Multimedia: Emilia Meryl Albin.
>--->
"Elo dimana?" Davin menggeram di sebrang telepon. Terdengar suara rusuh sebelum itu menghilang "Markas. Kenapa, Bu ketu?"
Kierra mendecak sebentar "Jalan Merdeka. Cowok dua puluh lima tahun. Pake kaos oblong putih sama celana jeans warna cream. Harusnya sih masih di sana. Kasih dia pelajaran"
"Siap Boss!" sambungan telepon terhenti.
"Eh! Eh tunggu!" Kierra melirik pada gadis di sampingnya yang meraih-raih tangannya yang tengah memegang ponsel "Jangan main kasih pelajaran aja! Lebih baik kamu lapor polisi!"
Dengan frustasi, Kierra menjulurkan lidah di dalam pipi sambil menarik rambut panjang tak beraturannya ke belakang.
Gadis itu adalah korban kekerasan seksual! Ia harus turun tangan dan menghajar pelakunya sampai membuat bajingan itu jera!
Kalau tidak, kekerasan seperti ini pasti akan semakin bertambah!
Kierra mendecak lantas menarik napas panjang "Elo diem! Gue nggak butuh intruksi dari lo. Gue tau apa yang gue lakuin" sedikit geram, Kierra kemudian menggertakkan gigi-giginya dengan keras sampai menimbulkan bunyi mengganggu.
Sialan! Umpat gadis itu kemudian. Kalau saja ia bisa menemukan si culun lebih dulu, pasti bahu gadis bertubuh kecil itu tidak dislokasi dan kemudian luka.
Penjahat kelamin memang menggelikan! Davin, Alvin serta Kelvin harusnya sedang menyiksanya sekarang. Dan Kierra puas karena itu.
Tapi, kenapa hatinya sakit saat melihat gadis bertubuh mungil itu terus-terusan meringis?
Ada perasaan bersalah dan ingin melindungi ketika ia melihat gadis itu menahan air mata di kelopaknya ketika tangannya tak henti bergerak untuk mengobati lukanya.
Kalau saja dirinya lebih cepat barang tiga puluh detik, gadis itu pasti tidak akan terluka.
Kenapa hatinya merasakan hal seperti ini?
"Ra. Di minum dulu ini cokelat panasnya" Kierra tersentak kaget saat ia merasakan sentuhan lembut di bahunya.
Gadis itu kemudian melirik pada sosok wanita cantik yang terlihat segar dalam balutan pakaian rumahan yang sederhana itu menorehkan senyum pada dirinya.
Rambut panjang milik wanita itu digulung di atas tengkuk, dan di tangannya ada nampan berisikan dua gelas minuman yang kemudian ditaruh di atas meja kosong yang terbuat dari kaca.
Kierra tersenyum sebentar pada wanita senja itu. Ia tampak sama persis seperti gadis kecil di sampingnya yang masih meringis "Terimakasih, Tante" jawabnya seraya menundukkan kepala.
Wanita cantik itu mengangguk dan kemudian terduduk di kursi tunggal "Jadi gimana ceritanya Lia bisa sampai kayak gitu?"
Kierra mendecak sebentar "Tadi gue.. eh maksudnya saya lagi main di luar, Tante. Terus denger suara teriak minta tolong. Saya langsung cari sumber suara dan bawa dia ke markas. Tau-tau bahunya udah dislokasi. Sempet saya kompres juga di sana, biar nggak bengkak. Tapi kayaknya masih bengkak karena dorongan cowok itu kuat"
Wanita senja itu mengangguk "Oh iya. Nak Kierra ini baru pertama kali ya berkunjung ke rumah Lia? Padahal rumahnya nggak jauh kan dari sini?"
Kierra menggaruk belakang tengkuknya yang tak gatal karena gugup "Iya Tante. Saya nggak tahu kalau Tante punya anak gadis se cantik Lia. Kalau saya tahu saya pasti sering berkunjung" candanya yang membuat Lia mendelik sebal.
"Ibu Hellen. Nggak usah panggil Tante. Panggil Ibu saja" Kierra mengangguk menanggapi Hellen.
"Sebentar lagi Bapak pulang sama dokter"
Selang satu menit dari pembicaraan mereka, Kierra bisa mendengar suara derum mesin mobil jeep yang berhenti tepat di pekarangan rumah.
Tak lama dari itu, suara langkah kaki yang terburu-buru membuat semua orang melirik pada sosok lelaki tampan dan tampak berwibawa yang masih mengenakan seragam kepolisian tersenyum pada istri dan anaknya "Hello Bapak pulang" katanya disertai senyum ramah.
Kierra menggigit bibir gugup. Ia meraih belakang tengkuknya yang tiba-tiba terasa berat saat menyadari sesuatu.
Gadis itu masih mengenakan setelan gengsternya. Ia bahkan memiliki logo geng motor dirinya dan ia yakin kalau lelaki yang adalah Ayah dari Lia ini mengetahui sedikit banyak soal geng motor miliknya.
Kierra berdiri dan menunduk beberapa saat guna menyambut Ayah Lia, lelaki itu meliriknya sebentar "Teman barunya Lia?" terdengar seperti sebuah ancaman.
"Bukan Om. Kebetulan tadi saya ketemu sama dia di jalan, terus saya anter pulang" jawab gadis itu seadanya.
"Nanti aja bicaranya, Pak. Lia harus diperiksa dulu" seolah disadarkan, Kierra akhirnya kembali duduk dan membantu Lia untuk terbaring nyaman di atas sofa.
Tangan Kierra terulur untuk membetulkan bantalan sofa ketika seorang lelaki tiba-tiba menahan itu "Biar Bapak yang benerin. Kamu geser dulu"
Kierra mengangguk lantas kemudian berpindah ke kursi lain untuk membiarkan Lia diperiksa.
Kierra sedikit meringis saat melihat nama yang tertempel di sebelah kanan seragam milik Ayah Lia. Tercetak tulisan BRIGJEN Danu Faliza Albin.
Kierra sedikit merinding saat melihat badge yang menempel di sebelah kiri dada lelaki itu. Apalagi saat melihat bahunya yang sudah di hias dengan pangkat tertinggi kepolisian.
Sialan! Harusnya Kierra enggan berurusan dengan ini semua!
>MY INNOCENT GIRL By Riska Pramita Tobing<
Dengan napas terengah, Kierra membuka helm yang melindungi kepalanya dengan terburu-buru.
"Anjing!" umpat gadis itu saat ia membanting helmnya ke atas sofa. Membuat ketiga lelaki yang berada di sana langsung berdiri karena terkejut.
"Kenapa Boss?" Alvin mendekat "Cowok tadi? Udah gue sikat" katanya menebak kemana arah kemarahan perempuan yang tengah berjalan mondar-mandir itu.
Kierra mengusap wajah dengan telapak tangan karena frustasi "Nyesel gue nyelametin itu cewek!"
"Emangnya kenapa?" timpal Kelvin dengan iris mata yang masih kebingungan tercetak di wajahnya.
Davin mendekat dan merengkuh pundak Kierra agar gadis itu berhenti dari kegiatan mondar-mandirnya "Tenang dulu deh. Kenapa sih?" ia mencengkram bahu milik Kiera begitu keras.
Gadis cantik bergigi kelinci itu mendecak keras "Elo tau nggak cewek culun tadi bapaknya kek gimana? Brigadir jendral polisi anjing! Dan Bapaknya liat gue pake logo geng kita"
"HAH?!" ketiganya serempak terkejut sekarang.
"Babii babi! Bruiser udah kecium sama kepolisian anjing" umpat Davin selaku orang yang paling teliti dalam geng.
"Jadi kita harus gimana Boss?" Alvin menyela di antara kepanikan yang ada.
Kierra menegadah seraya menghela napas panjang. "Mau nggak mau kita harus pepet si culun supaya bisa tau informasi ini-itu dari Bokapnya"
Kelvin mendekat dengan kening mengkerut "Maksud lo.. Elo mau manfaatin dia? Gitu?"
Davin mendecak sebal lantas menoyor kepala si lelaki berkepala kopong "Kan Boss mau kita semua aman ege. Manfaatin cewek tadi juga nggak masalah kalau emang harus gitu jalannya"
Kierra mengangguk "Karena gue yang sejak awal berhubungan sama dia, berarti harus gue juga yang manfaatin cewek itu" ia menggigit bibir bawahnya sebentar karena perasaan frustasi "Ah anjing. Tau gini nggak gue selametin tuh cewek"
Davin terkekeh kecil "Tapi lumayan Boss. Bening" dan kini, lelaki itu tengah disiksa oleh Kierra.
>--->
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Girl (FreenXBecky)
Teen FictionGimana ya kalau cewek badass yang terkenal selalu bikin onar di sekolah tiba-tiba jadi bucin kalau lagi sama kita? Tingkah dia yang ada-ada aja tuh bikin hati capek dan gereget. Tapi makin sayang juga. Ahhhh! Pokoknya bad girl emang menantang dan ng...