Perang

1 1 0
                                    

Dalam pertempuran ini, aku benar-benar berjuang. Aku tak letih, meski beberapa pedang menggoresku. Bendera putih takkan berkibar, sebelum aku habis dimamah mereka.

Darah. Tangis. Peluh. Hanya bagian adorasi yang akan aku genggam. Dayita, aku berjuang! Dari tanah tandus ini, aku menitipkan pujian cinta kepadamu. Entah aku hidup atau mati.

Jenderal itu bilang semua hanyalah efemerel, pelitaku. Biar begitu, aku gamang. Bisakah tetap bersua? Tapi sudahlah, demimu aku melakukan genosida ketakutan.

Perang | Lanma Hs.

17/2/24

Hanya CoretanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang