30. Video.

1.7K 102 13
                                    

Mohon maaf jika ada kesamaan alur, latar, atau tokoh.

Selamat membaca. Jangan lupa vomment♡

...

Ketika mengetahui sang adik pingsan saat Noah membawa nya di Jepang, saat itu juga Alan menyuruh salah satu anak buah dan dokter kepercayaan nya untuk menanamkan alat pelacak di pergelangan kaki kanan nya.

Bukan karena obsesi atau posesif, tapi Alan tidak mau kecolongan lagi dan berakhir adik nya yang terkena imbas.

Berawal dari liburan berakhir penculikan. Alan tidak mau hal itu terjadi lagi pada nya.

...

Jakarta, Indonesia.

Jam menunjukkan pukul dua belas siang. Saat ini sudah memasuki jam istirahat para pekerja di Abercio Company.

Alan meregangkan kedua tangan nya yang terasa pegal. Pekerjaan nya kali ini cukup berat dan dia masih ada dua rapat lagi di sore hari nanti.

Sudah menjadi kebiasaan nya sejak kecil kalau Alan selalu membawa bekal. Lelaki itu jarang makan di luar jika sedang kerja atau pun saat zaman sekolah. Menurut nya, makanan di kantin semakin lama semakin membosankan dan lebih baik juga dia membawa makanan sendiri untuk menghindari keramaian kantin karyawan.

Keramaian dan kemacetan adalah dua hal yang selalu Alan hindari. Saat jam pulang kerja pun dia lebih memilih pulang di jam sepuluh malam agar tidak terkena macet di ibu kota.

Bekal nya kali ini ada nasi putih, ayam goreng, sambal, dan lalapan. Makanan sederhana namun terasa nikmat.

Sembari menghabiskan bekal nya, atensi nya tak luput dari layar laptop nya. Ada satu titik merah disana dan sisa nya peta di Amsterdam. Titik merah itu adalah alat pelacak yang berada pada kaki Ellana. Kemana pun gadis itu pergi, Alan tahu, bahkan ke toilet sekali pun.

DRRTTTT

Ponsel nya bergetar. Alan melirik ponsel nya yang berada di samping nya. Terdapat satu pesan dari nomor asing. Pesan itu berisi video seperti rekaman CCTV. Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung mengunduh video itu.

Atensi nya yang sedari tadi menatap titik Ellana, kini mulai beralih ke ponsel nya. Video itu mulai terputar di ponsel nya.

Tak sampai sepuluh menit durasi video itu berputar kini ekspresi wajah Alan menjadi tidak terbaca. Kecewa, benci, dan merasa bersalah menjadi satu.

"Gak mungkin" lirih nya.

Keringat mulai membasahi wajah nya. Entah apa yang terjadi tapi kini wajah nya memucat.

TOK TOK TOK

Tak lama setelah nya Farid datang dengan membawa dua map berwarna merah.

"Tuan—"

"Keluar" ucap nya dengan dingin.

Farid mengerutkan kening nya bingung. "Tapi—"

"SAYA BILANG KELUAR!"

Farid terkejut. Sangat terkejut. Selama bekerja di Abercio Company tak pernah sekali pun dia di bentak, sekali pun dengan Hans. Untuk pertama kali nya dia di bentak oleh anak dari majikan nya itu. Entah apa masalah nya kali ini.

AMSTERDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang