirannya.

Sudah dua hari sejak berita mengenai hilangnya kakaknya beredar di seluruh media. Sudah dua hari Jeno rungsing tidak bisa tidur dengan tenang karena tidak ada satu info pun yang ia terima mengenai keberadaan Ji Na. Keadaan runyam, dan semakin runyam karena Lee Jong Wook mulai mengerahkan usahanya untuk mencari keberadaan Ji Na. Bagi Jeno, Ia harus menjadi orang pertama yang menemukan keberadaan Ji Na sebelum Lee Jong Wook. Atau, kehidupan Ji Na akan semakin terikat penuh kendali dari Lee Jong Wook.

TIINNN!!!

Klakson mobilnya menggelegar langsung disambut dengan terbukanya folding gate basecamp Dream. Ia memarkirkan mobilnya tanpa menghabiskan waktu lama, dan segera menuruni mobilnya.

"Brengsek!"⸺BRAK!

Jeno membanting pintu mobilnya hingga membuat keempat kepala temannya itu menatapnya serius. Lee Jeno tidak pernah semarah ini, tapi kali ini ia mengumpat sambil berkacak pinggang.

"Aku benar-benar kehilangan akal! Jenis mafia seperti apa yang menculik kakakku sampai tidak ada satu pun jejak mereka yang bisa kutemukan! Hampir seluruh cctv bandara ter-hack di hari Ji Na Noona terbang. Bahkan, tidak ada satupun bodyguard yang mengingat seperti apa rupa yang menyekap mereka di dalam gudang!"

"Catatan bandara mengenai pesawat pribadi yang dipakai Ji Na Noona untuk berangkat ke Milan juga teridentifikasi atas nama Lee Jong Wook," Renjun menghela nafasnya sambil menatap layar laptopnya pasrah. "Tidak ada satu pun yang mencurigakan dari keberangkatan Ji Na Noona sampai kejadian teror di acara fashion show terakhirnya. Ini mengesalkan."

"Apa yang harus kita lakukan?" Jeno membanting pantatnya ke atas sofa, merasakan seluruh beban di kepalanya yang begitu berat menimpa bahunya. "Kita harus segera menemukan posisi Ji Na Noona sebelum Ayahku yang menemukannya lebih dulu. Pria itu sudah menemui mafia code 17 untuk membantunya mencari posisi Ji Na Noona."

Jeno memijat pelipisnya yang terasa begitu tegang. Ia buntu.

"Aku penasaran," Chenle menyela dengan kernyitan dahi penuh keheranan. "Apa yang diinginkan Ayahmu sampai ia harus bekerja sama dengan mafia code 17? Bukankah mafia itu terkenal sangat sadis?"

"Bukan bekerja sama, Chenle-ya," Renjun menjawab, mewakili Jeno yang sudah terlanjur rungsing.

"Singkatnya, Kakakku dijual pada mafia code 17 oleh Lee Jong Wook karena sertifikat tanah di Ilsan dikuasai oleh mafia code 17. Ayahku yang keparat itu ingin menukar sertifikat tanah di Ilsan dengan menikahkan Ji Na dengan Ketua mafianya," serobot Jeno menegaskan. "Lee Jong Wook itu kenapa harus berstatus sebagai Ayahku. Mengesalkan!"

"Yah! Kalau situasinya serumit ini, maka sulit mencari jalan keluarnya," komentar Chenle.

"Harus ada yang dikorbankan," Renjun menimpali.

"Bukan harus ada. Tapi, semua yang terlibat harus bertanggung jawab dan masuk penjara," tutur Jeno lugas dengan tatapan tajam yang mengerikan. "Aku tidak peduli jika Lee Jong Wook harus mendekam di penjara selamanya. Pria itu membuatku menyesal telah terlahir dari spermanya. Sialan."

Di tengah situasi tersebut, Jae Min satu-satunya yang sibuk menatap layar komputernya. Pria itu sesekali menggigit kuku ibu jarinya dan kakinya bergerak-gerak gelisah seperti menunggu sesuatu. Menangkap situasi yang tak kunjung terpecahkan, Ji Sung yang berdiri di sisi Jae Min pun ikut bergerak gelisah. Pria itu menoleh ke arah Jeno duduk dan memutuskan untuk menghampirinya.

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang