Sedari aku bertandang pada gersang bumi, apakah telaga di mata jadi belenggu antar kita?
Mencipta lara dalam tabir kebohongan, sungguh telah menjadi asrar yang masih terselubung.
Tak usah melempar sembarang, jika pun nanti kembali pada aturan. Aku siapa, kau siapa. Begitu, kan?
Aku insan ber Tuhan satu, yang sering terlena pada mahligai syair-syair Tuhan. Termaktub dalam atma, hingga nafsu jadi terbui.
Mengapa, kau tidak? Aku masygul. Lara pilu kerna takdir yang seperti bermain-main.
Aku ingin mengataimu umbu yang sporadis. Tapi aku takut, syair Tuhan mengintai tiap derap dialog ku.
Bumi, 05/5/222
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Coretan
PoésieBukan sebuah kalimat indah yang membuatmu kan terkagum-kagum. Seperti judul, puisi-puisi ini hanya sebuah coretan dari hati yang sering berubah musim.