[ part 7 ]

2.1K 147 4
                                    

Kimberly tidak tahu apa yang membuat suaminya itu tiba-tiba merengek kepadanya, meminta suatu hal yang menurutnya tidak masuk akal untuk saat ini.

"Lily, Ilan mau dedek bayii!"

Iya, laki-laki itu menginginkan seorang bayi. Hal itu membuat Kimberly sedikit pusing untuk menghentikan rengekan Keirlan yang belum juga berhenti itu.

"Liat, mereka lucu, Ilan mau satu."

Kimberly mendelik sebal, suaminya ini gampang sekali bicaranya, rasanya ingin ia lakban saja mulutnya itu.

"Ya, Lily? kenapa nggak? kita udah nikah, hidup juga mapan, kenapa nggak mau?" tanya Keirlan yang masih memperlihatkan layar ponselnya ke arah Kimberly.

Di ponsel itu Keirlan memperlihatkan sosok bayi yang memang membuat siapa saja yang melihatnya merasa gemas dan ingin memilikinya.

"Baby, even we're married but we are still teenagers! you're nineteen," kata Kimberly yang tidak membuat Keirlan tergoyahkan.

"Kita udah legal," balas Keirlan.

Kimberly memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut, lalu kembali menatap suaminya yang kini menatapnya dengan ekspresi memohon.

"Iya, kita udah legal. Tapi, kita belum belajar tentang parenting, emangnya kamu nggak kasian kalo anak kamu nggak keurus, hm?" jelas Kimberly dengan nada selembut mungkin.

"Bukannya tinggal kasih susu aja? kalo udah gedean dikit baru kasih makan, iya kan? atau sewa babysitter aja."

Jawaban itu berhasil membuat Kimberly menatap laki-laki itu tajam, Keirlan benar-benar buruk untuk menjadi orang tua jika pemikirannya seperti itu dan Kimberly tidak mau jika hal ini benar-benar terjadi pada anak mereka nanti.

"Li-lily, Ilan salah?" tanya Keirlan yang mulai menciut saat istrinya menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kalo pemikiran kamu kaya gitu, kamu nggak ada bedanya sama papa kamu, Keirlan."

Gadis itu tidak sengaja mengucapkan kalimat sarkas seperti itu pada Keirlan, namun sepertinya ia juga harus bersyukur saat melihat laki-laki itu terdiam dan merenungi kesalahannya.

Kimberly menghela nafasnya pelan, ia membawa Keirlan kedalam pelukannya dan mengusap kepala laki-laki itu lembut.

"Baby, kita udah pernah bahas ini sama Daddy, kan?" tanya Kimberly yang kini melembutkan nada suaranya.

Sebelum mereka menikah, Keirlan dan Kimberly memang diberi beberapa syarat oleh Richard. Mereka tidak boleh bersentuhan melebihi pelukan atau berciuman, dan syarat yang paling penting adalah, mereka tidak diperbolehkan memiliki anak sebelum selesai bersekolah.

Kimberly tahu keinginan laki-laki itu hanya keinginan sementara karena Keirlan tidak benar-benar menginginkan seorang anak, ia tahu Keirlan juga belum siap menjadi seorang ayah.

Namun Kimberly tetap mengingatkan syarat itu pada Keirlan, lagipula membuat anak tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Sorry, Lily."

Kimberly menganggukkan kepalanya, gadis itu mengusap-usap punggung Keirlan ketika mendengar suara isakan dari laki-laki itu.

Keirlan selalu menangis saat laki-laki itu sadar dengan kesalahannya, tapi mungkin saja kali ini alasan laki-laki itu menangis karena ucapan Kimberly tadi.

"Jangan nangis, Baby."

"Sorry," kata Keirlan sembari mengeratkan pelukannya pada Kimberly.

Kimberly mengecup kening suaminya singkat, lalu menggesekkan dagunya pada rambut laki-laki itu dan menghirupnya perlahan.

"Gimme your phone, Baby."

Giant Baby S2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang