[ part 4 ]

2.1K 131 8
                                    

Beberapa bulan berlalu.

Hari ini, adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sembilan remaja yang saat ini berada di parkiran apartment.

"Jalan kaki aja, lah! nggak sampe lima menit, njir!" seru Rafael.

Hampir lima menit lebih mereka hanya diam berdiri di parkiran apartment hanya untuk berdebat, beberapa dari mereka ingin menggunakan mobil dan yang lain ingin berjalan kaki.

Keirlan sendiri sudah lelah dengan perdebatan Rafael dan Serlin, jadi ia memutuskan untuk menarik tangan Kimberly dan mereka lebih dulu berangkat dengan berjalan kaki, David yang melihat itu juga menyusulnya begitu juga dengan Jovanka.

Saat mereka sudah sampai di kampus, ketiga remaja itu pergi ke gedung stop one, itu adalah gedung yang berisi informasi-informasi tentang universitas ini.

"Mau nunggu mereka apa nggak?" tanya Kimberly setelah mereka mendapatkan informasi yang mereka inginkan.

David dan Jovanka menganggukkan kepalanya, sementara Keirlan hanya diam, laki-laki itu tampak terlihat lesu. Kimberly pun hanya bisa tersenyum tipis sembari mengusap bahu suaminya.

Keirlan terlihat lesu karena ada beberapa jadwal kuliahnya dan Kimberly yang tidak sama.

"Gallen vidcall nih," ujar Kimberly seraya memperlihatkan layar ponselnya yang tadinya bergetar pada Keirlan.

Tidak ingin membuat sang adik menunggu lama, Kimberly langsung mengangkatnya. Senyum gadis itu terukir di wajahnya kala melihat wajah khas bangun tidur Gallen, pasti anak itu langsung menghubunginya begitu bangun tidur.

"Kak, semangat hari pertama! hari ini hari pertama Gallen semester dua juga," ujar anak laki-laki yang terlihat di layar ponsel Kimberly.

"Semangat, Gallen! jangan terlalu rajin belajarnya ya, jangan keseringan berantem juga," kata Kimberly yang berhasil mengundang tawa ringan dari lawan bicaranya.

Kimberly sengaja mengatakan itu, karena dua bulan yang lalu, saat mereka pulang ke Indonesia sebentar, kehadiran mereka disambut dengan keadaan Gallen yang penuh dengan luka.

Saat ditanya pun, anak itu hanya menjawab karena kesalahpahaman saja.

Keirlan tentu saja marah saat melihat keadaan adik satu-satunya itu dan hendak pergi menemui orang yang membuat Gallen babak belur, untungnya saja si kembar Cavan dan Damian berhasil menenangkan. Saudara kembar itu sudah menyelesaikan urusan ini.

"Abang mana, Kak?" tanya Gallen.

Kimberly mengarahkan ponselnya ke arah Keirlan yang membuat Gallen bisa melihat laki-laki itu.

"Kok kusut gitu mukanya? jelek banget!" celetuk Gallen dengan nada mengejek.

Keirlan mendelik kesal mendengar ejekan itu. "Kurang ajar, nggak gue kasih uang jajan lo!" ancamnya.

"Ya nggak papa sih, masih ada duit dari Bang Jeff sama Daddy," balas Gallen.

"Gue blokir atm lo," sahut Keirlan yang berhasil membuat Gallen kelabakan.

"Jangan dong! Gallen kan bercanda, Bang."

Keirlan memutar bola matanya malas, lalu menggeser ponsel itu agar menghadap ke arah Kimberly saja. Sedangkan Kimberly sendiri hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis, gadis itu selalu merasa terhibur dengan interaksi Gallen dan Keirlan.

"Nanti lagi, ya? kamu juga harus siap-siap ke sekolah, kan?" tanya Kimberly ketika melihat arlojinya yang menunjukkan pukul setengah sembilan, itu artinya disana sudah pukul setengah enam.

Giant Baby S2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang