Sepuluh

79 8 2
                                    

Tae Yong tidak bohong perihal aura kepemimpinannya yang terkadang lebih mendominasi bahkan untuk seorang Jung Jae Hyun sekalipun. Faktanya, bahwa tidak ada orang lain selain Lee Tae Yong yang mampu menguasai sisi keras kepala Jung Jae Hyun dan setidaknya membuat pria itu menuruti titahnya untuk menemuinya di dalam ruangannya saat ini. Jadi, di momen ini, di dalam ruangan Tae Yong, pria itu sibuk membalas tatapan dingin Jae Hyun yang berdiri di seberang mejanya.

"Aku ingin mereka bertiga dikeluarkan dari ruang tahanan bawah tanah segera." Tae Yong berujar. Tapi ujar ini merupakan ujaran perintah. Bukan permintaan, apalagi permohonan. Ini titah.

Jae Hyun mengeratkan otot pada gigi gerahamnya. Jengkel dengan titah Tae Yong.

Tak segera mendapat jawaban atas titahnya, Tae Yong pun mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya ke arah Jae Hyun. Urat-urat yang menonjol di sekitar leher Jae Hyun menandakan dengan jelas mengenai amarah yang tengah pria itu tahan sekuat tenaga. Namun, Tae Yong tak takut sama sekali pada Jae Hyun. Pria itu justru beranjak dari tempat duduknya, melangkah menghampiri Jae Hyun yang masih sibuk menantang dirinya melalui tatapan tajamnya.

Bagi Tae Yong, Jae Hyun tidak akan pernah berani melukainya. Tae Yong tau itu.

"Kau tidak mendengarku, Jung Jae Hyun?" Tae Yong mengulang titah dominannya. "Aku ingin Mark, Hae Chan dan Hwang Ji Na dikeluarkan dari ruang tahanan sekarang!"

Jae Hyun melengos. Tak menjawab. Bibirnya bungkam seribu bahasa.

Kini, giliran urat di sekitar leher Tae Yong yang menonjol. Menampakkan betapa tegang amarahnya saat ini, memuncak hingga ke kepalanya. Pria itu berhasil berdiri persis berhadapan dengan Jae Hyun.

"Dengar, Jae Hyun," Tae Yong marah, meskipun nadanya super penuh penekanan⸺bukan berupa nada membentak. "Aku mengizinkanmu untuk memimpin sementara dalam kasus ini bukan berarti kau bisa mengobrak-abrik kelompok ini seenak jidatmu! Kau bisa melakukan apapun asal kau ingat satu hal! Jangan. Pernah. Lukai. Orang. Lain!"

"Aku sudah merawat sendiri luka Hwang Ji Na!" sambar Jae Hyun emosional.

"Kau mengerti bahwa aku tidak membahas mengenai Hwang Ji Na saja, Jae Hyun," manik mata Tae Yong tertancap serius pada manik mata Jae Hyun. Tatapan penuh ancaman. "Aku juga membahas mengenai Mark dan Hae Chan!"

"Kau tidak mengerti apa yang aku ketahui mengenai Mark dan Hwang Ji Na, Tae Yong."

"Aku bahkan tidak mau tau!" Tae Yong menaikkan suaranya. "Tapi, apapun yang kau ketahui itu. Jika alasanmu menyakiti Mark ada sangkut pautnya dengan obsesimu pada Hwang Ji Na, maka aku tidak akan tinggal diam."

Tatapan Jae Hyun menajam semakin dalam menantang Tae Yong. Sinyal yang Tae Yong berikan baru saja menyinggung sesuatu. Seolah ada yang Tae Yong ketahui lebih dari yang Jae Hyun ketahui. Tae Yong bahkan tak terkejut sama sekali saat Jae Hyun menyinggung sedikit mengenai sesuatu di antara Mark dan Ji Na.

"Siapa yang ingin kau lindungi, Tae Yong?" Jae Hyun mengambil satu langkah mendekat, mendesak Tae Yong untuk mengambil langkah mundur ke belakang. "Kau tau sesuatu mengenai Hwang Ji Na?"

"Obsesimu pada Hwang Ji Na membuatmu kehilangan kewarasan, Jae Hyun! Aku membahas mengenai betapa kejinya dirimu melukai Mark dan Hae Chan hanya karena obsesi gilamu pada Hwang Ji Na!"

"Kau sudah tau bahwa aku tidak akan sekeji ini jika sesuatu tidak mengusik milikku. Dan, Mark telah melakukannya!"⸺

⸺"Mark mengenal Hwang Ji Na jauh sebelum dirimu mengklaim kepemilikanmu yang begitu egois pada wanita itu!" serobot Tae Yong. "Kau sangat tidak masuk akal! Kau membuyarkan misi utama kita melakukan ini hanya karena ingin memuaskan obsesi besarmu memiliki Hwang Ji Na?!"

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang