Part - 1

108 6 0
                                    

Raina masih terduduk diam di sandaran tempat tidurnya sabtu malam itu. Keningnya tampak berkerut sedang bibirnya terlihat ditekuk sementara sebuah ponsel berada dalam genggamannya. Raina baru saja menerima pesan text di ruang chatting pribadinya dari seseorang yang tidak dikenalnya. Hanya sebuah nomor tak bertuan yang muncul pada layar ponselnya. Raina pun mematung dengan segudang pertanyaan di benaknya,

[''Siapa orang ini?"]

Sepertinya orang misterius ini tahu banyak tentang dirinya. Sebaliknya ia tidak mengetahui sama sekali siapa laki-laki ini bahkan setelah berkali-kali menelisik foto yang terpampang dalam profil kontaknya tersebut namun tetap saja memori ingatan Raina masih diselimuti tabir hitam dan belum menemukan petunjuk apa pun tentang sosoknya. Sekali lagi, diintipnya foto laki-laki itu dengan menautkan kedua alisnya yang tebal.

["Siapa sih dia?"]

Tak urung ada rasa penasaran yang kini menggelitiknya. Dalam foto tampak terlihat seorang laki-laki ganteng berusia sekitar tigapuluh tahunan, berkacamata hitam dan berkumis tipis yang mengenakan t-shirt lengan pendek berwarna putih dengan pose close-up. Posisinya sedikit menyamping tetapi wajahnya tampak tertangkap jelas oleh kamera. Raina yakin orang ini datang dari masa lalunya. 

Seseorang yang pernah dekat dan mengenal dirinya dengan baik serta bisa dipastikan tentu saja ia pun mengenalnya namun persoalannya sekarang laki-laki ini tidak memberikan identitasnya sama sekali. Tak pelak ada rasa kesal yang bercampur penasaran di hatinya saat ini.

"Nyebelin!" 

Raina terlihat melempar ponselnya ke atas kasur dengan pikiran yang masih diliputi teka-teki. Laki-laki ini memanggilnya dengan sebutan yang familiar di telinganya. Panggilan nama kecilnya yang hanya dipergunakan oleh orang-orang terdekatnya.

[Hay ... Apa kabar Noni?]

Kalimat pertama itulah yang ia terima dari laki-laki misterius ini. Andai saja laki-laki ini tidak memanggilnya Noni, mungkin pesannya akan ia abaikan atau bahkan mungkin saja nomornya pun akan sekaligus ia blokir dan hanya menganggapnya pesan tidak penting dari orang iseng tapi laki-laki ini memanggilnya Noni! Pertanyaan-pertanyaan yang hilir-mudik di benaknya itu tak pelak membuat kepalanya mendadak mumet setengah mati.


                                                                    ~ oOo ~

                                                                    ~ oOo ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Halimun 1992Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang