44% Ratu dan Langitnya

95 12 3
                                    

Ini adalah pagi yang berbeda dari sebelumnya, pukul tujuh pagi yang biasa mereka gunakan untuk menjelajahi pulau kapuk itu berubah menjadi mimpi buruk karena didatangi sosok raksasa berwajah bayi yang tengah berteriak mengejar mereka, dan ketika mereka terbangun mereka dan tersadar kalau itu adalah tangisan bocah perempuan yang tidak mau sekolah dengan alasan masih ngantuk alias Ratu.

Sang Ayah mengalah dan membiarkan Ratu tidak sekolah. Tapi alih-alih lanjut tidur, Ratu justru membuat keributan. Sebenarnya tidak akan seribut itu jik sang Ayah juga tidak heboh meneriaki namanya. Seperti...

"Ratu...mainannya jangan diberantakin lagi..."

"Ratuuu makan dulu..eh Ratu! Jangan deket-deket kolam!"

"Ratu...jangan lari-lari!"

"Ratu!"

"Ratu!"

"Ratu!"

Dan berakhirlah mereka di meja makan pagi ini. Semua ikut terbangun dan berkumpul di dapur untuk sekalian sarapan masakan buatan Agam. Sesekali mereka melihat Agam yang mengawasi Ratu yang sudah rapih itu bermain ditaman terbuka dekat mereka.

Sembari menunggu Gangga yang tengah mengoleskan selai coklat ke rotinya, memandang Agam dari jarak jauh dengan heran, "Kok bisa ya Mas Agam telaten banget ngurus Ratu?"

Gangga hanya tersenyum sambil meletakan roti coklat itu ke piring Tirta.

Lintang juga mengangguk setuju sambil mengunyah rotinya, "Bener banget. Mulai dari baju, rambut, segala macem itu Mas Agam yang milih. Rambut sepanjang itu juga Mas Agam yang kuncir rapih tadi, segala dikasi pita. Kepikiran dari mana coba? Biasanya megang pistol tiba-tiba megang pita rambut? Mana gayanya juga gak norak kaya bapak-bapak newbie yang ngurus anak cewe. Ngerasa heran aja, dapet ide dari mana dia begitu. Gue yang suka anak kecil aja gak setelaten itu."

"Berhubung lo orang yang males ribet Mas, paling lu sewain babysitter sih. Kalo gak gitu lu titipin tetangga kalo lu lagi sibuk kerja." Ucap Bisma disebelahnya dan hanya dibalas Lintang yang merenges.

Setelah lembaran-lembaran rotinya itu selesai ia olesi selai coklat, Gangga akhirnya duduk bersama menikmati roti itu dimeja, "Sepenglihatan gue yang hidup bareng sih, dia emang beneran pengen jadi sosok Aji buat Ratu, dan itu gak ada yang maksa. Bener-bener dia sendiri yang tiba-tiba berubah. Ya lu tau lah Aji tu kaya gimana. Dulu waktu bayi aja pekara handuk Aji juga pilih-pilih. Orangnya selektif dan telaten. Bahkan diumur segitu aja, Mas Aji udah sering beliin Ratu aksesoris sama kuncir rambut. Padahal Ratu masih botak dulu."

Hema terbahak dengan Roti yang ada dimulutnya. Sekelebat bayangan lucu hadir di kepalanya, "Kebayang gak sih kalo Ratu digedein sama sosok Mas Agam asli?"

Sontak saja Lintang ikut tertawa dengan kalimat itu, "Kalo Ratu pake parenting ala Mas Agam, sekarang dia gak main boneka Hem. Sama Mas Agam udah diajak kehutan buat diajak buat nangkep burung. Entar sampe rumah Ratu suruh tembakin satu-satu burungnya."

Mendengar itu, Gangga hanya geleng-geleng kepala, "Ratu mana mau diajak kehutan. Perilaku anak itu sesuai sama namanya, Ratu. Dia maunya dilayani terus kaya putri kerajaan. Nah itu Mas Agam pelayannya."

Semua sontak terbahak saat itu juga. Meja makan itu seketika penuh dengan gelak tawa para manusia yang tidak habis pikir dengan perilaku Agam sekarang.

Untuk sejenak, Tirta membuang napas panjang sambil mengakhiri sarapannya, "Dapet karma beneran tu orang."

Kini Hema dan Bisma yang bangkit dari meja itu. Mereka berjalan keluar dapur dan berniat mengajak main Ratu sekaligus berkenalan disana. Tentunya dengan pengawasan Agam. Mereka beneran gak berani macam-macam apalagi sampai membuat Ratu nangis karena keisengan mereka mengingat bapaknya gampang bunuh orang.

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang