Part - 4

48 6 1
                                    

...............

"Noni! Kapan datang? Bikin kaget aja!"

Neneng tampak terkejut dengan kehadiran Raina yang tiba-tiba menyembul dari balik pintu --yang  setengah terbuka. Sementara Raina hanya melempar senyum manis.

"Dari tadi. Ngobrol dulu sama papi sebentar. Oya, mang Ujang ke mana, Neng?"

Raina langsung menanyakan sopir ayahnya, Ujang -- suami Neneng. Jelas saja hal itu membuat Neneng mengerutkan dahinya penuh tanya.

"Ada apa non? Kang Ujang teh lagi beresin halaman belakang dari pagi."

Neneng pun langsung menghentikan aktifitasnya lalu memandang Raina yang tengah bersandar separuh badan di kusen pintu.

"Aku udah bilang papi mau pinjem mang Ujang buat anter aku besok. Tapi ... ini rahasia ya Neng." 

Raina menurunkan suaranya di akhir kalimat dengan kepala yang dilongokkan keluar pintu. Gerak-gerik Raina semakin membuat Neneng dipenuhi teka-teki.

"Rahasia, non? Rahasia apa atuh. Neneng boleh tau enggak?" Neneng pun latah mengikuti Raina. Suaranya terdengar setengah berbisik.

"Aku bilang sama papi mau ke Jakarta, tapi ... sebenernya bukan. Aku mau ke Ciwidey."

"Apah, ke Ciwidey non? Mau ap-pa?" Jawaban Raina sontak membuat mata Neneng membulat dan wajahnya langsung pucat.

"Ssstttt ... Nanti kedengeran papi. Iya, aku mau ke Ciwidey, Neng. Mau ketemuan sama Duta. Tadi pagi dia telepon aku ..." 

Raina tampak menempelkan telunjuk ke bibirnya dan kali ini suara Raina benar-benar berbisik.

"Hah! Duta? Kok, bisa non. Aduh, hati-hati non. Ah, Neneng mah takut!"

Saat itu, wajah Neneng seperti kehilangan darah. Jantungnya mendadak berdebar. Kakinya pun turut gemetar.

"Kamu tenang aja Neng. Gak bakal kenapa-napa. Asal kamu dan mang Ujang bisa jaga rahasia ini." 

Raina tampak mendekati Neneng lalu menggenggam kedua tangannya untuk memberikan jaminan. Neneng pun mengangguk setuju walau wajahnya masih terlihat pucat pasi.

                                                              ****

"Waahh cilaka ini mah, non. Bahaya! Kalau ketauan juragan, saya bisa dipecat ..."

Wajah Ujang tak kalah pucat dengan Neneng ketika baru saja selesai mendengar penjelasan dari Raina. Dan Neneng yang berada di samping Raina saat itu, raut wajahnya kembali berubah tegang.

"Kalo sampe ada apa-apa ... Saya yang tanggung semuanya. Ok?" Ujar Raina dengan mimik serius untuk memberikan penegasan pada Neneng dan Ujang. 

"Ok lah kalau begitu mah, non. Saya siap" Ujang pun tampak kalah. 

Ia merasa tak tega melihat wajah cantik Raina yang memelas dihadapannya.

"Besok kita berangkat pagi ya mang. Nanti teknisnya saya kabari ke hp mang Ujang."

"Iya baik ... Siap, non."

Raina, Ujang dan Neneng yang saat itu berada di halaman belakang pun menyudahi rapat rahasia mereka dengan kata sepakat.

..................

Ujang dan Neneng tak menyangka jika kisah cinta anak semata wayang majikannya dengan Duta, tetangga di kampungnya itu masih menyisakan jejak yang tertinggal setelah duapuluh tahun berlalu. Begitu banyak rahasia yang tersimpan sebagai sejarah yang hanya diketahui oleh keduanya; Rahasia - rahasia tentang kisah masa lalu antara Raina dan Duta yang terbungkus rapat hingga saat ini.

Dan kini, bukan hanya Raina seorang yang terseret pusaran arus di masa lalu itu tetapi Ujang dan Neneng pun, mau tak mau, telah turut melibatkan diri di dalamnya. Suka atau tidak suka, Ujang dan Neneng harus kembali mengulang mengambil peranan dalam petualangan misteri percintaan putri Hayim Indrawan di era 90-an dengan versi yang terbaru.


                                                                 ~ oOo ~

                                                                 ~ oOo ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Halimun 1992Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang