MIG - Nanti Malem

1.4K 96 0
                                    

Multimedia: The Buiser

>--->

"Oh? Gitu kelakuan kamu, hmm?"

"Anjiiiiiiiing" dengan sadis, Lia menjewer telinga milik Kierra yang beranting. Ia kemudian menarik dan memutar itu meski gadis bergigi kelinci di hadapannya sudah meringis meminta ampun padanya.

Ada rasa senang ketika Lia mendengar Kierra memohon, apalagi dengan menggunakan nada kekanak-kanakan serta tatapan mata yang sedikit berlinangan air mata.

"Ck!" Lia mendecak sebentar seraya melepaskan jewerannya di telinga Kierra "Sakit?" ujar Lia seraya mengusap telinga milik si gadis cantik itu saat mereka berduaan di dalam dapur warung yang tertata rapi.

Kierra meringis "Pake nanya. Lo kira telinga gue karet apa? Maen tarik-tarik aja tangannya. Enak banget lo" gadis itu meruntuk seraya kemudian mengusap telinganya yang terlihat merah.

Lia terkekeh seraya mengecup singkat daun telinga milik Kierra "Kasihan" timpal Lia pada Kierra yang membeku beberapa saat.

Gadis itu bergerak lamban dan menarik belakang kepala milik Lia untuk menyatukan bibir mereka berdua.

Lia masih membeku saat ia merasakan hisapan lembut namun sedikit memaksa dari Kierra. Gadis itu kemudian melenguh. Napasnya tiba-tiba saja tidak bisa terkontrol ketika Kierra dengan lancang menarik Lia ke atas pangkuannya sambil mengusap belakang punggung gadis itu.

"Shit!" umpat Kierra ketika ia kehabisan napas.

Lia mengerjap, perasaan membuncah itu menghilang kala Kierra memisahkan diri dari dirinya. Lia memegang bibirnya yang basah dan hangat "El.." ia berseru dengan nada lambat dan khidmat.

Kierra menyunggingkan senyum, tangan gadis itu kemudian mengusap bibir milik Lia perlahan "Belajar ciuman dari siapa? Kok jago?"

Lia masih mengatur napasnya, ia kemudian berdiri untuk memisahkan tubuh dirinya serta tubuh si gadis gigi kelinci yang menatap padanya lembut "Jangan macem-macem. Ini sekolah" ujar Lia setelah ia berhasil mengembalikan akal sehatnya yang tadi menghilang entah kemana.

Gadis di hadapannya yang terduduk di atas sebuah kursi tua berwarna hitam menjulurkan lidah di dalam pipi sehingga itu membentuk sebuah tonjolan kecil di sana "Nggak ada yang liat kalo kita mesum di sini" sangkal Kierra seraya menarik lengan milik Lia agar gadis itu kembali duduk di atas pangkuannya.

Namun, bukannya menurut, gadis cantik yang menggulung rambutnya sampai atas itu bergeming di tempatnya berdiri "Ayo pulang. Udah mau jam 3. Bapak bisa heboh kalau dia tahu aku belum pulang setelah jam pelajaran selesai satu jam yang lalu"

Kierra berdiri, ia kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celana yang ia kenakan sebelum akhirnya melangkah gontai meninggalkan Lia yang langsung mengekor di belakangnya.

Saat Lia keluar dari dapur, ia melihat sosok lelaki lain yang tengah meringis sambil memegang ujung bibirnya yang tampak bengkak dan berdarah. "Siapa?" ujar Lia pada Kierra yang tengah menatap si lelaki dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

Kierra bergerak cepat, mendekat pada si lelaki berambut gondrong tak beraturan. Gadis itu tampak marah dan tidak terima saat menarik dagu si pemuda yang terluka dan menatap itu dalam-dalam. "Anak mana?" ujar Kierra. Gadis itu bahkan menghiraukan pertanyaan Lia soal siapa lelaki yang terlihat babak belur itu.

Lelaki itu meringis sebentar "Anak sebelah" timpal si lelaki saat ia di kompres oleh Alvin.

Davin bergeming sebentar, begitu juga dengan Kierra. Di sisi lain, Lia masih kebingungan dengan apa yang terjadi dan gadis itu tak tahu apa-apa soal ini semua.

"Omorfos atau Aderfia?" ujar Davin setelah sekian lama terdiam dan saling lempar pandangan dengan Kierra.

"Omorfos" jawab si lelaki yang masih tampak meringis.

Lia bisa melihat Kierra mengeraskan kepalan tangan sampai buku-buku jarinya memutih "Nanti malem" ujar Kierra sebelum akhirnya gadis itu melirik pada Lia dan tersenyum "Ayo sayang. Pulang"

Lia mengerjap beberapa kali, ia masih mencoba untuk mencerna apa yang terjadi. Tapi ia tetap melangkah mengikuti Kierra yang menuntunnya ke arah parkiran.

Gadis bergigi kelinci itu melangkah gontai dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Rambutnya yang panjang dan hitam kelam tersorot sinar matahari serta terbawa angin hingga itu melambai tepat pada arah Lia yang menatap gadis itu dari belakang.

Tubuh tinggi milik Kierra tampak begitu tegas dan keras dari belakang. Postur tubuhnya yang tak pernah tampak membungkuk ketika ia berjalan memberikan kesan angkuh di antara langkah-langkahnya yang lebar.

Gadis itu melirik ke belakang setelah berhenti di depan sebuah motor besar berwarna hitam. Tangannya terulur guna menyerahkan satu helm berwarna putih dengan hiasan telinga kucing di kedua sisinya "Karena gue cuma bawa satu helm. Elo aja yang pake"

Lia menerima itu dan memeluknya "Aku nggak suka helm kayak gini. Engap"

Kierra mendecak dan merebut helm tersebut lantas memasangkannya pada pucuk kepala Lia "Pake. Kalo gue jatoh, gue udah biasa luka. Tapi kalo elo yang jatoh, gue yang repot"

"Engap, El" bantah Lia ketika gadis di hadapannya menutup kaca helm yang sudah terpasang rapi di kepalanya.

"Nurut sama pacar. Gue sayang sama lo. Makanya gue nggak mau lo luka"



>MY INNOCENT GIRL By Riska Pramita Tobing<


Lia tengah mengunyah camilan ketika ia melihat Ayahnya baru saja pulang. Seragam kebanggaan yang tak pernah gagal membuat lelaki senja itu terlihat gagah dan menawan tampak kusut. Tapi senyum lelaki senja itu mampu membuat sesuatu di dalam hati Lia menghangat karenanya.

Danu Faliza Albin tengah merentangkan tangan menunggu putrinya menghampiri. Tapi gadis kecil itu justru terkikik di atas sofa sambil pura-pura marah padanya.

"Loh? Loh? Nggak ada pelukan selamat datang buat Bapak?" ujar si lelaki senja seraya menurunkan tangannya yang sedari tadi terbuka.

"Nggak mau. Bapak pasti bau, wlee. Lia udah wangi, nanti kalau peluk Bapak, Lia jadi bau lagi" protes gadis itu dengan nada kekanakan.

Lelaki itu terkekeh sebelum ia mendekat pada putri sematawayangnya lantas merebut toples berisikan keripik dari pelukan putrinya "Kalau nggak mau peluk, keripiknya buat Bapak"

Lia memajukan bibir menyerupai paruh seekor itik "Buuu, Bapak niiih"

Danu terkekeh "Beraninya aduan" ujar lelaki itu setelah ia mengembalikan toples pada putrinya.

"Bapak hari ini ngapain aja?"

Danu menoleh "Patroli seperti biasa. Belakangan ini Bapak kerepotan sama geng-geng motor yang marak tawuran"

Lia menghentikan kunyahan ketika ia mendengar Ayahnya menyerukan tentang geng motor. Seketika, kepalanya memutar ingatan di mana Kierra mengatakan 'malam ini' pada tiga pemuda yang mengangguki ujaran gadis itu.

Apa jangan-jangan gadis itu akan pergi tawuran sekarang? Malam ini?

Lia tersentak saat ia merasakan satu tangan mengusap pipinya "Kamu jangan banyak keluar ya. Anak-anak geng itu sepertinya sedang berebutan kuasa"

Lia mengangguk pada Ayahnya yang langsung tersenyum "Bapak kapan mau patroli lagi?"

Lelaki itu mengambil beberapa potong keripik ke tangannya "Mungkin malam ini. Setelah jam sebelas Bapak berangkat. Kamu tidur aja, jangan nungguin Bapak. Bapak kan jagoan. Kamu nggak usah khawatir.."

Ucapan lelaki senja itu semakin memudar di dalam kepalanya. Kierra.. Gadis itu.. Ia pasti akan tertangkap kalau ia memang akan melakukan sesuatu malam ini.

Harus bagaimana Lia?

>--->
Riska Pramita Tobing.

My Innocent Girl (FreenXBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang