Kepada yang pernah termaktub dalam semua kitab perasaan, aku bersumpah demi sebuah enigma yang terjalin rumit.
Aku amat pandai menyimpan kenangan, meski beberapa ada pengabaian dalam ceritanya. Percayalah, aku menyimpan rapi kepingannya.
Meski tak tampak seperti dahulu, harusnya jadi sebuah pengajaran. Mengapa lakonmu begitu hebat menguncang dirgantara ku.
Bahkan terkadang, sumpahmu dahulu masih terngiang jelas. Demi bintang, demi lautan, demi bulan, demi hujan, demi musim kemarau.
Rasanya memang pilu, aku resah menahan bandang kerinduan kau tertawa terbahak di atas bulan.
Tentang garis tanpa kait, kau bertanya akupun sama. Lantas, apakah harus demikian?
Tanpa prolog dan epilog?
Bumi, 28 Agustus 23
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Coretan
PoesíaBukan sebuah kalimat indah yang membuatmu kan terkagum-kagum. Seperti judul, puisi-puisi ini hanya sebuah coretan dari hati yang sering berubah musim.