Dua Puluh Lima

96 6 5
                                    


Bara api yang memakan habis ratusan potong pakaian milik Sunshine pun menjadi pertanda bahwa telah habislah seluruh pakaian wanita itu di sekitar Jae Hyun. Sudah tak ada lagi yang tersisa, tak ada lagi yang tersimpan, bahkan untuk sekedar menjadi sebuah kenangan untuk Jae Hyun. Semua telah lenyap. Termasuk ratusan potong pakaian milik Sunshine yang selama ini Jae Hyun jaga dengan baik. Semua itu telah berada di bakar oleh api di dalam perapian.

Jae Hyun memperhatikan dengan seksama saat api perlahan-lahan menghabisi potong demi potong pakaian milik Sunshine. Pria itu berdiri dengan kokoh. Kedua bahunya begitu tegap dan siap; tak terlihat turun sedikitpun. Kedua tangannya ia selipkan ke dalam saku celana bahannya. Artinya, gestur itu merupakan gestur yang tak menunjukkan keterpurukan sama sekali. Respon yang Jae Hyun kira jika dirinya akan begitu terpuruk saat membuang semua pakaian Sunshine, ternyata respon itu tak nampak sebersit pun dalam hati Jae Hyun. 

“Rasanya seperti membuang sampah,” gumam Jae Hyun, yang sebenarnya ia tujukan sebagai topik pembicaraannya dengan Bodyguard Kim. 

“Apa kau tidak menyesal telah membakar ini semua, Tuan Jung?” Bodyguard Kim tau track record perjalanan Jae Hyun dengan Sunshine. Pria itu selalu menjadi orang yang setia berdiri di sisi Jae Hyun; seperti saat ini. 

Jae Hyun menoleh, memandang Bodyguard Kim dengan halus. “Kupikir begitu. Itulah kenapa kupertahankan semua barang-barang ini selama hampir 3 tahun. Karena, kupikir aku akan menyesal telah membuangnya nanti,” Ia menghela nafas panjang sejenak, “Rupanya itu benar-benar hanya ketakutanku sendiri.”

Bodyguard Kim mengangguk satu kali sambil tersenyum lebar. “Senang mendengarnya, Tuan,” ucapnya penuh perhatian. “Meskipun aku pernah tidak setuju dengan niatmu menculik Nona Hwang. Tapi, kurasa, desiremu mengarahkan visi hidupmu menjadi lebih positif.”

Entahlah. 

Apakah ini bisa disebut sebagai pertanda bahwa Jae Hyun mulai baik-baik saja?

Karena, ia merasa, ia lebih sering menemukan sisi dirinya yang baru. 

“Rasanya tubuh ini seperti sedang diisi oleh jiwa yang baru.”

Bodyguard Kim memandang Jae Hyun dengan guratan bingung. Meskipun, guratan bingung itu pun sirna hanya dalam beberapa detik. Berubah menjadi senyuman lebar.  

“Itu bagus untukmu, Tuan Jung,” respon Bodyguard Kim positif. 

“Ngomong-ngomong, bagaimana Hwang Ji Na?” Jae Hyun mengubah topik menjadi topik pembahasan yang selalu ia sukai. 

“Nona Lee sedang membantu melepaskan gips pada kaki Nona Hwang,” Bodyguard Kim memutar pergelangan tangan kirinya, memperhatikan jam pada jam tangannya. “Seharusnya sudah selesai sejak setengah jam yang lalu. Apa kau ingin menemuinya sekarang?”

Jae Hyun menjawab pertanyaan terakhir Bodyguard Kim dengan anggukan casual. “Kau tetaplah di sini. Pastikan semuanya terbakar sampai habis,” titahnya sebelum akhirnya kaki jenjangnya melangkah menghampiri Hwang Ji Na di kamarnya. 

*

Berakhirlah sudah penderitaan Ji Na yang disebabkan oleh Jae Hyun.

Jae Hyun pikir begitu.

Setelah pandangannya menangkap dari kejauhan, mengenai sosok Ji Na yang tertatih menyesuaikan kaki kirinya untuk digunakan berjalan kembali. Jae Hyun pikir, semua telah selesai. Wanita itu telah melangkah kembali. Senyumnya cantik terulas kembali dengan begitu lebar, karena kaki kirinya sembuh total. 

Hwang Ji Na⸺meskipun masih agak terpincang-pincang⸺sudah terlihat begitu bahagia karena kaki kirinya bisa berjalan. Wanita itu menghentikan langkah di tengah latihan berjalannya. Ia mengangkat kepalanya dan langsung membuat kedua netranya bertemu dengan netra Jae Hyun. 

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang