26% Dad's Secret

162 12 4
                                        

Seperti hari-hari biasanya, jam istirahat adalah jam paling afdol untuk Alya tebar pesona pada Noah sang crush tercinta. Duduk dianak tangga sambil memangku dagunya ala chibi-chibi dan membayangkan kalau ia dan Noah menjadi sepasang kekasih.

Sampai semua khayalannya itu rusak saat, mak lampir datang dengan muka super kusut dan merusak segala pemandangan indahnya. Ya gadis itu adalah Nora yang datang dengan wajah  kesal dengan setumpuk buku ditangannya.

“Harus banget muka lo begitu! Ngerusak pemandangan gue yang lagi ngeliatin Kak Noah aja. Lo kenapa sih? Putus sama Tirta?”

Norapun hanya berdecak kecak sambil melirik Alya, “Kalo omongan lo gak bermutu mending cabut aja hak bicara lo jadi manusia. Lagian siapa sih yang putus sama Tirta. Gue masih langgeng ya sampe kapanpun itu. Dia sendiri yang bilang.”

“Terus lo kenapa sih cemberut mulu? Lagi datang bulan?”

“40% bener 60% ada hal lain yang bikin gue bad mood.”

“Apa?”

“Lo tau kan kalo tugas presentasi gue tuh banyak banget. Mana gue kedapetan kelompok gak ada yang bener lagi! Termasuk lo!”

Alyapun langsung mengelak, “Eh gue bagian ngeprint ya!”

“Kalo itu emang iya. Tapi seenggaknya jadi manusia, jangan cuma lahir sebagai aksesoris bumi aja. Minimal bantuin cari materi buat presentasi. Sekarang mbah gugel udah gak ngatasin tentang materinya dan gue harus nyari materi itu dari sumber lain. Dan sekarang lo liat!” Nora menunjuk ruangan yang tengah tertutup rapat dilantai dua itu, “Satu-satunya tempat buat nyari sumber materi itu ditutup udah hampir seminggu!”

Alya yang melihat hal itu juga langsung membuang napas panjang sambil mengetuk-ngetuk telunjuk didagunya, “Bener juga. Lagian ngapain sih perpustakaan ditutup begitu? Bener-bener rapet sampe jendelanya aja ditutupin koran begitu. Lagian kalo emang ada perbaikan kaya yang dibilang guru-guru, kenapa gak dibenerin sekarang aja, kan bisa. Toh juga gak ganggu pelajaran siswa.”

“Tau tu!” dengus Nora bersungut-sungut lalu memilih meninggalkan Alya ditangga. Namun belum sampai beberapa langkah, kakinya itu tergelincir hingga membuatnya jatuh karena menginjak sesuatu kecil yang licin. Saat itu juga Nora jelas langsung menyumpah serapahkan benda itu, “Anjir! Sial banget sih hidup gue! Ni lagi apaan coba!”

Ia mengambil benda kecil itu untuk memastikan benda apa yang membuat Alya terbahak-bahak melihat ia jatuh dibelakangnya, ia lalu memanggil Alya untuk mendekat, “Ini apaan sih Al?”

Alya yang masih tertawa lepas melihat Nora ngedeprok dilantai itupun menghampiri gadis itu. Menghentikan tawanya sejenak hanya untuk melihat benda kecil yang ditunjukan Nora padanya, “Menurut gue sebagai anaknya pak polisi, ini bekas peluru sih No.”

Norapun mengernyitkan alisnya heran, “Ngapain ada peluru disini?”

Dan Alya hanya mengedikkan bahunya sambil menyebik, “Btw gue juga curiga, kenapa semenjak kabar Pak Gutama kecelakaan dan bahunya cidera seminggu yang lalu, siswa diliburin mendadak selama dua hari?”

Disisi lainnya, kantinpun tak kalah menjadi tempat serbuan bagi para siswa yang kelaparan setelah tiga jam setengah mengikuti pelajaran. Tak sedikit dari mereka yang berlari kesini untuk mengisi perut mereka, termasuk Asoka, Khanza, dan Tirta.

Tiga manusia itu kini tengah duduk disatu meja. Dengan Asoka yang berhadapan dengan Khanza dan Tirta. Siswa tinggi itu memandang dua manusia didepannya secara skeptis dan aneh sambil mengunyah lontong sayur yang ada dimulutnya, “Gue heran sama lu pada, kenapa kalau absen mesti barengan? Kalian kalau sakit janjian kah? Seminggu semenjak libur dadakan itu loh. Bukan lu doang, tapi si Ican-ican itu juga. Kok bisa sih kalian gak masuk bareng gitu? Pak Gutama juga! Sampe sekarang dia belum masuk katanya kecelakaan, bahunya patah.”

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang