"Ini di pasang seperti ini bayi" ucap River membantu Ash memasang mainan bongkar pasang nya.
Malam ini Ash di temani oleh si kembar sebelum waktunya makan malam, ia berada di dalam kamar si kembar dengan banyak nya mainan milik si bayi yang di beli oleh para anggota keluarga.
"Ini warna apa ?" Tanya Ash menunjukkan warna kuning pada Ryder.
"Kuning, apa kamu belum tau nama-nama warna ?" Tanya Ryder menangkup wajah besar Ash yang nampak menggemaskan.
"Ash cuma tau warna merah sama hijau saja" balas Ash yang kembali memasang bongkar pasang nya, di bantu oleh River.
"Kalau begitu kita belajar mengenali warna" ucap River antusias, sudah dari dulu ia ingin memiliki adik agar bisa di ajari seperti ini.
"Nah bayi, ini warna merah" bukannya melihat buku yang di tunjuk oleh River, Ash malah fokus pada wajah River dan bibir River yang mengucapkan kata.
"Merah" balas Ash.
"Ini putih" ucap River lagi.
"Putih" lagi Ash tetap memperhatikan bibir River.
"Ini warna apa ?" Tahta River menunjuk warna kuning, Ash menunduk melihat warna kuning tapi di kepala nya ia lupa.
"Merah" ucap Ash menatap River.
"Jangan lihat Abang, lihat di sini bayi"
"Ini warna apa" tanya River lagi yang masih menunjuk warna yang sama.
"Putih" balas Ash.
"Jangan lihat Abang, lihat kesini" River geram, tapi Ash nampak tak peka.
"Lihat kesini coba, tadi bang Ryder sudah kasih tau"
"Putih" bibir kecil Ash melengkung ke bawah ingin menangis karena mengira River membentaknya, padahal nada River hanya naik satu oktaf saja. Tapi di penglihatan si bayi, River marah besar karena ia tak paham.
"Hiks.. huaaaaaa !" Tangis Ash pecah, ia menghampiri Ryder dengan tangan yang di angkat meminta di gendong.
"Kau mengajari nya dengan kasar" ucap Ryder menggendong Ash dan menepuk pelan punggung kecil Ash.
"Ck apanya yang kasar, orang nada nya biasa aja" gerutu River, namun entah kenapa ia kesal sendiri karena mengajari bocah belajar.
Apa dulu guru pembimbing nya juga seperti ini ya saat datang mengajari nya dan Ryder ?
"Sudah, sudah jangan menangis" ucap Ryder menenangkan bayi nya.
Ash menatap River, curi-curi pandang, namun di matanya River malah memelototi nya membuat bibir kecil itu kembali melengkung kebawah.
"Hiks.. hiks.. Daddy~"
"Iya, iya kita ke tempat Daddy" Ryder segera keluar, tatapan Ash masih terus tertuju pada River yang juga memperhatikan nya sedari tadi.
Intinya di mata Ash, River menatap nya dengan mata melotot marah !
"Hah~ apa aku salah ?" Gumam River bingung saat Ash melihat nya dan langsung menangis.
Di bawah, ternyata hanya ada Lucas dan Kaiden yang duduk di ruang keluarga menunggu jam makan malam dengan layar tv yang menyala namun keduanya tak menonton, Lucas yang sibuk dengan laptop dan Kaiden yang sibuk dengan ponsel nya.
"Daddy dimana bang" tanya Ryder membuat keduanya menoleh.
"Kenapa bayi nya" tanya Lucas meminta Ash untuk datang padanya, langsung saja Ryder memberikan Ash di pangkuan si sulung.
"Tadi nangis karena River ngajarin Ash belajar" jelas Ryder.
"River memarahi nya ?" Tanya Kaiden.
"Enggak, tapi mungkin di mata nya River keliatan serem mungkin pas ngajarin"
"Kamu menangis ?" Tangan Lucas menghapus air mata yang ada di wajah gembul Ash dengan lembut.
Bibir Ash tetap melengkung ke bawah siap menangis lagi namun tangisan nya tak keluar karena Lucas dengan cepat membuat nya nyaman, menepuk pelan punggung kecil Ash untuk menenangkan nya.
"Kamu mau ?" Lucas menyodorkan puding jeruk yang memang tadi di siapkan oleh para maid untuk nya.
Ash mengangguk, menerima suapan dari Lucas dengan mata berbinar nya, ia suka sensasi lembur dari puding nya, dan rasa segar dari buah jeruk.
"Tadi belajar apa hmm" tanya Lucas di sela-sela menyuapi si bayi.
"Merah, putih" balas Ash tak fokus.
"Warna bang" ucap Ryder saat Lucas menatap nya bingung.
Tak lama Archer dan River datang dan ikut bergabung bersama yang lain.
"Kenapa ?" Tanya Archer menatap anak-anak nya bingung.
"Bayi nangis" ucap Ryder membuat Archer bingung.
"Siapa yang membuat nya menangis"
"River dad"
Archer menatap River datar, sementara yang di tatap malah cengegesan sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Tatapan Archer itu kalau ada leser nya pasti ia sudah tinggal nama.
"Bayi perut kamu besar sekali, kamu cacingan ?" Tanya Lucas mengelus perut besar Ash.
Ash hanya memakai baju atasan saja tanpa celana karena tadi saat di ganti popok, Ash langsung berlari untuk bermain.
"Iya besar banget, lemak nya numpuk di berbagai tempat" celetuk River menatap tubuh Ash penuh dengan gumpalan lemak, tapi perut Ash benar-benar besar.
"Dad sepertinya bayi kecil ini harus di bawa imunisasi, biar cacing nya pada mati" ucap Lucas memberi saran.
"Tapi gemes kalau perut nya bulat seperti itu" ucap Kaiden menatap gemas pada perut besar Ash, ia ingin sekali mengigit nya.
"Tapi kasian kalau sewaktu-waktu cacing nya kepenuhan pasti Perut bayi nya bakal meledak" celetuk River dengan bodoh nya.
"Apa kamu memiliki kapasitas otak di bawah rata-rata River Kendrix ?" Tanya Archer menatap anak keempat nya itu datar.
"Hehe enggak dad, becanda doang" balas River.
"Siapa yang membawa nya untuk imunisasi" tanya Archer.
Semuanya terdiam, karena mereka besok juga memiliki tugas nya masing-masing.
Archer yang memiliki meeting penting, Lucas yang juga harus ke markas utama, Kaiden yang menggantikan tugas si sulung di perusahaan dan si kembar yang harus ke sekolah, terlebih teman-teman si kembar merengek ingin bertemu dengan bayi Ash lagi.
"Kalau begitu biarkan Ben yang mengantar bayi nya ke rumah sakit" ucap Archer.
"Daddy yakin ? Tak masalah jika bayi nya di bawa keluar ?" Tanya River ragu.
"Tentu saja, hanya ke rumah sakit lalu pulang jadi itu bukan masalah besar"
"Baiklah, berarti sudah di putuskan Ash akan pergi dengan Ben besok untuk imunisasi" ucap Lucas.
"Lebih baik membawa beberapa bodyguard untuk jaga-jaga" celetuk Kaiden.
Lagian berjaga untuk sesuatu yang mungkin terjadi.
____________________
Typo tolong di tandai ya bested~
KAMU SEDANG MEMBACA
Asher ( COMPLETED ) ✔️
Teen FictionJust brothership not bl/gay Asher adalah bocah 3 tahun yang di buang oleh para biarawati dari panti asuhan nya karena ia yang sering sakit-sakitan membuat biaya habis terbuang untuk pengobatan nya. Alhasil para biarawati memutuskan untuk meninggalka...