37% A chaotic night

102 10 0
                                    

Terkadang Lintang sendiri tidak tau apa yang ada di otaknya Adipati Gangga. Laki-laki itu bodoh atau memang tidak punya otak? Lintang tau dia manusia dengan segudang luka yang pantas balas dendam terhadap Galen,  tapi setidaknya ia harus tetap hidup jika ingin membunuh musuhnya.

Entah bagaimana laki-laki itu berpikir, ketika Lintang susah payah menarik lengan baju Gangga untuk keluar, Gangga justru menepis tangannya dan memaksa masuk kedalam bangunan yang apinya mulai membesar.

"Lo mau kemana?! Apinya udah besar goblok!"

"Mas Galen masih didalem Lintang!"

"Iya gue tau! Entar juga dia mati sendiri! Lo gak perlu bunuh dia! Dia bakalan mati didalem sana!"

"SIAPA YANG MAU BUNUH MAS GALEN! GUE MAU NYELAMATIN DIA!!"

Hanya dengan begitu Lintang melepaskan cengkraman tangannya dari lengan baju Gangga. Yang pasti membuat laki-laki itu berhasil masuk kedalam gedung yang sudah penuh dengan kobaran api.

Lagi-lagi Lintang tidak mengerti cara kerja Gangga. Beberapa jam lalu laki-laki itu bersumpah membunuh Galen dan Agam. Tapi baru saja Lintang mendengar kalau ia akan menyelamatkan Galen? Padahal ia sudah baik tidak meninggalkan Gangga didalam dan menyelamatkan diri sendiri.

Sementara itu ia melihat bagaimana Bisma bersusah payah menarik Khanza keluar. Dari situ saja sudah bisa Lintang tebak kalau bocah itu pasti sedang menangisi Hema yang masih terjebak didalam. Membayangkannya saja sudah membuat Lintang menjambak rambut.

Tapi entah bagaimana Tuhan memberikan malam sekacau ini, tiba-tiba saja ia melihat bocah lainnya berlari kedalam tempat itu.
"GANGGAAA!!!"

Sesuai tebakannya, Tirta masuk menyusul Gangga.

Otaknya seperti terbelah menjadi dua. Suara sirine polisi semakin dekat sementara bocah ini malah menambah masalah dengan nekat masuk kedalam. Disitu Lintang bimbang antara ingin melarikan diri atau ikut masuk kedalam untuk menyelamatkan mereka.

Namun karena otaknya kini benar-benar tidak bisa berpikir jauh lagi, tanpa sadar kakinya itu malah berlari ikut masuk kedalam. Iya, kalian tidak salah. Laki-laki itu tidak kabur atau menyelamatkan dirinya sendiri, melainkan juga nekat masuk.
"Kenapa dua bocah ini selalu nambah kerjaan aja!"

....

Seharusnya ia sudah pergi jauh dari tempat ini, meninggalkan jasad-jasad orang yang hangus bersama api dan selamat. Tidak seperti sekarang, Gangga justru mencari-cari orang yang membuat keributan ini untuk diselamatkan dan malah seperti menyerahkan nyawanya pada sang jago merah.

Kini hanya hamparan api yang berkobar didepannya, hawa panas serta asap itu kian membuat dadanya sesak, tak sedikit ia melihat beberapa jasad mulai terbakar menciptakan aroma hangus, mata itu itu kian menajam saat abu gedung itu berterbangan membatasi penglihatannya ketika mencari Galen.
Tapi karena Gangga tau dimana ia meninggalkan Galen tadi, tak berselang lama, ia menemukan laki-laki itu.

Gangga menemukan setengah badan Galen tertimpa reruntuhan bangunan. Nampak sekali kalau laki-laki itu mulai kehilangan kesadarannya karena terlalu banyak menghirup asap.

Tanpa berpikir panjang lagi, Gangga berlari untuk mengangkat reruntuhan yang menimpa Galen sendiri. Tidak peduli dengan api yang semakin lama semakin besar dan bisa saja malah runtuh menjatuhi tubuhnya. Ia berusaha mengangkat tiang beton yang menimpa kaki Galen seorang diri.

Sementara itu, Galen yang sudah pasrah akan akhir hidupnya kini membuka mata perlahan. Jemarinya itu menjalar pada tangan Gangga yang masih berusaha mengangkat tiang berat yang menimpa kedua kakinya, "Gangga..."

Tanpa disadari hal itu langsung membuat Gangga menghentikan aktivitasnya dan langsung memandang Galen dengan khawatir, "Mas Galen!"

Dengan senyum hangat, Galen menepuk pundak Gangga, "Maafin Mas Galen karena sudah ngehianatin kamu sama Tirta. Maaf karena sudah buat hidup kamu sama Tirta hancur. Mas Galen sadar ini salahnya Mas Galen dan pantas dapat hukuman. Sekarang pulang Gangga. Temen-temen kamu sudah nungguin kamu diluar. Kalau kamu disini kamu bisa ketangkep. Kamu nggak mau kan ketangkep polisi lagi?"

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang