7% Awas ada harimau!

239 28 3
                                    

Hari itu pukul sepuluh malam mereka kembali ke kamar masing-masing. Mereka memutuskan untuk kembali ke kamar karena tak ada kemungkinan untuk nongkrong setelah kejadian malam ini. Malam itu selesai begitu saja ketika Lintang meninggalkan atap. 

Namun walaupun mereka kembali ke kamar dengan keadaan langit malam, maksudnya –belum pagi, mereka tetap saja tidak bisa tidur. Semuanya rungsing dengan pikiran masing-masing, sebab Agam sudah tahu kalau ada keributan antara Gangga dan Lintang dari video yang tidak sengaja Kanda kirim tadi.

Apalagi Umar, rasanya seperti ingin pura-pura pingsan saja kalau besok pagi dia sudah dipanggil Agam untuk diintrogasi. Kericuhan itu benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Hari itu sudah pukul 2 dini hari, jangan tanya kenapa Umar belum tidur, dia sedang berada dikamar Lintang bersama Aji. Melihat bagaimana Aji sedang mengobati luka ditubuh Lintang yang ikut membuatnya meringis

“Lo gak papa?”

Dan laki-laki yang perutnya sedang dikompres Aji itu hanya mengangkat alisnya dengan wajah tengil sambil tersenyum, “Gak papa. Gak usah khawatir.”

Aji yang dengan jelas melihat perut Lintang itu membiru karena lebam langsung menekan kompres ditangannya dengan asal, “Gak papa apanya! Perut lo memar anjir!”

Lintang disitu jelas hampir saja menjerit, “Sssshh anjing jangan keras-keras kalo udah tau memar!”

Umar langsung saja berkacak pinggang sambil membuang napas kasar, “Anjir tu dua orang! Dateng-dateng bikin masalah aja! Mana adeknya diem doang. Pemulihan sih pemulihan tapi gak bikin otaknya tiba-tiba ngebug kan liat abangnya kek mau bunuh orang. Ni aduuh perut lo entar kalo kambuh lagi gimana!?”

Namun Lintang hanya menggeleng sambil menurup bajunya setelah Aji selesai mengobatinya, “Udah biarin aja. Adeknya gak salah apa-apa gak usah disalahin. Lagian gue udah jarang kambuh kok. Tenang aja.”

“Terus masalah lo sama Gangga?” Kini giliran Aji yang bertanya sambil menatap Lintang lurus, “Jujur ini pertama kalinya gue liat lo semarah ini. Punya masalah apa sama lo sama dia? Padahal biasanya lo gak bakal semarah itu kalau orang tau tentang latar belakang lo, dan yang dibilang Gangga gak salah juga, emang penyampaiannya aja yang agak kasar. Kenapa?”

Disitu Lintang hanya terdiam. Entah kenapa yang dikatakan Aji itu benar adanya. Yang disampaikan Gangga tidak ada salahnya. Ia tidak bisa mengelak kalau memang ibunya adalah tukang selingkuh dan selalu memororti harta laki-laki selingkuhannya. Namun Gangga mengatakannya dengan cara lebih kasar yaitu pelacur.

Tak apa, Lintang dulu juga bilang begitu.

Hanya saja, bukan itu yang membuatnya marah. Itu semua murni karena Lintang khilaf karena kata-kata yang sekalipun benar itu keluar dari seorang Adipati Gangga.

Kehadiran Gangga itu seperti palu besi yang memukul kepalanya hingga tubuhnya tertanam dengan sebuah rasa penyesalan. Sebuah kesalahan besar telah ia lakukan kepada Gangga beberapa tahun lalu yang membuatnya selalu dihantui rasa bersalah dan ketakutan.

Iya, Lintanglah yang membuat Gangga dijebloskan kedalam penjara selama dua tahun.

Lintang hanya tidak bisa membayangkan apa yang ada diotak Gangga ketika ia tega melakukan hal itu dengan status mereka sebagai sahabat dulunya. Ia hanya membayangkan bagaimana luka dihati Gangga karena telah ia khianati kala itu.

Namun kalau ditanya, apakah Lintang terluka? Jelas ia juga terluka. Sedihnya luka itu berasal dari dirinya sendiri. Ia menyakiti tubuhnya sendiri dan selalu berharap ada orang yang berhasil menghabisinya suatu saat nanti sebagai hukumannya.

Atau bahkan ia berharap Gangga yang akan membunuhnya? Jika memang begitu, Lintang rela melakukannya, itu jelas mempermudahkannya untuk merasa lega dengan menebus kesalahan besar yang pernah ia lakuakn kepada Gangga. Dari pada ia harus berkali-kali gagal bunuh diri kan?

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang