MIG - Baik Tante.

1K 77 0
                                    

Multimedia: Danu Faliza Albin.

>--->

              Saat Lia melangkah memasuki ruangan yang sepi dengan ubin putih bersih serta AC yang tak menyala, Lia bergetar ketakutan dan memegang ujung pakaian yang ia kenakan.

Gadis cantik bertubuh kecil itu bahkan belum ingin mengangkat pandangan ketika ia melihat seseorang terbaring di atas tempat tidur.

Ada bau anyir yang tercium cukup lekat dan itu bercampur dengan bau obat yang tak disukai oleh Lia.

Lia benci darah.

Adalah Hellen satu-satunya orang yang mengajarkan pada Lia bahwa melihat darah orang lain itu menyakitkan. Dan asumsi yang diterapkan Ibunya pada Lia terus-terusan terasa hingga sekarang.

Lia hampir menangis saat ia menarik napas dan mencium aroma tak sedap itu datang dari tubuh kekasihnya yang masih terbaring lemas.

Tapi, satu tangan yang bergerak dengan perlahan lantas mengusap jemarinya yang sedari tadi menggenggam ujung baju membuat air mata yang sedari tadi mencoba Lia tahan, jatuh pula pada pipinya.

Kulit dingin milik Kierra bergerak perlahan di atas telapak tangannya dan Lia belum sanggup melihat sebagaimana hancurnya gadis itu karena kecelakaan semalam.

"Lia nggak sekolah?" terdengar suara Kierra yang serak dan dalam, suara yang langsung saja menusuk ulu hatinya dan merobek kekuatan yang sempat Lia buat beberapa saat yang lalu.

Usapan lembut Kierra berubah menjadi sebuah remasan lembut "Lia? Lihat El. El kangen"

Dengan air mata yang tumpah secara terus-menerus dari kelopaknya, Lia mengangkat pandangan untuk mempertemukan iris mereka yang berbeda warna.

Luka lebam serta perban yang melingkar di kepalanya membuat Kierra terlihat mengerikan bagi Lia. Tak jauh dari luka di keningnya, lengan gadis itu juga dibalut oleh sebuah perban sementara jari-jemarinya terlihat bengkak dan dipenuhi oleh jahitan.

Kaki milik Kierra juga dibelit oleh perban yang bahkan membuat Lia hampir merasa iba pada gadis di hadapannya.

Tapi senyuman manis yang tercetak di bibir Kierra yang tampak kering membuat Lia bersyukur karena ia tak harus kehilangan Kierra hari ini.

Lia masih memiliki hari berikutnya dengan si gadis bergigi kelinci. Dan kini, tangis sakit hatinya berubah menjadi tangis bahagia ketika Kierra merentangkan satu dari tangannnya guna meminta pelukan.

Dengan air mata yang berderai-derai dan napas yang tersenggal-senggal, Lia mendekat dan menempelkan tubuhnya pada Kierra. Bau anyir serta bau obat yang sedari tadi mengganggu indra penciuman Lia tiba-tiba hilang dan tergantikan dengan perasaan hangat di dalam dada.

"El..." bisik Lia di antara napasnya yang masih tersenggal oleh air mata. "Lia nggak mau lihat El balap-balap lagi" Lia terus menangis, meluapkan perasaan khawatir yang bertumpuk sejak semalam.

Sementara itu, Kierra hanya terdiam sambil mengusap rambut Lia yang tampak berantakan. Hidung mancung milik gadis itu juga memerah, ditambah lagi kelopak matanya yang berkantung-kantung.

Pemandangan di hadapannya ini menyayat hatinya. Kierra tak suka melihat gadisnya tampak kacau seperti ini, apalagi saat menyadari kalau dirinyalah yang membuat Lia menjadi seperti ini.

Kierra mendesah perlahan. Sialan! Umpat gadis itu di dalam kepala saat ia ingat apa yang terjadi di jalanan.

Fahrizal Agatta.

Ck! Laki-laki curang yang membuat Kierra harus menyaksikan Lia menangis untuk dirinya.

"Lia udah makan?" Kierra menarik lembut kepala Lia yang masih menempel di dadanya. Mata sembab milik Lia langsung membuat Kierra meringis.

My Innocent Girl (FreenXBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang