Nasib tidak ada yang tahu. Terlahir dari keluarga yang dulunya kaya raya dan harmonis, serba kecukupan dan bahagia akan berakhir menjadi keluarga seadanya yang serba kekurangan seperti Gangga dan Tirta.
Awalnya mereka adalah putra dari pasangan yang kaya raya, bahkan kalau diingat-ingat saja, Gangga pernah sekolah di sekolah yang sangat mewah dan yang pasti mahal biayanya. Tapi hal itu lenyap ketika orang tua mereka terbunuh oleh orang jahat dan mengambil seluruh hartanya dan tidak menyisakan apapun pada Gangga dan Tirta.
Pada akhirnya mereka berakhir disini, disebuah rumah reot dengan kondisi serba kesusahan yang berada dibawah jembatan tol. Disinilah butiran debu itu menumpuk disetiap barang yang ada disana, menjadi saksi dari banyaknya luka yang mereka rasakan didalam ruangan ini ketika mereka mutuskan untuk tetap bersama. Dinding-dinding kotor yang menjadi sekat dari erangan tangis agar tak tembus terdengar oleh ilalang kering di depan rumah.
L Titik-titik air hujan yang menerobos dari atap itu juga sering datang bersamaan ketika mereka menangis disini.Tak ada yang Gangga harapkan dari hidupnya ini. Ibaratnya ia hanya zombie yang berkeliaran. Tubuhnya bergerak tapi tak punya nyawa didalamnya dan ingin melakukan seenak jidatnya saja. Hidup tak terarahpun tak apa, matipun juga boleh. Tak satupun yang bisa ia pertahankan, termasuk Tirta. Hidup bersama anak itu hanyalah sebuah formalitas saja, kalau Tirta tidak betahpun Gangga tanpa berat hati meninggalkannya.
Tapi itu beda dengan Tirta. Walaupun dia benci setengah mati dengan Gangga, Tirta tidak bisa memungkiri kalau hanya Ganggalah yang ia punya. Tirta sayang sama Gangga, mengingat menjadi Ganggapun tidak mudah. Tapi sekalipun Gangga tidak melakukan apapun untuknya, setidaknya biarkan ia tetap hidup dengan kakak bajinganya itu.
Kasarnya, Gangga memang tidak butuh Tirta, tapi Tirta yang butuh Gangga.
•••
Dari pada dibilang mirip dari wajahnya, dua bersaudara ini lebih setuju kalau mereka mirip karena wataknya. Mungkin kalau wajah hanya sekitar 30 % saja, tapi kalau wataknya 100 % plek-ketiplek. Umur mereka memang selisih lima tahun, tapi kelakuannya seperti seumuran. Entah kadang Gangga yang kekanak-kanakan atau Tirtanya yang berusaha bersikap dewasa.
Selasa pagi itu Tirta terbangun oleh suara alarm dari ponselnya. Laki-laki itu mengucak matanya untuk melihat pukul berapa ia bangun. Rupanya pukul enam, masih bisa untuk bersiap-siap ke sekolah mengingat biasanya ia akan bangun lebih siang sekitar setengah jam.
Iya, Tirta masih berusaha sekolah ditengah kondisi kesulitan ekonomi yang melandanya. Ia kelas 11 diumurnya yang masih tujuh belas tahun itu. Walaupun mengalami banyak kesulitan, setidaknya ia lulus SMA agar nanti masih bisa mencari pekerjaan kalau sudah lulus. Tirta juga tidak berani berangan-angan untuk kuliah, karena ia sadar itu tidak akan mungkin ia gapai.
Laki-laki itu bangun dan beranjak dari ranjangnya. Ketika ia hendak keluar dari kamar, ia berhenti mendadak ketika melihat Gangga yang berdiri didekat kaca dan membelakanginya. Tirta hanya bisa mengulum bibirnya dengan wajah kecewa melihat wajah Gangga dari pantulan cermin itu. Kenapa Gangga melakukan itu lagi?
Tirta tahu, Gangga tidak sekaku itu. Bajingan itu masih mau membantunya sedikit untuk biaya sekolah. Semenjak Gangga keluar dari penjara, Gangga menjadi sulit mendapatkan pekerjaan karena catatan kriminalnya itu. Hal itu membuat Gangga bekerja seadaanya, dan yang ini yang paling Tirta tidak suka. Yaitu menjadi petarung bawah tanah untuk memenangkan sejumlah uang.
Ia berjalan menuju kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air dingin itu. Begitu air itu menyentuh tubuhnya, Tirta merasa mengigil ditengah kabut pagi yang begitu dingin, rasanya Tirta membeku dengan dada yang berdenyut hebat serta air mata yang jatuh tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIM
FanfictionGangga itu tidak pernah percaya dengan namanya takdir baik. Kalaupun ia mendapatkan hal itu, akan ia anggap itu kebetulan, bukan keberuntungan. Namun apa jadinya jika memang ia ditakdirkan memiliki takdir indah namun hanya Gangganya saja yang belum...