Puisi-Puisi

3 0 0
                                        

Berbagai kata diksi berseluncur bebas diantara riak dalam kepala. Keraguan menerobos cepat, "apakah kita sudah tak berteman lagi, puisi?"

Pertanyaan yang melumatku hidup-hidup. Harusnya aku mendekapmu lebih erat, sehingga aku tak perlu merapal kata dalam hati untuk berbicara padamu, puisiku.
Oh, mohon lupakan itu!

Aku akan mencarimu kembali lewat buku-buku yang terjajar rapi di kamarku.
Padahal ada kisah yang ingin aku lukiskan bersama indahnya kata-katamu.

Serupa angin pada pagi ini, mohon biarkan nelangsa ini jadi kalimat indah tuk kesekian kalinya.
Biarkan aku mendekapmu kembali lewat sunyi seperti dahulu.
Agar aku kembali punya tempat berbicara tentang cekung mata yang menurunkan air.

Mari menjalin kembali garis lurus tempat biasa aku menaruh senyum dan asa.
Mengungkapkan hasrat diri lewat makna yang tersirat dalam tiap noktah-noktahmu.

Lhokseumawe, 13 Oktober 2024

Hanya CoretanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang