"Maaf Fit, akang gak bisa melakukannya tanpa cinta."
Duta beranjak dari tempat tidur dan bergegas menuju sofa yang berada di ujung ruangan kamar hotel yang baru saja mereka tempati.
Malam itu adalah malam pertama bagi Duta dan Fitri. Seharusnya menjadi malam istimewa yang dinanti-nantikan oleh pasangan pengantin baru seperti yang lainnya, namun tidak bagi Duta. Duta membawa Fitri menginap di hotel ini bukan karena ia ingin berduaan dan bermesraan dengan Fitri namun lebih kepada bentuk ceremonial kepura-puraan belaka. Dirinya mempergunakan fasilitas hadiah bulan madu dari kantornya ini hanya demi menjaga nama baiknya sendiri, bukan untuk hal lainnya.
"Fitri tau kang .... Akang menikahi Fitri bukan karena akang mencintai Fitri. Fitri juga tau, akang masih mencintai masa lalu akang."
Suara Fitri bergetar sendu. Kedua bola matanya berkaca-kaca. Sedang Duta hanya terdiam kaku di tempatnya. Bibirnya mengatup bisu.
"Dan Fitri .... bersedia menikah dengan akang, karna Allah Ta' ala. Bukan semata karna bakti Fitri sama orangtua Fitri."
Fitri tampak berjuang keras untuk menyelesaikan kata-katanya di antara air mata yang mulai berlomba turun. Sementara Duta masih membeku.
"Tetapi, jika pernikahan ini memang tidak akang inginkan ... Fitri bersedia melakukan perjanjian dengan akang."
Kali ini, kata-kata Fitri berhasil membuat Duta berpaling dan melemparkan pandangannya dari jendela pada wanita yang baru dinikahinya tadi pagi itu.
"Perjanjian? Maksudnya perjanjian apa, Fit?" Tanya Duta tak mengerti.
"Perjanjian pernikahan berbatas waktu."
Fitri beringsut dari tempat tidur lalu mengeluarkan sebuah map berwarna biru langit dari dalam koper miliknya yang belum sempat dibereskan ke dalam lemari. Duta terhenyak.
"Ini kang. Akang tinggal tanda tangan saja. Fitri sudah siapkan semuanya. Silahkan dibaca dulu. Jika ada hal yang kurang berkenan, akang boleh tambah atau hapuskan poin-poin di dalam perjanjian ini."
Kini Fitri berdiri tepat di depan Duta dengan secarik kertas di tangannya. Sejenak Duta terkesiap. Ia tak menyangka jika Fitri berpikir sejauh ini.
"Kamu yakin dengan semua ini, Fit?"
Tanya Duta seraya menoleh pada Fitri yang saat itu telah duduk di sampingnya. Fitri mengangguk. Duta pun mulai membaca selembar surat bermaterai dengan tinta hitam yang ditulis tangan oleh Fitri sendiri itu.
****
SURAT PERJANJIAN
Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : Fitri Ambarwati
Tempat / Tgl lahir : Sumedang, 28 April 1977
Alamat : Kamp. Kebonjati, Kec. Sumedang,
Kab. Sumedang, Jawa Barat.
Dalam keadaan sadar dan sehat wal'afiat serta tidak ada paksaan dari siapa pun, dengan ini menyatakan bahwa pernikahan saya yang telah dilangsungkan pada tanggal 3 Juni 2003 dengan suami saya,
Nama : Duta Bagaskara
Tempat / Tgl lahir : Ciwidey, 10 Oktober 1976

KAMU SEDANG MEMBACA
Halimun 1992
Romantizm"Jika anak pak mandor Arkan masih bersikeras untuk melanjutkan hubungan dengan anak saya Raina, pilihannya hanya ada dua. Beasiswanya dihentikan atau pak mandor dipindah tugaskan dan diturunkan jabatannya!" Suara bu Hasyim menggelegar bak petir yan...