Bandung, 1 Maret 2003
Wisuda ITB Angkatan 1998
Gedung Sasana Budaya Ganesha (SABUGA)
Jl. Tamansari No. 73 – Bandung
..................
Pagi itu Raina telah berada di auditorium hall Sabuga ITB didampingi oleh ayahnya pak Hasyim Indrawan juga ibunya, Nyonya Alifa Van Hausen. Raina begitu menawan dalam balutan kebaya brokat warna merah cherry dan kain kebat khas Sunda dengan motif Reng-reng. Kain yang digunakan Raina adalah milik oma Popon yang telah dipersiapkan untuk acara wisuda Raina dari jauh-jauh hari. Jenis kain ini konon merupakan kain yang biasa dipakai oleh para wanita bangsawan Sunda zaman dahulu sebagai pembeda strata sosial antara kaum menak dan rakyat jelata.
Penampilan Raina yang menggunakan pakaian adat Sunda lengkap dengan sanggul serta tusuk konde itu lebih menyerupai noni-noni Belanda berkebaya. Kulitnya yang putih tampak kontras dibalik kebayanya yang dihiasi aksesoris peniti rantai juga sebuah bros berbentuk bunga yang diletakkan di bagian depan. Sedangkan pak Hasyim tampak mengenakan setelan jas berwarna abu-abu tua dan kemeja kuning muda dilengkapi dasi warna senada. Sementara nyonya Hasyim mengenakan kebaya brokat berwarna cokelat muda dengan padanan kain motif Hanjuang.
****
Di antara 1.239 orang lulusan ITB dari berbagai program studi, saat itu Raina adalah salah satu wisudawan yang mendapatkan perhatian khusus dari kurang lebih 2.500-an orang yang berada di dalam ruangan saat namanya dipanggil ke depan. Bagaimana tidak, dengan nilai IPK 3,89 dan predikat Cum Laude, Raina adalah satu-satunya wisudawan yang mendapatkan IPK tertinggi di antara 97 orang lainnya.
Dengan toga kebesarannya Raina melangkah tegap untuk menerima pengukuhan dan piagam penghargaan dari rektor ITB yang pada saat itu dijabat oleh Dr. Ir. Kusmayanto Kadiman. Betapa bangga dan bahagianya pak Hasyim ketika melihat putri kesayangannya itu dalam layar monitor berukuran raksasa dari atas tribun.
"Terimakasih untuk papi dan mami yang sudah mengantarkan aku hingga berada di sini. Terimakasih juga untuk dosen pembimbing saya, dan ini adalah hadiah untuk oma saya yang telah berada di surga. Terimakasih."
Raina tampak mengangkat tabung wisudanya pada akhir kalimat dengan suara tercekat. Matanya pun berkaca-kaca. Hanya sedikit yang ia ucapkan dalam sambutannya.
Tanpa terasa air mata pak Hasyim pun turut menetes haru saat menyaksikan Raina berada di atas podium untuk memberikan sepatah dua patah kata kemudian menuruni panggung dengan membawa tabung ijazah dan buket bunga di tangannya. Rasanya pak Hasyim sudah tidak sabar untuk segera memeluk Raina.
****
Pukul 11.30 tepat acara wisuda yang diselenggarakan oleh kampus ITB telah selesai digelar dan dilanjutkan dengan acara perayaan dari program studi atau jurusan masing-masing. Sedangkan Raina memilih untuk segera menemui pak Hasyim yang sudah menunggunya di ujung lorong.
"Noni ...." Pak Hasyim segera memeluk Raina erat ketika putri semata wayangnya itu mendekat.
"Papi ...." Raina pun membalas pelukannya lebih erat.
Sesaat pak Hasyim dan Raina berpelukan sebelum akhirnya bu Hasyim memisahkan keduanya dengan suara pelan dan sentuhan lembut di bahu Raina.
"Non ..."
Segera saja pak Hasyim melepaskan pelukannya dan Raina terlihat beralih pada bu Hasyim yang berdiri di belakangnya lalu segera memeluknya tanpa kata-kata.
"Selamat ya sayang .... "Ucap bu Hasyim kemudian mengecup kedua pipi Raina.
Tak berapa lama terdengar bunyi bip-bip dari tas selempang milik Raina.
"Diliat dulu non, siapa tau ada berita penting ..." Ujar pak Hasyim seraya mengambil alih buket bunga dan tabung wisuda milik Raina dari tangannya.
Raina pun merogoh ponsel tipe S300 model flip warna silver itu dari dalam tas hitamnya. Dalam layar ponselnya muncul satu notifikasi pesan sms dalam kotak inbox yang tertera dari Rega.
[Selamat ya, Ray. Aku turut berbahagia.]
"Sms dari siapa, non?" Tanya pak Hasyim di samping Raina.
"Dari kak Rega, pi." Jawab Raina sambil mengetik pesan balasan.
Bu Hasyim tersenyum seraya memandang pa Hasyim penuh makna.
[Iya, makasih kak. Aku baru beres acara. Lagi sama mami papi.]
[Ok ... Kalo kamu udah santai, kabari ya. Salam sama mami papi kamu. Bye ...]
[Ok, makasih kak. Bye.]
"Yuk, pi ... kita pulang." Ajak Raina pada pak Hasyim.
"Apa kata Rega, non?" Tanya bu Hasyim penasaran.
"Cuma ucapin selamat, mi. Terus katanya salam buat mami papi."
Balas Raina sambil berjalan di antara ayah dan ibunya menuju halaman parkir.
"Hmmm anak itu memang baik ya, pi."
Komentar bu Hasyim seraya masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Ujang. Disusul oleh Raina yang duduk di sebelahnya. Sementara pak Hasyim menempatkan diri di samping Ujang yang telah siap di balik kemudi. Kendaraan tipe E249 – berlogo Bintang – jenis matic warna hitam itu pun melaju perlahan meninggalkan pelataran parkir gedung Sabuga yang terletak di belakang kampus ITB.
~ oOo ~.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halimun 1992
Romance"Jika anak pak mandor Arkan masih bersikeras untuk melanjutkan hubungan dengan anak saya Raina, pilihannya hanya ada dua. Beasiswanya dihentikan atau pak mandor dipindah tugaskan dan diturunkan jabatannya!" Suara bu Hasyim menggelegar bak petir yan...