29% Truth

153 15 4
                                    

Malam itu Kanda kembali kekamar dengan keadaan sangat kesal. Ia duduk didepan komputernya dengan kasar sambil membuang napas gusar. Ya memang siapa yang tidak kesal kalau dituduh seperti itu? Mulut tiga orang itu memang perlu sedikit diamplas agar bisa lebih halus dalam berkata-kata. Bagaimana bisa mereka menuduh Kanda berkhianat sementara mereka sudah hidup bertahun-tahun disini?

Iya memang Kanda yang pertama kali diberi tau soal emas itu. Awalnya, Agam dan Galen menawarkan kerja sama untuk mengambil emas itu dan membaginya rata untuk tiga orang saja, tapi berhubung ada penggrebekan masal saat itu, Galen dan Agam langsung mengubah misinya untuk membagi rata emas itu pada siapapun yang datang ke kamar Kanda. Seharusnya dari situ saja mereka sudah tau dong kalau Mas Agam bakal adil dan tidak memihak siapapun.

Lagipun, Agam melarang keras Kanda untuk mencari tau pemilik emas itu. Agam hanya menyuruh Kanda melacak posisi tombol itu saja, selebihnya Kanda tidak boleh ikut campur. Jadi masalah tombol itu bisa atau tidak sudah bukan urursan Kanda lagi karena tugas Kanda sudah selesai untuk menemukan tombol itu.

Tapi Kanda bisa kan?

Bisa tapi mati.

Berarti gak bisa?

Bisa tapi mati!

"Liat aja tu bocah tiga, awas kalo sampe minjem PS5 gue besok! Wifi lantai satu bakal gue blokir! Pasword akun FBnya bakal gue bajak, biar aib mereka kesebar sampe keseluruh dunia!" Dengusnya bersungut-sungut.
Lalu Kanda mendengar suara ketukan pintu dari depan kamarnya.

Tok...tok...tok...

"Mas Kanda. Mas Kandaku sayang....Mas, Hema minta maap."

"Iya...Bisma juga."

"Apsel juga Mas...bukain pintunya dong..."

Saat itu juga Kanda langsung berdecak. Kanda yakin tiga bocah itu kesini bukan hanya untuk minta maaf. Apalagi title tiga bocah yang terkenal dengan ngambulan. Intinya kalau satu kesal dengan orang, dua yang lainnya juga akan dihasut untuk ikut kesal juga.

"Mas Kanda...ini beneran kok Mas. Kita beneran nyesel habis ngomong gitu...."

Diam-diam Kanda menyungging bibirnya mendengar suara Bisma, "Sadar juga kan?"

"Kalo Mas Kanda nggak mau bukain pintunya, kita bakal nungguin Mas Kanda sampe besok. Kita bakal tidur didepan kamar Mas Kanda sampe Mas Kanda mau keluar buat maafin kita."

Mendengar hal itu, Kanda langsung memutar bola matanya. Tiga orang ini kalau nggak ngeselin ya pasti drama. Lihat cara mereka merayunya untuk meminta maaf! Untuk itu Kanda bangkit dengan kasar dari kursinya dan membuka pintu kamar, sontak tubuhnya itu seperti ditabrak tiga banteng. Tiga orang berbadan besar itu langsung memeluknya erat sambil menangis? Iya tau itu dibuat-buat.

"MAS KANDAAAAA HUUUEEE!!!"

"MAAFIN KITA YA MAS...KITA UDAH KELEWATAN...."

"MASS JANGAN MARAH LAGI YA? Tapi besok pinjem PS5 nya? Ya?"

Kanda langsung menyentil jidat Hema saat itu juga, membuat tiga orang itu langsung melepaskan pelukannya, "Kalian ikhlas nggak minta maapnya? Apa cuma gara-gara takut gak gue minjemin PS5 lagi?!" 

Saat itu juga Afsel langsung mengangguk sambil menundukan kepalanya, "Ikhlas Mas. Selain karena kita juga habis dimarahin Mas Aji kita sadar kalau kita kelewatan udah nuduh lu."

Kanda akhirnya membuang napas panjang secara perlahan, "Yaudah. Kalian gue maapin."

Saat itu juga ketiganya bersorak kegirangan. Mereka tau kok kalau Kanda juga bukan orang yang suka marah. Identitasnya sebagai cowo Jawa Tengah yang terkenal kalem dan sabar sudah melekat di Kanda. Membuat laki-laki itu juga tidak suka bermasalah dengan orang lain.

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang