6% War

289 29 0
                                    

“Gue udah ngewanti-wanti kalian semua, lo boleh pacaran asal sama cewek dan jangan dirusak. Cowok kalau udah kehilangan akal sehatnya bahaya. Itu anak cewe digedein sama bapaknya! Kagak ada mau-malunya lo jadi cowok!”

Sambil melihat keributan yang ada didepannya, Tirta mendekatkan tubuhnya pada Khanza sambil berbisik, “Itu siapasih kok marah-marah mulu?”

“Oh itu..” Khanza membenarkan posisi duduknya, “Itu yang tukang ngegas itu namanya Umar Azzaidan. Pemilik harimau dibawah. Mas Galen bilang, kita gak perlu satpam buat jaga rumah ini, karena kita sudah punya Umar dan Harimaunya. Dia satu-satunya orang yang paling ditakutin setelah Mas Agam. Badannya emang gak segede Mas Bisma, tapi Mas Bisma juga takut kalo udah dimarahin Mas Umar.”

“Gue juga masih gak tau kenapa Mas Umar kalo ngomong gak pernah santai, alias ngegas mulu, dan malah keliatan serem begitu. Padahal aslinya Mas Umar baik kok, masih bisa diajak bercanda ketimbang Mas Agam. Galaknya masih bisa dinego. Tapi Mas Aji bilang Mas Umar gampang sensi itu gara-gara dia gagal nikah. Asli walaupun gue gak punya pacar, gagal nikah mungkin suatu kejadian yang cukup bikin Mas Umar hancur sih. Mana masih muda.” Lanjut Khanza.

Dan Tirta hanya membuang napas kecil memandang Umar dengan tatapn prihatin, “Miris banget. Udah gagal nikah, malah melihara harimau.”  

“Pacar Mas Aji yang mana sih? Perasaan setahun ini Mas Aji jomblo. Malah sekarang gue denger lu lagi dideketin sugar daddy.”

“Nah kalo yang itu,” Khanza menunjuk laki-laki berkaca mata itu sambil berdecak, “Gue juga gak tau kenapa ni orang bisa keluar kamar. Karena saking jarangnya keluar kamar gue sering lupa kalau di tempat ini ada penghuni kaya Mas Kanda.”

“Orangnya introvert abis! Katanya dia gamers sejati, terlihat dari kacamatanya yang tebel gara-gara sering natap layar computer. Btw ada desas desus kalau Mas Kanda ini keturunan keraton Jogja, dia kabur dari rumahnya gara-gara mau dijodohin  gitu sama temen ayahnya.”

Asmara lagi…

Hingga laki-laki bernama Kanda itu datang menghampiri Khanza, “Eh Khanza, kemarin gue liat digrup kamarnya Mas aji kemasukan sapi. Emang iya? Maaf gak bisa bantuin soalnya lagi sibuk ngegame, btw udah keluarkan sapinya?”

Khanzapun hanya berdecak sinis, “Sapinya dah dipotong Mas. Makanya jangan dikamar mulu. Entar ada gempa kaga sadar lu Mas.”

Kanda langsung saja meraup muka Khanza sambil tertawa, “Sak ae lu cocor bebek.” Hingga pandangannya teralihkan oleh dua orang asing yang ada dikanan kiri Khanza, “Ini…siapa? Penghuni baru?”

Saat itu juga Khanza dengan semangat berdiri sambil menggadeng dua orang yang ada diakanan kirirnya untuk mendekat ke arah dipan, “NAH!! Oke sekarang kita mulai perkenalannya!!”

“Mas Umar jangan pergi dulu, gue mau ngenalin beban baru buat elu!” lanjutnya ketika melihat Umar berjalan ke arah pintu keluar.

Namun laki-laki itu berbalik dengan cepat dengan tangisnya yang entah itu asli atau tidak, “OGAHHHH! BEBAN GUE UDAH BANYAK GUE MAU KABUR DARI TEMPAT INI! GUE MAU MENGUNDURKAN DIRII!! SEKARANG TERSERAHMU, SEKUJUR TUBUHMU, SELURUH JIWA RAGAMU, AKU TAK PEDULI!!”

“Ihh jangan ngambek atu Mas…” kini Afsel menahan Umar untuk pergi dan mengajaknya untuk berkumpul, “Sini dulu. Noh liat ada dua penghuni yang kayanya bakal ngalahin gantengnya Si Kanda.”

Pada akhirnya mereka semua berkumpul pada sebuah dipan dan duduk bergerombol sambil memandang dua orang yang sedang berdiri didepan mereka. Mereka semua memandang dua orang itu dengan berbagai pedapat.

Afsel si biang ghibahpun langsung mendekatkan mulutnya pada Hema untuk berbisik  pelan, “Ini yang beberapa hari lalu ketabrak itu bukan sih? Masih hidup?”

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang