Bandung, 1998. Pukul 06.15.
Pengumuman hasil UMPTN
.............
Pagi-pagi sekali Raina sudah terlihat berada di depan teras dengan kondisi masih mengenakkan piyama dan ditemani oleh Neneng yang berdiri dekat pagar. Pagi itu, Raina sedang menunggu tukang koran langganan omanya datang. Raut wajah Raina menyiratkan berjuta kegelisahan. Bagaimana tidak? Hari ini adalah waktu pengumuman hasil Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) yang akan dimuat di harian surat kabar lokal maupun nasional.
"Kooorrraaaan!"
Tak berapa lama, seorang pemuda yang mengendarai sepeda ontel berhenti tepat di depan Neneng dan segera menyerahkan sebuah gulungan surat kabar.
"Pagi, teh ... ini korannya. Mangga teh."
Ujarnya ramah dan langsung melesat di jalanan.
"Neeeng ... bawa korannya sini, cepetan!" Teriak Raina dari atas teras.
Neneng pun tergopoh menapaki carport – yang berada di depan garasi – dengan selembar koran di tangannya.
"Ini non ..." Ujar Neneng sambil menyerahkannya pada Raina.
Tanpa kata Raina segera merebutnya dari tangan Neneng kemudian masuk ke dalam rumah melalui ruang tamu dan cepat-cepat membentangkan koran di atas meja ruang keluarga. Sementara Neneng yang berjalan di belakang Raina melanjutkan langkahnya ke ruang belakang.
"Udah dateng korannya non?"
Andini tiba-tiba muncul dari ruang makan bersamaan dengan oma Popon yang keluar dari kamarnya – yang berada di depan ruang keluarga.
"Udah ...." Jawab Raina pelan dengan pandangan masih tertuju pada lembaran surat kabar.
Mata indahnya terlihat serius menyusuri barisan kolom-kolom daftar nama calon mahasiswa baru yang lolos UMPTN saat itu. Beberapa saat Raina masih mencari-cari namanya dan berharap namanya segera ditemukan tercantum di sana.
Tahun ini Raina telah berhasil menyelesaikan studinya dari SMAN 3 Bandung dengan hasil yang cukup memuaskan dan membanggakan. Dengan kemampuannya yang meraih nilai rata-rata 9,5 di setiap mata pelajaran membuat Raina percaya diri untuk mendaftarkan diri ke universitas negeri ternama di kota Bandung ini yaitu ITB mengambil jurusan FSDR (Fakultas Seni Rupa dan Desain) dengan program studi Desain Interior.
****
"Alhamdulillaaah ... nama aku ada!"
Raina menjerit histeris lalu segera menghambur ke dalam pelukan oma Popon yang duduk di sampingnya.
"Aduuhhh Alhamdulillah ya Allah!"
Oma Popon mendekap Raina erat penuh haru dan berseru dengan jeritan yang serupa.
"Noni diterima di ITB oma ... Noni lolos tante ..."
Air mata Raina berlinang dalam dekapan oma Popon dan Andini yang memeluknya dari belakang. Sejenak, keharuan mengepung ketiganya. Tak terkecuali Neneng yang mengintip dari ruang makan.
"Ayo, noni cepet-cepet telefun papi dulu."
Oma Popon melepaskan pelukan dengan air mata yang masih menggantung di sudut mata tuanya. Raina pun mengangguk sambil menghapus air mata dengan punggung tangannya lalu bangkit dan menuju pesawat telepon di sudut ruangan.
Setelah menekan beberapa nomor telepon dan menunggu beberapa saat, hubungan telepon pun akhirnya tersambung ke kediaman pak Hasyim Indrawan.
["Haloooo ..."]
KAMU SEDANG MEMBACA
Halimun 1992
عاطفية"Jika anak pak mandor Arkan masih bersikeras untuk melanjutkan hubungan dengan anak saya Raina, pilihannya hanya ada dua. Beasiswanya dihentikan atau pak mandor dipindah tugaskan dan diturunkan jabatannya!" Suara bu Hasyim menggelegar bak petir yan...