Tiga Puluh Lima

66 9 11
                                    


I

nfo yang Jae Hyun terima beberapa waktu lalu lah yang membuat mobil hitam metaliknya melaju dengan murka membelah jalan malam kota Seoul. Sang Pengemudi tak peduli akan hadirnya mobil-mobil yang ada di hadapannya. Tangannya sangat lincah memutar setir kemudinya, membawa mobilnya melesat secepat mungkin menyaingi kecepatan cahaya. Jae Hyun begitu marah, hingga ia tak bisa mengukur sedalam apa kakinya menginjak pedal gas. 

Mata Jae Hyun menyorot tajam yang begitu mengerikan. Sorot yang tak pernah muncul lagi dalam kehidupan Jae Hyun selama bersama Ji Na. Sorot yang sempat dikira menghilang dari identitas Jae Hyun. Sorot itu muncul kembali di detik pertama kedua telinga Jae Hyun mendengar :

“Jae Hyun-ah, Ji Na menghilang!”

Deretan mobil-mobil milik 127 lainnya mengikuti jejak Jae Hyun, meskipun tak ada satupun yang berhasil mengejar kecepatan mobil Jae Hyun melaju. Pria itu sudah kehilangan akalnya. Ia kehilangan Hwang Ji Na. Dan, itu membuat akal dan nuraninya menguap meninggalkan jiwanya. 

Jae Hyun ingin mengamuk. Terlihat betapa kencangnya cengkraman kedua tangan pria itu menggenggam setir mobil. Info mengenai hilangnya Hwang Ji Na yang ia terima melalui Tae Yong, sudah pasti memberikan Jae Hyun kesimpulan bahwa Tae Yong dan Dream gagal membawa Ji Na pergi sebelum kelompok lain menculiknya. 

“Bangs*t!”

Bibir Jae Hyun tak sanggup menahan umpatan sepanjang jalan. Terlebih ketika kedua netranya menangkap tiga mobil dan dua motor sport yang masih terparkir di pelataran rumahnya. 

BRAK!

Jae Hyun tak peduli mobilnya terparkir di sebelah mana. Ia tiba. Ia turun dari mobilnya. Ia banting pintu mobilnya. Dan, berlari sekuat tenaga memasuki rumah. Kepalan kuat di kedua tangannya sudah siap melayang pada satu-persatu wajah beridentitas Dream itu. Ia siap lampiaskan amarahnya pada mereka yang tak becus diberikan kesempatan oleh Jae Hyun untuk membawa Ji Na. 

Sementara, di sisi lain, mobil Tae Yong dan lainnya berhasil menyusul. Mereka tiba tak lama setelah Jae Hyun tiba. Tae Yong menyerbu turun, buru-buru meminta lainnya untuk segera menyusul Jae Hyun. 

“BRENGSEK! HANYA SEGINI KEMAMPUAN KALIAN MENYELAMATKAN KAKAK TERCINTA KALIAN, HAH?!”⸺BUG! BUG! BUG!

Tae Yong panik. Pukulan demi pukulan telah melayang dari tangan Jae Hyun pada masing-masing wajah Dream. Mark dan Jeno kena paling banyak. Mereka dapat wajah paling bonyok akibat tinju Jae Hyun. Ke tujuh member Dream tak bisa pergi dari rumah Jae Hyun, tepat ketika Tae Yong memberitahu mereka bahwa Jae Hyun mengetahui rencana mereka untuk membawa Ji Na pergi. Dan, parahnya, gagal.

“Jae Hyun, tenang!” 

Tae Yong tak sanggup melawan tubuh Jae Hyun yang jauh lebih besar darinya. Jae Hyun menyergah tangan Tae Yong. Satu kali dorong, dan Tae Yong terhempas ke lantai. 

“PARA KEPARAT INI! SEHARUSNYA TAK KUBERI KALIAN KEPERCAYAAN SEJAK AWAL UNTUK MENYELAMATKAN HWANG JI NA!” 

Satu tendangan Jae Hyun meluncur di perut Jeno dan berhasil membuat pria itu tersungkur tak berdaya ke lantai. Jae Hyun lantas berlutut, menghampiri Jeno dan mencengkram wajah pria itu dengan satu tangannya. 

“Kau tau apa dampak dari kegagalan timmu menyelamatkan Kakakmu malam ini?!” Jae Hyun berteriak, mengamuk Jeno persis di depan wajahnya. “KAU TAU APA YANG AKAN TERJADI PADA KAKAK TERCINTAMU JIKA IA JATUH KE TANGAN MAFIA 17?!”

“⸺Jae Hyun-ah!⸺”

“⸺Diam kau, Brengsek!⸺”

Jae Hyun beranjak berdiri, mendorong Tae Yong yang lagi-lagi berusaha menghalanginya menghabisi Jeno. Ia dorong bahu Tae Yong dengan kedua tangannya yang berurat marah. Sorot matanya pun tak hanya amarah, tapi ada genangan air mata yang sekilas Tae Yong tangkap muncul di pelupuk mata Jae Hyun. 

DESIRE : EMOTIONALLY MANIPULATIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang