10% Annoying Teacher

238 21 4
                                    

Pagi itu nampak cerah, cahaya matahari yang begitu hangat menyapa kulitnya secara perlahan. Mengirup udara segar sekolah SATRIA MANDALA dengan suasana hati yang senang. Siapa yang menyangka bahwa kini ia tengah menginjakkan kaki di tanah yang mana ada emas sebanyak 5 ton dibawahnya? Agam bahkan masih tidak bisa percaya itu.

Pagi itu ia memutuskan untuk datang kesekolah Tirta untuk memenuhi panggilan wali murid. Sejujurnya bukan itu maksud sebenarnya, ia hanya ingin melihat-lihat lokasi disana dengan gaya saja. Ia berjalan dengan santai di lapangan luas itu, mengabaikan ada banyak mata yang mengomentarinya dari banyak sisi.

Mereka bertanya-tanya siapa laki-laki dengan jas yang hampir menyentuh lutut itu? Rambutnya lumayan gondrong dengan wajah dinginnya, sepatunya yang mengkilat serta cara jalannya yang begitu angkuh seolah ia adalah pemilik sekolah dan  kawasan ini. Apalagi dengan sebatangan tembakau yang dengan santainya ia hisap di area sekolah.

Dan yang membuat mereka semakin tak percaya adalah, ketika ada sosok Tirta yang berjalan disebelah laki-laki itu. Sontak saja bisikan demi bisikan mulai terdengar dari kuping Tirta.

“Tirta udah masuk sekolah.”

“Lah itu Abangnya Tirta?”

“Katanya Abangnya mantan narapidana gitu? Masa keren gitu penampilannya. Lagian itu laki-laki gak ada mirip-miripnya sama Tirta.”

“Atau jangan-jangan emang gak kaya diomongin anak-anak? Ternyata dia anaknya orang kaya raya yang nyamar gitu? Liat aja, dari penampilannya orang yang disebelah Tirta bakalan ngurusin kasus ini dengan serius sih. Mungkin gak sih kalau keluarga aslinya dia itu disembunyiin dentitasnya?”

"Jangan kebanyakan nonton Drakor!!"  

Cukup membuatnya terganggu, namun sayangnya omongan itu tak ada yang ia hiraukan. Ia ingat bagaimana Gangga mengingatkannya sebelum datang kesini tadi, “Kalau kali ini lo memang gagar otak, gue harap ingatan lo dan sekolah lo itu gak bakal kembali. Datang sebagai Gustian Tirta yang baru ya? Paham?”

“Paham.”

Tak ada salahnya dengan omongan laki-laki yang mengaku kakak kandungnya itu. Memang kenapa? Ia datang sebagai Tirta yang baru. Yang tidak ingat apapun yang terjadi selama ia sekolah disini. Apapun cerita yang ia dengar tentangnya disini, ia anggap ia tidak pernah melakukan hal itu. Ini Gustian Tirta Elmahera yang baru.

Sampai suara cempreng seorang gadis  yang berteriak dari sebrang lapangan. Alisnya mengerut pada gadis berambut panjang yang berteriak heboh didepan pintu ketika melihatnya.

“NORA! AYANG LO UDAH MASUK SEKOLAH!!”

Tak lama disusul gadis dengan kuncir kuda dengan gerakan rusuh. Ia membelah kerumunan manusia yang kebetulan ada didepan pintu dengan tangannya. Lantas beberapa detik kemudian, Tirta melihat senyuman lebar –yang cukup indah walaupun ia lihat dari kejauhan. Tirta tersenyum, seingatnya ia mengaku kalau ia adalah pacarnya ketika masih di rumah sakit. Gadis itu masih sama ketika terakhir mereka bertemu.

“TIRTAAAA!!!”

Tirta ingin menghampiri gadis yang menyapanya itu sebentar, namun Agam lebih dulu menarik tangannya, “Ruang gurunya dimana?”

Tirta tak bisa menolak, mengingat Agam sudah merelakan jadwal pijat uratnya untuk menjadi walinya disini. Mau tidak mau Tirta mengurungkan niatnya untuk menghampiri gadis bernama Denora itu.

Lantas gadis yang sudah berteriak dan melambaikan tangannya pada Tirta itu terdiam. Perlahan senyum lebarnya menghilang seraya dengan tangannya yang turun. Ia membuang napasnya sambil tersenyum sumbang, “Oh iya gue lupa. Dia gagar otak. Dia gak inget gue siapanya.”

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang