16% Eksekusi!

144 14 1
                                    

Dulu sekali, sebelum banyak hal terjadi padanya, Gangga pernah percaya yang namanya takdir bahagia. Gangga tahu bagaimana ia tertawa lepas sambil berlari-larian dipinggir jalan. Memakan sepiring pecel lele disalah satu gang bersama Tirta. Adipati Gangga Emahera pernah percaya akan hal-hal indah bahkan ketika ia merasa tidak punya apa-apa lagi dalam hidupnya selain Tirta. Hal itu terjadi ketika ia menemukan teman bernama Lintang Sahasika

Hal yang paling lucu dari pertemua mereka adalah ketika mereka sama-sama ingin bunuh diri untuk lompat ke sungai. Lintang yang sudah siap berdiri untuk melompat dan Gangga yang hendak melompat tapi terganggu karena Lintang tak kunjung lompat, karena katanya jembatannya terlalu tinggi juga, atau mungkin sedang mempertimbangkan keputusannya itu.

"Kalo ragu ya gak usah bunuh diri." Kata Gangga kala itu.

Dan laki-laki tampan itu menoleh kebelakang, "Kalo mau mati ya gak usah nunggu sepi!"

Hingga malam itu adalah awal dari persahabatan Gangga dan Lintang. Derasnya suara arus sungai kala itu menjadi saksi mereka bercerita banyak, dengan dua botol hijau cap bintang yang mereka teguk di pinggir jembatan dan satu box rokok dunhil putih milik Gangga. Memaki dunia yang dipenuhi dengan kepalsuan dan penghiatanan. Menyumpah serapahkan orang yang telah membuat mereka hampir menyerah. Serta berjanji untuk menjadi teman selamanya apapun keadaannya.

Diluar kalau ia menemukan Lintang yang hampir menyerah malam itu, Gangga justru menemukan sosok lain dari dalam diri Lintang.
Lintang yang membuat Gangga percaya akan hal-hal indah di dunia ini. Meyakinkan Gangga bahwa hidup tak melulu tentang penderitaan jika Gangga mau menerima. Sebab itu Lintang masih menimang-nimang ketika ia hendak lompat ke sungai. Laki-laki itu mengajarkan Gangga untuk tetap sabar dalam menerima segala takdir yang Tuhan berikan. Walaupun hanya Gangga balas dengan tawa mengejek.

Lintang tidak bilang bahwa hidup selalu bahagia, karena Lintang sendiri juga tidak merasakan hal itu dalam hidupnya. Lahir sebagai putra tunggal di keluarga kaya raya sampai akhirnya ia harus merelakan itu semua ketika orang tuanya bercerai sebab ibunya selingkuh. Parahnya lagi, kini ibunya selalu memoroti uang para selingkuhannya.

Mulai saat itu, Gangga merasa lebih baik dengan kehadiran bocah yang ngakunya lahir di LA ini. Mereka menjalani hidup yang terkesan bajingan ini bersama-sama Menjadi berandal yang hobinya bikin onar kampung sambil malakin uang di pasar, kadang mengamen juga. Kalau otaknya lagi waras ya jadi kuli angkat barang untuk tambah beli rokok kalau rokoknya sudah dapat ya nggak kerja lagi.

Tak hanya itu, Lintang tidak pelit untuk berbagi uang dari hasil curiannya. Tentunya dari dompet ibunya yang tukang morortin selingkuhan itu. Agak nyeleweng memang, tapi Lintang benar-benar baik pada Gangga. Bahkan pernah ketika Gangga bingung untuk membayar uang SPP Tirta, Lintang yang tanpa berpikir panjang mencarikan laki-laki kaya untuk dikenalkan pada ibunya untuk diporotin. Sebagai bayarannya Lintang meminta upah untuk itu dan memberikannya pada Gangga.

Lalu, mau tahu satu fakta tentang mereka lagi? Ulang tahun mereka itu sama persis. 30 Desember. Jadi tidak heran kalau kelakuannya sama juga. Atau mungkin Lintang ini Gangga versi sabar. Lintang cenderung tenang dan tidak gampang emosi dalam menghadapi masalah. Ia juga pasti akan berpikir dua kali atau lebih jika hendak bertindak. Beda dengan Gangga yang orangnya grasak-grusuk dan emosian. Lainnya, mereka sama saja kok. Mereka sama-sama stress.

Jika bagi Gangga dunia ini adalah pecundang, bagi Lintang dunia adalah kerusakan. Gangga sempat heran mengapa laki-laki sebaik Lintang hidup didunia yang sebrengsek ini. Dengan hati setulus itu. Seolah bocah itu pasrah sekali kalau akhir bahagia itu memang ada. Seperti Lintang hanya ingin hidup menjadi sebaik-baiknya manusia, walaupun pada akhirnya lelah juga. Gangga jadi bertanya-tanya, apakah bisa temannya ini menjadi jahat?

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang