Mobil mewah pak Hasyim Indrawan telah terparkir dengan manis di antara padatnya kendaraan lain yang memenuhi halaman sebuah gedung dua lantai bercat putih yang terletak di jalan utama daerah Cipaganti. Puri Cipaganti ini merupakan gedung pertemuan dan hotel yang biasa digunakan untuk acara resepsi pernikahan yang cukup terkenal di kota Bandung.
"Di lantai berapa acaranya, mi?"
Lagi-lagi pak Hasyim bertanya pada istrinya ketika baru saja keluar dari pintu mobil mewahnya.
"Di lantai satu, pi. Ayo ... acaranya udah mau dimulai."
Ujar Bu Hasyim tak sabar dan berjalan mendahului memasuki pelataran teras gedung.
"Jang, kamu jangan jauh-jauh ya."
"Baik, gan." Ujang mengangguk hormat.
Setelah memberi pesan pada Ujang, pak Hasyim pun menggamit lengan Raina lalu berjalan bersisian menuju pintu utama gedung lantai satu.
****
Keramaian di sekitar gedung semakin jelas terlihat ketika pak Hasyim dan Raina memasuki ruangan. Sementara bu Hasyim menghilang entah ke mana.
Suasana di dalam ruangan – dengan konsep tradisional Sunda yang di dominasi warna pastel itu – mulai terlihat kondusif ketika suara seorang MC memberikan pengumuman bahwa acara akan segera dimulai. Tak berapa lama pun terdengar tetabuhan musik tradisional khas Jawa Barat dari atas panggung kecil yang dimainkan oleh sebuah grup yang memakai kostum adat Sunda.
"Kita liatnya di sini aja ya, sambil nunggu stand makanannya di buka."
Pak Hasyim berbisik sambil tersenyum pada Raina yang berdiri di sampingnya.
Raina hanya mengangguk namun tak urung pandangannya tertuju pada iring-iringan penari yang mulai beraksi di depan para tamu undangan.
Dan kini terdengar sang MC memandu satu demi satu rangkaian acara yang sedang berlangsung serta memberikan penjelasan pada yang hadir di seluruh ruangan.
Pertama-tama terlihat para penari memainkan tarian Mapag Panganten yang merupakan sebuah tarian arak-arakan yang biasa digunakan dalam serangkaian upacara pernikahan adat Sunda. Yang dalam bahasa Sunda, mapag artinya menjemput atau menyambut dan panganten berarti pengantin.
Tarian ini tampak semakin mempesona tatkala sekumpulan penari wanita berlenggak-lenggok dalam Tarian Merak mengiringi dua orang remaja laki-laki berbusana setelan beskap dan kain serta bendo yang membawa Payung Agung di belakang sepasang pengantin yang tengah berjalan dengan anggun menuju kursi kehormatannya.
Sementara di depan kedua mempelai sepasang pria dan wanita dengan gaya pasangan kakek-nenek yang biasa disebut Lengser dan Ambu memainkan peranannya dengan sangat menghibur. Sedang penari Pamayang yang berada di samping pengantin mulai mengarahkan kedua mempelai agar naik ke atas kursi pelaminan untuk segera melakukan acara Sungkeman, Nincak Endog (Nginjak Telur), Meuleum Harupat (Bakar Harupat = jenis tanaman yang berasal dari pohon aren), Parebut Bakakak (Rebutan bakar ayam utuh), Huap Lingkung (Suap-suapan nasi tumpeng), dan terakhir Saweran.
****
"Hehehe ... liat non. Yang lebih besar dapet ayamnya si pengantin ceweknya."
Ujar pak Hasyim seraya merangkul bahu Raina dan tampaknya tari-tarian yang tengah disaksikan oleh Raina itu, perlahan-lahan berhasil mengusir bad mood yang sempat menggelayutinya sejak berangkat dari rumah oma Popon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halimun 1992
Romance"Jika anak pak mandor Arkan masih bersikeras untuk melanjutkan hubungan dengan anak saya Raina, pilihannya hanya ada dua. Beasiswanya dihentikan atau pak mandor dipindah tugaskan dan diturunkan jabatannya!" Suara bu Hasyim menggelegar bak petir yan...