Malam itu adalah malam paling buruk bagi Jack. Tombol yang ia jaga selama betahun-tahun itu hilang. Belum selesai dengan itu, kericuhan datang dan memporak-porandakan seisi rumahnya. Dan yang paling melukai harga dirinya adalah, dia ditipu oleh seorang waria?!
Jack bersumpah akan membunuh laki-laki itu dengan tangannya sendiri.
Kini, suara keributan terdengar di halaman rumahnya itu menjadi backsoud atas kesedihannya malam ini. Suara debuman, barang-barang yang hancur, teriakan kesakitan, bahkan suara pelurupun turut menjadi latar suara kepedihannya, namun Jack tidak peduli akan hal itu, ia hanya ingin tombol itu kembali apapun caranya.
Sementara dihalaman sana, Gangga hampir tidak bisa menutup mulutnya, melihat penjaga yang memukuli Lintang itu tiba-tiba tumbang setelah dahinya ditembus oleh sebuah peluru. Terlebih ketika ia sadar bahwa peluru itu lepas bukan dari pistol yang ia bawa, melainkan dari laki-laki yang datang dengan senyum cerianya sambil menodongkan pistol itu ke sembarang arah.
“Apsel Anjjjj!!” kutuk Hema.
“Apsel kumat gilanya kalo lagi kepepet.” Sambung Bisma.
Barulah Gangga tahu apa peran dari tiga curut itu. Mereka diikutkan pada misi ini untuk menjadi penyelamatan terakhir alias emergency. Mengingat tubuh mereka yang seperti gapura itu menjadikan pereka satu-satu harapan untuk menghabisi para penjaga.
Lalu demi apapun, dari pada kaget melihat Bisma dan Hema yang mampu menahan gerbang garasi yang hendak tertutup dengan bahu mereka itu, Gangga lebih tidak menyangka kalau Afselio akan datang dengan santainya menembak para penjaga itu.
Herannya Afsel melakukan seperti tanpa beban, ia menggunakan satu tangannya untuk memegang pistol lalu membidik dengan memejamkan satu matanya, dan itu saja sudah tepat sasaran padahal jaraknya lumayan jauh. Yang lebih mengerikan lagi ketika Afsel tertawa terbahak setelah ia berhasil melakukannya.
Ini bukan Afsel yang sering jerit-jerit karena seekor tikus seperti yang ia kenal, juga bukan Afsel yang selalu merengek minta brownis milik Aji di kulkas, apalagi yang tukang woro-woro kehilangan sempak. Laki-laki itu seperti beda orang ketika seperti ini. Gangga jadi yakin kalau Afsel beneran punya kepribadian ganda.
“Phyu! Phyu! Phyu! Tepat sasaran! I love it.”
Gangga masih terperangah dengan keahlian Afsel dalam membidik sasaran. Anak ini sangat mahir menggunakan pistol ketika seperti ini.
“Kabur aja cepetan. Tenang aja, entar gue yang nanganin. Gampang. Buruan, itu keknya Lintang mau mati.” Ucap laki-laki itu dan masih berusaha membidik beberapa penjaga yang tengah lari menyelamatkan diri.Mendengar itu Gangga buru-buru menarik satu tangan Lintang yang sudah tak sadarkan diri itu untuk merangkul dilehernya. Ia membawa tubuh lemas Lintang untuk keluar dari sana dengan bantuan Hema dan Bisma yang menahan pintu garasi yang tengah tertutup itu hingga akhirnya mereka berhasil keluar.
Dibantu dengan Umar, ia membantu tubuh Lintang untuk masuk ke mobil Hema. Hingga ia tidak sengaja melihat luka memar diperut bagian kanannya ketika kaosnya itu tidak sengaja terbuka. Umar hanya membuang napas berat, hal ini terlalu beresiko untuk Lintang yang mempunyai bekas operasi usus buntu.
Sementara didalam sana, Hema memekik heboh seperti orang gila karena teman gilanya itu. Gangga dan Lintang sudah keluar, tapi Afsel masih asik membidik orang dengan pistolnya itu, “AFSEL UDAH ANJIIIIRRR!”
“Apaan sih. Baru juga dua orang. Itu yang lagi lari belom kena.”
Begitu juga dengan Bisma, bukan masalah apanya, gerbang ini juga berat kalau ditahan lama-lama. Lagipun ini sudah terlalu jauh, apalagi telah menimbulkan korban jiwa. Ini akan berbahaya untuk kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIM
FanficGangga itu tidak pernah percaya dengan namanya takdir baik. Kalaupun ia mendapatkan hal itu, akan ia anggap itu kebetulan, bukan keberuntungan. Namun apa jadinya jika memang ia ditakdirkan memiliki takdir indah namun hanya Gangganya saja yang belum...