Dua Puluh Empat

87 8 2
                                    

Tangan Jae Hyun gemetar saat menggenggam kenop pintu sebuah kamar yang sama sekali tidak pernah ia masuki lagi sejak 3 tahun yang lalu. Kamar yang dulu dihuni oleh wanita yang paling ia cintai; Kwon Shi Young. Kamar yang kini Jae Hyun tuju setelah seluruh emosi tentang Shi Young meluap tanpa bisa ia kendalikan. 

CKLEK.

Dengan segenap keberanian, Jae Hyun akhirnya memasuki kamar tersebut. Suasananya masih sama seperti 3 tahun yang lalu. Hawa tentang Shi Young seolah masih berkeliaran di sekitar kamar tersebut. Jajaran parfum wanita itu bahkan masih tersimpan rapi di atas meja rias. Kamar yang dulu pernah menjadi saksi atas kekejaman Jae Hyun, kini sudah terlihat kembali normal seperti sedia kala.

Langkah Jae Hyun gemetar menghampiri ranjang. Pria itu duduk di tepian ranjangnya dengan tubuh tanpa energi. Seluruh tenaganya habis disedot oleh perasaan sedih yang dikendalikan oleh alkohol. Kedua matanya tak kunjung kering dari air mata. Jae Hyun tak pernah menangis selama ini dalam kurun waktu 3 tahun yang lalu. Ia selalu memaksa dirinya menyembunyikan segala kesedihannya terkait tragedi yang ia alami waktu itu. 

Jae Hyun tak menyangka, seluruh emosi yang ia kubur dalam-dalam di lubuk hatinya kini mampu meluap hanya karena terpancing alkohol yang ia konsumsi. Seluruh tekanan yang tak pernah Jae Hyun tunjukkan pada orang lain. Mengenai betapa stressnya ia kehilangan Shi Young. Mengenai betapa terpuruknya ia ditinggal dan dikhianati oleh Shi Young. Seluruh stress itu⸺tanpa Jae Hyun sadari⸺mengubahnya menjadi monster yang tak mampu mengendalikan amarah. 

Ia seperti tak kenal dirinya sendiri. Ia tau ia berubah menjadi angkuh dan penuh dendam. Apa yang Shi Young torehkan pada hatinya begitu membuatnya terluka lebar. Ia benci mengingat pengkhianatan Shi Young. Tapi, ia tak bisa memungkiri bahwa ia masih mencintai wanita itu. 

“Bagaimana caraku sembuh dari semua ini, Sunshine?”

Telapak tangan Jae Hyun terulur mengusap permukaan ranjang tempat Shi Young biasanya tidur. Pria itu gemetar, seluruh tubuhnya tak mampu mengontrol kesedihan yang meluap tanpa kendali. Air matanya deras⸺tak biasanya sederas ini. 

“Pergilah dan jangan membuat pikiranku repot.”

Jae Hyun merindukannya. Tapi, Jae Hyun benci dirinya merindukannya. 

“Aku tidak ingin merindukanmu.”

Pria itu menyerah. Ia merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Mengistirahatkan seluruh tubuhnya karena terlalu lelah menangis. Ia biarkan sisa-sisa air matanya meleleh merembes ke sela-sela kelopak matanya yang tertutup. Jae Hyun terisak dalam diam. Ia membawa lengan kirinya menimpa kedua kelopak matanya, bermaksud memberikan tekanan tambahan agar kelopak matanya tak lagi merembeskan air mata. 

*

Jae Hyun tidak tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jae Hyun tidak tidur. Tetapi, kedua kelopak matanya terpejam erat. Kedua matanya sembab meskipun air matanya telah kering. Jae Hyun hanya beristirahat sambil melepaskan seluruh kontrol atas tubuhnya. Ia biarkan malam ini meluapkan kesedihannya untuk Shi Young. 

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang