Tiga Puluh Sembilan

87 7 3
                                    

Deru mobil yang bersiap di balik garis start sebuah arena menjadi faktor pendukung atas meningkatnya detak jantung seluruh anggota 127 secara drastis. Bendera belum dikibarkan, artinya pertandingan belum dimulai. Namun, suara dari masing-masing mesin mobil yang dipanaskan oleh sang pengemudi terdengar seolah mereka siap melesat, melepaskan injakan rem dari kakinya kapan saja.

Pertandingan balap mobil antara Jae Hyun dan Seung Cheol kali ini akan menjadi pertandingan yang pelik. Jae Hyun dengan segala ambisinya⸺yang membuat seluruh anggota 127 cukup tegang⸺tak akan mungkin membiarkan semangatnya mengendur sedetik pun. Demi Hwang Ji Na. Jae Hyun tak akan peduli sedalam apa kakinya akan menginjak pedal gas nanti. Dugaan itulah yang membuat seluruh anggota 127 berdiri tegang di areanya, memantau Jae Hyun dari kejauhan.

"Sampaikan secuil apapun informasi tentang Hwang Ji Na padaku."

Tak ada gemetar ketakutan sedikitpun dari Jae Hyun. Setidaknya sampai ia siap memasang helmnya dan bicara pada Lee Tae Yong melalui earphone yang terhubung di telinga dan mulutnya.

"Aku mau semua rencana terlaporkan padaku dengan baik," tegas Jae Hyun, memastikan bahwa seluruh rencananya mengenai Ji Na terlaksana sesuai keinginannya.

Dari seberang earphone, terdengar Tae Yong menjawab dengan nada sedikit gemetar.

"Jae Hyun, fokus saja dulu pada pertandingannya. Kupastikan rencananya terlaksana dengan baik," pesan Tae Yong, penuh kekhawatiran akan ambisi Jae Hyun yang mungkin saja akan membuat pria itu gelap mata dan tak bisa berpikir jernih.

"Aku mau kau memberitahuku saat rencana kita clear, Tae Yong," Jae Hyun mengulang titahnya. Tak sedikitpun ia berikan selah untuk kekhawatiran Tae Yong sama sekali. Ia hanya ingin dengar Tae Yong menyanggupi bahwa rencananya akan sesuai rencananya..

Helaan nafas cukup panjang terdengar dari Tae Yong sebelum ia menjawab, "Well noted," jawab Tae Yong menyerah dari perdebatan tak penting dengan Jae Hyun. "Dream di bawah pimpinan Jeno sudah di perjalanan untuk rencana selanjutnya. Akan kusampaikan padamu jika mereka berhasil membawa Hwang Ji Na."

Mendengar informasi tersebut, cengkraman tangan Jae Hyun pada setir mobilnya menguat. Terlihat jelas otot-otot jemarinya yang menonjol kekar. Saat ini, selama sepersekian detik, Jae Hyun baru merasakan gelenyar khawatir yang membuat tangannya sempat gemetar sesaat. Dengan sorot mata tajam yang begitu fokus menatap jalur balap di depannya, Jae Hyun menyembunyikan tindakan gelisahnya yang tak sadar muncul melalui otot-otot gigi gerahamnya yang menguat.

"Tae Yong Hyung," nada suara Jae Hyun yang semula dominan pun berubah menjadi lebih lembut pada Tae Yong. "Tolong jaga Ji Na sebaik mungkin."

Ada sarat ketakutan dari pesan Jae Hyun yang cukup baik tersampaikan pada Tae Yong. Dari permintaan serius Jae Hyun mengenai Ji Na, seolah tak ada apapun lagi yang Jae Hyun inginkan selain keselamatan wanita itu.

"Tentu," Tae Yong tak ingin menambah beban Jae Hyun. Apapun hal mengganjal yang mengganggu pikiran dan hatinya, Tae Yong tak ingin utarakan. Demi Jae Hyun bisa lebih fokus pada pertandingan.

Maka, mendengar kesanggupan Tae Yong mewujudkan keinginannya untuk menjaga Ji Na, otot-otot geraham Jae Hyun tak seketat sebelumnya. Meskipun masih tegang, Jae Hyun sudah lebih rileks dan kembali memusatkan perhatiannya pada pertandingannya.

"Ingat, Jae Hyun. Kendalikan kemudimu. Pegang setirmu erat-erat."

Pesan Tae Yong, menjadi pesan terakhir yang Jae Hyun dengar sebelum kakinya menginjak pedal gas dan membawa mobilnya melesat secepat cahaya. Berdampingan dengan mobil yang Seung Cheol kemudi, kedua mobil itu melaju dengan kecepatan serupa. Namun, Jae Hyun menginjak pedal gas nya lebih dalam dari mobil Seung Cheol. Sehingga, mobilnya nampak terbang membelah angin mendahului.

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang