MIG - Rasain!

1.5K 99 0
                                    

Multimedia: Kierra Anjana & Emilia Albin.

>--->

               Lia mengetuk bolpoin dengan tidak sabar ketika Pak Kiky hampir menyelesaikan mata pelajaran kali ini.

Sedari tadi, Lia menunggu kedatangan Kierra yang nyatanya tak kunjung sampai ke kelas.

Ponsel gadis itu tidak bisa dihubungi dan ia khawatir jika saja terjadi apa-apa pada gadis itu.

Kemarin, Lia mendengar pasal suatu hal yang akan dilakukan Kierra malam tadi. Meski ia sudah memberi peringatan berupa ancaman terhadap Kierra agar gadis itu tak pergi kemana-mana karena Ayahnya melaksanakan patroli dan gadis itu mengiyakan titahannya, Lia masih khawatir jika gadis itu tak benar-benar patuh padanya.

"Sekian untuk hari ini, kita lanjut lagi minggu depan. Kumpulkan LKS untuk pemeriksaan tugas ke meja Bapak siang ini" lelaki itu merapikan buku paket yang sedari tadi ia baca sebelum akhirnya pergi meninggalkan kelas.

Lia berdiri cepat sehingga membuat beberapa orang di dalam kelas menatapnya heran. "Lia mau kemana?" ujar Adit, lelaki yang mengenakan kacamata berbentuk bulat tepat di sebrang meja yang ia duduki.

"Cari Kierra" jawab Lia seadanya.

"Tadi gue liat dia jalan ke kantin. Kenapa tiba-tiba elo nyari Kierra?" ujar Elva, teman kelasnya yang lain.

"Nggakpapa, ada tugas dari Pak Kusnadi. Yaudah, aku ke kantin dulu ya. Malasih, Va" dengan cepat, ia melambai pada gadis bertubuh tinggi semampai itu lantas berjalan cepat menuju kantin belakang, tempat dimana biasanya Kierra terdiam.

"Gue serahin tugas ini ke elo. Mau lo diskusi sama Kelvin atau Davin, itu terserah lo. Tapi intinya Bruiser harus punya 10 anggota malam minggu nanti" Lia bisa mendengar nada otoriter itu dari sosok yang bahkan belum ia lihat.

Tapi, suara gadis cantik itu sudah sangat dihapal oleh Lia sampai ia tak harus menebak-nebak siapa yang tengah berbicara di jarak yang sudah semakin menipis karena terkikis langkah milik Lia.

"KIERRA ELE ANJANA! DIMANA KAMU, HAH?!" Lia berteriak penuh amarah sebelum akhirnya ia menemukan si gadis cantik berandalan tengah memegang sebuah pisau lipat di tangan kirinya yang dominan.

Lia menggeram di kerongkongan karena kesal "Ngapain bawa-bawa senjata ke sekolah?" kini, tangan gadis itu bergerak cepat guna menjewer telinga kekasihnya.

"Bu, bu. Kalem deh bu. Itu pisonya nggak tajem, aw!" Kierra meringis di antara ucapannya yang sedang mencoba menjelaskan situasi pada si gadis cantik yang tiba-tiba mengamuk.

Lia menarik telinga Kierra dengan keras sebelum melepasnya, tak peduli meskipun gadis itu meringis saat telinganya dijadikan bahan untuk peluapan emosi Lia pada gadis yang baru saja membolos.

"Kenapa nggak masuk kelas?" ujar Lia ketus seraya melipat tangan di dada setelah ia membiarkan Kierra terlepas dari jewerannya.

"Nyebat" jawab Kierra ketika ia menggesek telinganya yang pastinya terasa panas dan berdenyut karena tingkah si gadis cantik.

"Nyebat nyebat nyebat" sewot si cantik seraya merebut batangan kanker dari tangan Kierra dan melemparkannya jauh-jauh.

"Ayo masuk kelas! Ada tugas dari Pak Kiky"

Kierra mendecak keras ketika Lia mengcengkram lengan atasnya "Elo kerjain aja gih. Gue mau tidur. Ngantuk gue"

"Semalem habis dari mana memangnya? Tiap pagi selalu aja ngantuk"

Kierra mendesah sebentar, kupingnya terasa panas karena jeweran serta suara melengking milik Lia yang sedari tadi menyiksanya secara beruntun. "Elo lupa? Semalem kan gue di mimpi lo. Ena-ena sama elo"

My Innocent Girl (FreenXBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang