Multimedia: Meysha Lerza Elyza.
>--->Sambil meringis sedikit, Lia terpejam saat Ibunya melepaskan ikatan dari bahunya ketika ia akan mandi dan siap-siap pergi ke sekolah.
Padahal, Hellen sudah memaksa putrinya agar tak berangkat menuntut ilmu karena bahunya masih belum pulih seutuhnya.
Hellen tengah menggulung perban elastis di tangannya dan membiarkan putri sematawayangnya itu beranjak ke kamar mandi. "Tapi nanti di sekolah jangan banyak gerak. Bahu kamu masih butuh istirahat" ujar wanita itu masih saja mengomel meski Lia sudah berjanji akan tetap duduk tenang ketika di sekolah nanti.
Gadis itu segera saja membersihkan diri di bawah aliran air hangat dari shower yang membuat tubuhnya rileks termasuk dari bahunya.
Sekitar tiga puluh menit, Lia akhirnya keluar dengan dibalut oleh handuk berwarna putih yang masih terlihat bersih. Gadis itu berjalan ke kamar dan segera mengenakan pakaian putih-abunya.
"Dibalut lagi ya?" Lia tersentak saat ia tengah kesulitan menyantolkan ikatan bra, ia melirik pada Ibunya yang tiba-tiba sudah ada di belakang tubuhnya dan tengah memegang perban yang baru.
Lia mendesah lega saat akhirnya ia berhasil mengenakan bra. Ia kemudian mendekat pada Ibunya dan mengangguk "Tapi jangan tebel-tebel banget. Nanti susah gerak" Hellen mengangguk lantas mulai membalut bahu milik putrinya dengan perlahan.
"Ternyata bakat Ibu menjadi perawat ada gunanya juga" celoteh wanita senja itu setelah ia selesai membalut bahu si anak sematawayang.
Lia terkekeh "Tapi.. Kenapa Ibu memutuskan untuk berhenti jadi perawat?" tangan gadis itu bergerak perlahan ketika mengenakan seragam yang rapi.
Hellen berdiri, menyamakan tingginya yang sudah tersusul oleh sang putri "Ibu lebih senang di rumah. Mengurus kamu, memelihara bunga, memasak untuk Bapak, itu semua menyenangkan"
Setelah rapi, Lia memutuskan untuk mengikat rambut panjangnya menjadi satu "Bu?"
"Hmm?"
"Kenapa Ibu berhenti jadi perawat? Padahal masa pensiun Ibu masih jauh" Lia menarik dasinya dan kemudian mengenakan jas OSIS "Apa karena kelahiran aku?" lanjut gadis itu kemudian setelah ia selesai berdandan.
Hellen tersenyum pada putri sematawayangnya. "Ibu nggak mau melewatkan seharipun sama kamu, Lia. Itu alasan kenapa Ibu lebih memilih untuk tinggal dan berdiam di rumah daripada harus berkeliaran serta mengurus pasien. Ibu lebih mencintai kamu daripada pekerjaan Ibu"
>MY INNOCENT GIRL By Riska Pramita Tobing<
Meysha Lerza Elyza. Gadis berambut pirang alami dengan bercak kemerahan di wajahnya yang bule membuat Lia meringis. Gadis itu tengah menampakkan ekspresi marah padanya dan Lia tahu betul kenapa sekretaris organisasi siswa itu tengah memasang ekspresi jutek.
"Liaaa ih ngeselin! Struktur organisasi mana? Hah? Kok belum disetujui? Belum distempel? Belum ditandatangan? Belum dilaporin ke Pak Kusnadi? Hmmm?" tagih gadis itu berturut-turut persis seperti panjangnya gerbong kereta.
"Mey. Mey. Stop. Jangan lebay" Lia mengangkat tangan lantas membungkam bibir seksi milik temannya itu dengan tangan kiri "Strukturnya lagi di telaah sama aku. Kemaren aku lihat, posisi Shanny tiba-tiba berubah dari bidang humas ke bendahara. Kenapa? Jauh banget. Emang bisa kayak gitu? Dia kan baru direkrut beberapa hari"
Meysha atau yang kerap dipanggil Meymey oleh Lia itu memajukan bibir menyerupai paruh seekor itik "Anna.." seru Meymey menyebutkan bendahara terdahulu "Sudah mau resign karena sebentar lagi dia UN. Dia bilang dia mau fokus belajar karena sedang butuh nilai bagus buat kuliah. Dan secara spesifik, dia nunjuk Shanny sebagai gantinya"
Lia mengurut kening lantas melanjutkan langkahnya yang sempat berhenti sehingga membuat Meymey harus ikut melangkah dengannya "Kamu tahu nggak kenapa Kak Anna nyuruh Anny jadi penggantinya?"
Meymey menggeleng "Mungkin karena mereka adek kakak? Jadi kalau semisal ada kesulitan, Anny bisa konsul kapan aja ke Kak Anna"
"Berarti Anny harus melewati masa percobaan selama sebulan. Karena dia baru aja masuk ke OSIS dan tiba-tiba dipilih jadi bendahara" Meymey mengangguk mengiyakan pada perintah ketua OSIS di sampingnya.
"Ngomong-ngomong, kapan ada rencana raziaan? Belakangan ini aku sering dengar desas-desus banyak siswa yang bawa rokok, mengoleksi film porno, dan bahkan bawa senjata tajam ke sekolah"
Kening Lia mengkerut sebentar "Besok aja. Nanti aku ngomong ke Pak Kusnadi buat permintaan izin" ia menghentikan langkahnya saat sudah sampai di muka kelas "Tapi.. Kamu dapet info dari mana kalau banyak siswa yang kayak gitu?"
"Kepooo. Udah ah, masuk sana. Aku mau lanjut ke kelas. Bay" ia melambai sebelum akhirnya melangkah menjauh dari Lia.
Lia menggeleng saja guna menanggapi gadis berambut pirang itu. Sambil terkekeh, Lia membalik badan sebelum akhirnya ia merasakan sebuah tarikan di lengannya yang membuat ia terhuyung.
Belum sempat ia melihat siapa sosok yang menariknya sembarangan, Lia sudah tiba-tiba berada di lorong toilet khusus perempuan.
"Lo nggak bilang aneh-aneh kan sama Bokap lo?"
Lia mengerjap barang beberapa saat untuk menyadari kalau seseorang yang menariknya ke toilet khusus perempuan adalah Kierra.
Gadis itu mengurai rambut tak beraturannya yang sedikit bergelombang sampai se punggung. Seperti biasa, kancing teratasnya terbuka, tidak mengenakan dasi, almamater yang tidak lengkap, baju yang sedikit lusuh dan dikeluarkan, celana abu-abu serta sepatu penuh corat-coret.
Lia mendorong lengan Kierra dengan kasar "Apa sih?!" ia sedikit mendumel, menjauhi kontak mata serta kontak fisik di antara mereka yang terlalu dekat.
"Gue udah selametin elo. Lo nggak ngadu aneh-aneh sama Bokap lo kan?"
Lia mencebik lantas memutarkan bola mata karena sebal "Nggak penting banget ngomongin kamu sama Bapak"
Rahang Kierra mengeras barang beberapa saat "Nggak tau terimakasih banget sih lo! Udah gue selametin, gue kompres, gue anter ke rumah. Sikap lo ke gue malah kayak gini? Katanya ketua OSIS. Tapi kelakuan lo kayak gini. Heran. Pantes sekolah nggak maju-maju" hina gadis itu kemudian membuat Lia naik pitam karenanya.
"Besok ada raziaan. Dateng ke sekolah dengan baik. Jangan pakai motor kamu yang berisik. Pake baju sekolah yang bener. Jangan bawa sajam, jangan bawa rokok. Jangan..."
Cup...
"Berisik. Kuping gue panas"
Deg.. Deg.. Deg..
Kierra.. baru saja menciumnya.
"Makasih udah ngasih tau" gadis itu berlalu begitu saja dari hadapannya, meninggalkan Lia yang masih sibuk mengatur debaran jantung yang menggila di dalam dadanya.
Gadis itu... Benar-benar gila!
Lia mengatur napasnya yang memburu. Apa yang salah dengan dirinya? Bukannya ia harus merasa kesal pada perempuan yang berani-beraninya merebut ciuman pertamanya?
Bukannya ia harus marah pada gadis itu karena ia tiba-tiba saja menempelkan bibir dirinya dengan milik gadis itu?
Tapi.. Kenapa Lia justru merasakan perasaan aneh seperti kembang api yang meledak-ledak layaknya di tanggal tiga puluh satu desember?
Kenapa ia justru suka dengan tekstur lembut gadis itu yang terasa manis dan bercampur bau nikotin?
Kenapa hatinya justru gembira kala merasakan jarak yang ada di antara mereka berdua terkikis?
Apakah ada yang salah dengan dirinya?
Apa dirinya jatuh hati?
Tidak..
Tidak mungkin kan?
>--->
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Girl (FreenXBecky)
Teen FictionGimana ya kalau cewek badass yang terkenal selalu bikin onar di sekolah tiba-tiba jadi bucin kalau lagi sama kita? Tingkah dia yang ada-ada aja tuh bikin hati capek dan gereget. Tapi makin sayang juga. Ahhhh! Pokoknya bad girl emang menantang dan ng...