Nasi goreng itu makanan sepele yang mudah sekali Nora dapatkan kapanpun Nora mau. Apalagi jarak rumahnya dengan tukang nasi goreng cuma lima langkah, gak deng, bercanda. Jaraknya lumayan dekat, Nora tinggal ngibrit dengan motor beat kesayangannya dan langsung berjumpa dengan Mas-mas nasi goreng ganteng langganannya.
Malam ini lagi-lagi pesannya tidak dibalas oleh Tirta. Padahal, katanya Tirta sudah berubah menjadi Tirta yang baru, yang sangat menyayangi Nora, yang selalu meluangkan banyak waktu untuk Nora. Tapi nyatanya sama saja pacarnya itu masih sulit dihubungi. Omongan Tirta itu cuma bisa discreenshoot doang!
Kini harum semerbak khas nasi goreng dan suara bising wajan itu sudah Nora temui ketika ia sampai di warung nasi goreng. Melihat tukang nasi goreng itu tengah mengoseng nasi diwajannya, Norapun mendekat, “Jual nasi goreng Bang?”
“Iya Neng. Mau beli?”
Nora hendak menjawab, namun matanya tak sengaja melirik perawakan tinggi yang tak asing baginya, laki-laki itu berjalan menahan sakit sambil memegang perutnya menuju taman yang kebetulan tidak jauh dari tempat ia membeli nasi goreng. Orang yang Nora lihat itu bukan tak asing lagi, tapi Nora kenal betul siapa dia. Siapa lagi kalau pacanya si tukang ghosting itu alias Gustian Tirta?!
“Panjang umur juga ni anak.” dumalnya pelan.
Tukang nasi goreng yang berada didepan Nora itupun juga langsung melambaikan tangannya didepan wajah Nora karena gadis itu tiba-tiba melamun ditengah-tengah percakapan, “Neng? Halo? Mau beli?”
Nora yang langsung tersadar langsung mengerjapkan matanya, “Enggak Bang, tanya doang. Makasih.”
Tanpa menghiraukan reaksi penjual nasgor yang kebingungan, Nora langsung saja meninggalkan warung itu dan pergi kesebrang jalan menuju taman dimana ia melihat Tirta disana.
Sesampainya di taman itu, Nora melihat laki-laki itu tengah duduk disebuah ayunan dan membelakanginya. Ia meringkuk sambil memeluk perutnya yang entah kenapa itu. Nora langsung saja mendekat dengan langkah pelan, lalu menepuk pundak laki-laki yang tengah meringkuk itu, “Permisi, masnya pacar saya bukan?”
Laki-laki itu langsung menegakkan tubuhnya, melihat gadis cantik yang ia cap sebagai pacarnya itu kini berada tepat didepan matanya. Lantas ia langsung mengubah mimic wajahnya dari kesakitan menjadi sumringah ketika melihat Nora didepannya, “Eh sayang. Kamu ngapain malem-malem kesini?”
“Bukannya aku yang harusnya tanya, kamu ngapain malem-malem disini. Mau ketemu cewek lain ya? Kamu mau selingkuh?”
Tirta jelas langsung memberikan sepuluh jarinya sambil menggeleng, “Ehh enggaaakk…”
Namun gadis didepannya itu justru semakin bersngut-sungut memandang Tirta sambil berkacak pinggang, “Kamu punya hape gak sih? Kamu baca chat aku nggak? Coba liat chat aku udah kaya orang nagih utang. Aku nyepam banyak banget cuma pengen tau kabar kamu aja. Tinggal jawab chatku apa susahnya sih? Kenapa kamu kek rugi banget kalo jawab chat aku? Aku gak sepenting itu ya buat kamu?”
Tirta membuang napas panjang hanya untuk menatap dua bola mata gadis didepannya itu, ia lalu menarik pergelangan tangan Nora untuk duduk diayunan sebelahnya. Perlahan Tirta mengusap helaian rambut gadis yang tengah uring-uringan itu, “Ssshh Nora…aku lagi sibuk tadi. Aku juga gak selingkuh kok. Kamu gak usah khawatir, aku tu gak kemana-mana, aku juga aman-aman aja.”
“Sibuk ngapain kamu hah? Aman-aman aja katanya –bentar.” Saat ia ditatap begitu dalam oleh Tirta, ia baru menyadari satu dari wajah tampan pacarnya itu, “Muka kamu kok babak belur? Kamu habis berantem ya?” Matanya terbelalak sambil menyibakan rambut Tirta untuk melihat lebih jelas wajah bocah itu, “Kamu habis berantem sama kakak kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIM
FanfictionGangga itu tidak pernah percaya dengan namanya takdir baik. Kalaupun ia mendapatkan hal itu, akan ia anggap itu kebetulan, bukan keberuntungan. Namun apa jadinya jika memang ia ditakdirkan memiliki takdir indah namun hanya Gangganya saja yang belum...