Mungkin benar kalau Khanza dan Tirta itu bukan termasuk anak yang baik dan murid teladan, mereka juga nggak bilang begitu soalnya. Mereka juga pernah kok bolos pelajaran, diam-diam merokok, atau mungkin kalau lagi bener-bener keblinger, keduanya juga pernah nyruput alkohol yang ada diatap. Tapi dikit, dikit doang kok, itupun gak ketauan.
Sekali lagi mereka tidak masalah kalau Khanza dan Tirta mau jadi siswa paling nakal ataupun bodoh di sekolah. Mereka yang lebih tua juga sadar kalau belum bisa memberi contoh baik untuk dua bocah ini. Mereka pasti akan merasa tidak adil jika ada Agam yang marah karena mereka diam-diam bolos pelajaran sementara Agam diam-diam pergi membunuh orang untuk dibayar. Jadi sah-sah saja kalau mereka mau nyeleweng dikit kan?
Ican, Khanza dan Tirta kini berdiri dengan tiga orang yang ada didepan mereka. Setidak menyangkanya mereka kalau Ican akan gabung jadi timnya Agam, mereka lebih tidak menyangka lagi kalau Dilan, Noah dan Dandi akan menjadi lawan mereka malam ini. Maksudnya, ini serius murid-murid yang biasanya berkeliaran di sekolah Satria Mandala harus bertarung disini? Di tempat ini? Tidakah seharusnya mereka mengerjakan tugas Bahasa Indonesianya?
"Jadi gimana? Kalian nggak tertarik untuk habisin mereka?"
Ucapan Ican itu hanya membuat Khanza dan Tirta terdiam. Seumur-umur mereka juga tidak akan menyangka kalau Si Tukang Bully Ican ini akan menjadi satu Tim dengan mereka. Mungkin benar senakal-nakalnya mereka sebagai siswa mereka paling anti untuk berbuat onar. Tapi bagaimana lagi? Disini mereka bukan seorang siswa kan? Ini juga bukan lingkungan sekolah.
Lagipun malam ini mereka benar-benar disuruh menghabisi orang-orang yang ada disini atas ijin Agam sendiri. Mereka sudah mendapatkan lampu hijau untuk melakukannya. Bahkan Khanza dan Tirta mengingat kalimat yang pernah Agam ucapkan sebelum ini, "Bunuh siapapun yang bukan bagian dari kita."
"Gimana?" Lalu ia medekat untuk berbisik ditelinga Tirta, "Gak usah takut, kalian sudah dapet lampu hijau dari Mas Agam. Kalian bebas mau habisin orang-orang yang ada disini sebagai peluapan emosi."
Tirta diam beberapa detik untuk menimang sampai pada akhirnya Tirta mengangguk, "Oke. Lo mau yang mana? Kita satu lawan satu buat ngehabisin mereka."
Ican hendak menjawab, namun langsung disergah oleh Khanza tanpa mengalihkan pandangannya pada tiga orang itu, " Untuk malem ini aja, biarin gue jadi ngerasain apa yang lo rasain Can."
"Apa?"
"Jadi tukang bully. Biarin gue sama Tirta yang habisin mereka malam ini."
Ican menyebik setengah tertawa dengan apa yang barusan Khanza katakan. Tidak menyangka saja jika anak ini berbicara seperti itu. Sebelum Ican merentangkan tangannya untuk memepersilahkan, Ican menepuk pundak Khanza, "Tau gini gue ajak lo dari awal Za."
Hingga akhirnya Khanza dan Tirtalah yang maju untuk menghabisi tiga orang itu. Sementara Ican hanya duduk manis sambil membuka bungkus permen sambil menyaksikan hal itu. Jujur saja Ican sangat merindukan hal ini. Dimana ia hanya duduk menyaksikan anak buahnya menghabisi orang-orang yang ia benci.
Ia melihat bagaimana Khanza dengan lihai melawan Dandi dan Noah sendirian. Begitu juga dengan Tirta yang ternyata masih mahir juga bela dirinya dalam menghadapi Dilan. Ingat? Ican dan Tirta juga pernah berkelahi sebelum ini.
Seperti yang dikatakan Ican tadi, Khanza sudah mendapatkan lampu hijau disini. Ia berhasil membuat Dandi tak sadarkan diri dengan muka yang babak belur. Lagipun rupanya walaupun Dandi tak pandai dalam bela diri, bocah itu membawa tongkat bisbol untuk sejata. Tapi toh akhirnya apa, sekarang Kanzha yang mengambil alih tongkat bisbol itu untuk menghabisi Dandi.
Kini Khanza hanya bisa melihat Dandi yang sudah tak sadarkan diri itu dengan napas yang terengah-engah, "Orang cupu kaya lo gak sebanding sama gue Dan."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIM
FanfictionGangga itu tidak pernah percaya dengan namanya takdir baik. Kalaupun ia mendapatkan hal itu, akan ia anggap itu kebetulan, bukan keberuntungan. Namun apa jadinya jika memang ia ditakdirkan memiliki takdir indah namun hanya Gangganya saja yang belum...