MIG - Dih? Najis!

1.6K 123 0
                                    

Multimedia: Alvin Adrian Bastiaan.
>--->

               "Gue nggak akan cium lo lagi sampe waktu yang tepat tiba" Kierra berlalu meninggalkan Lia yang masih kesulitan mengatur degup jantung yang menggila.

Gadis cantik itu kemudian menarik napas panjang. Tercium aroma sabun dari arah toilet sekolah yang selalu bersih, ia memejamkan mata seraya meraba dadanya yang berdebar seperti genderang yang ditabuh ketika akan berperang.

Gadis berandalan itu... Kenapa ia bisa membuat dirinya merasakan sesuatu hal seperti ini?

Setiap kali ia merasakan tarikan di tangannya yang kemudian menggusur gadis itu ke suatu tempat, ia sudah bisa menebak kalau itu adalah Kierra dan mereka hampir selalu berakhir di toilet khusus perempuan dengan tangan panjang Kierra mengurung dirinya di antara dinding dengan dirinya.

Jarak mereka akan mengikis beberapa detik setelah itu, lalu kemudian gadis cantik yang berandalan itu akan meninggalkan Lia di dalam toilet dengan perasaan aneh di dalam dadanya.

Setelah beberapa menit, Lia menengadahkan kepala seraya menghempaskan napas panjang "Gila!" runtuk gadis itu seraya keluar dari toilet lantas kembali melangkah menuju perpustakaan, tempat yang tadi ia tuju.

"Li! Lia!" Lia mendecak. Apa lagi sih? Ujar gadis itu kesal di dalam kepala seraya melirik ke arah berlawanan dari arah yang ia tuju.

Ada gadis pirang di kejauhan tengah menyerukan namanya, Lia mendecak saat melihat Meymey tengah berlari ke arahnya "Kenapa?" ujar gadis itu dengan nada jengkel karena ia tak bisa hidup tenang barang satu jam saja.

"Dipanggil Pak Kusnadi" dengan napas terengah, Meymey memegang bahu Lia ketika ia akhirnya sampai di hadapannya "Tadi Pak Kusnadi bilang, buat raziaan butuh berapa orang?"

"Semua anggota OSIS aja turunin. Kan bukan cuma sekelas yang di razia. Tapi semuanya"

Meymey mengangguk, ia kemudian berlari ke arah ruang guru untuk menyampaikan perintah dari ketua OSIS pada Pak Kusnadi. Lia menggeleng saja pada tingkah sekretarisnya. Kenapa pula dia tidak mengambil keputusan sendiri untuk hal-hal sepele seperti ini?

Dengan gontai, Lia berjalan menyusuri lorong kelas dan masuk ke perpustakaan sekolah. Ibu Marni selaku penjaga perpustakaan yang sudah sangat sering ia temui bahkan tak harus menagih kartu siswa padanya ketika ia memasuki ruangan.

"Mau pinjam buku apa lagi sekarang?" ujar wanita renta itu dengan disertai senyum ramah pada Lia.

Lia memiringkan kepalanya sesaat "Ibu ada rekomendasi buku bagus buat pelajaran IPA nggak? Aku butuh pengenalan anatomi tubuh"

Wanita senja itu melirik sebentar pada tumpukan buku yang tertata rapi di setiap rak. "Di deretan ke tiga rak paling akhir. Di sana ada banyak buku biologi"

"Makasih bu" ia sedikit melompat antusias kala melangkah menuju rak buku paling akhir.

"ASTAGA!" ia tersentak saat melihat seseorang tengah memegang lutut di sana "Kierra?"

"Shhh! Bisa nggak jangan berisik?" gadis itu mengacungkan telunjuk di depan mulut.

Lia yang penasaran cepat-cepat berjongkok guna menyesuaikan tinggi mereka berdua "Kamu ngapain di sini?"

"Duduk. Celana lo keliatan" Lia membelalakkan matanya lantas segera menurut ketika ia menemukan Kierra baru saja mengintip pada celana pendek yang ia kenakan di balik rok.

Lia terduduk dan menutup roknya dengan kedua tangan. "Kamu ngapain di sini?"

Kierra menunjuk lututnya "Keseleo" katanya polos.

My Innocent Girl (FreenXBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang